Masih inget Grand Final Mr. Indonesia tahun 2006 di Hailai kemarin? Ada nama Komara yang sempat vakum selama 2 tahun. Keluar dari “Pertapaannya” komara langsung meraih juara I Kelas 80 Kg di Grand Final Mr. Indonesia 2006 tersebut, dan nggak tanggung – tanggung komara juga meraih Best Poser Mr. Indonesia tahun 2006.
Pria kelahiran Lampung, 24 Juni 1972 ini sebenarnya sejak kecil sudah mengenal angkat beban. Dengan peralatan sederhana dari semen, pasangan E. Parmas dan Suhari yang tak lain orang tua Komara mulai memperkenalkan angkat beban kepada putranya agar memiliki bentuk tubuh yang proporsional ketika dia menginjak dewasa dan tentunya untuk menjaga kesehatan.
Bukan di Gym biasa komara mulai berkenalan dengan binaraga, di pusat latihan angkat beban di KONI Bandung-lah Komara mulai mencintai dunia Binaraga. Berawal dari ajakan teman untuk ikut berlatih di KONI Bandung itulah Komara mulai mencintai dunia Binaraga sebuah profesi sekaligus hobby yang setia dia jalani sejak tahun 1991 hingga kini. “Waktu pertama – tama ikutan angkat beban sih belum focus untuk menjadi seorang binaragawan, soalnya waktu itu saya masih terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Bandung Raya jadi konsentrasinya masih terpisah antara angkat beban dan pendidikan.” Selepas meraih gelar S1 Jurusan Peternakan, Komara ternyata lebih memilih binaraga untuk dijadikan lahan mencari sesuap nasi merah sekaligus segepok prestasi.
Pertama kali mengikuti Kejurnas di daerah Bekasi pada tahun 1994 ternyata Komara menuai hasil yang sangat menggembirakan, “Kebetulan waktu itu saya meraih Juara II, dari hasil itu saya semakin terpacu untuk meraih prestasi yang lebih baik” Ujar pria yang tercatat sebagai salah satu altit dalam Tim Ultimate Indonesia sejak tiga tahun yang lalu. Dan ternyata keinginan Komara untuk meraih prestasi yang lebih baik dapat diwujudkannya saat dia mengikuti Kejuaraan Pra Pon pada tahun 1995 dengan meraih peringkat pertama.
Pada tahun 1996 Komara kembali mengikuti Kejurnas. Komara yang saat itu menduduki peringkat kedua ternyata mengundang protes dari tim Jawa Barat yang menaunginya. Saat itu tim dari Jawa Barat menuding Juri tidak obyektif dalam melakukan penilaian sehingga tim Jawa Barat mengancam akan memboikot pertandingan berikutnya.
Namun pengalaman pahit seperti itu tidak membuat komara patah arang, bahkan prestasi yang di raihnya pun makin mengharumkan nama bangsa. Terbukti dengan medali perak yang di gondol-nya saat mengikuti Sea Games pada tahun 1997.
Kejuaraan demi kejuaraan yang dilaluinya selalu meninggalkan kenangan tersendiri, entah itu pertama kali mewakili daerah, pertama kali masuk sebagai finalis, pertama kali meraih juara pertama, sampai kesalahan teknis seperti salah lagu yang sering sekali terjadi di kejuaraan binaraga di Indonesia. Namun bagi Komara pengalaman paling berkesan dan selalu di ingatnya adalah saat dia mengikuti kejuaraan pertamanya di Bekasi.
Sebuah profesi selalu menuntut adanya sebuah pengorbanan, begitu pula dengan binaraga, mulai dari pantangan makan – makanan enak hingga latihan tiap hari yang melelahkan dan tentunya banyak sekali waktu yang harus kita korbankan terutama saat kita sedang mengikuti kejuaraan di luar kota. Bahkan Komara harus merelakan saat – saat terakhirnya bersama Ayah tercinta untuk sebuah kejuaraan Pra Pon pada 2004 silam. “Saat itu saya sedang mengikuti persiapan untuk Pra Pon tahun 2004 di Jakarta, sementara orang tua saya saat itu meninggal di Lampung dan langsung dibawa ke Tasikmalaya. Sedih saat itu sudah pasti, namun yang paling saya sesalkan adalah saya tidak bisa menemani Ayah saat memasuki tempat peristirahatannya yang terakhir”. Sedih dan Stresspun sempat membuat konsentrasinya sempat buyar saat menjalani latihan Pra PON yang harus di ikutinya tersebut, namun lagi – lagi tanggung jawab profesi membuat dirinya harus bersikap professional dan melaksanakan tanggung jawab yang di emban dengan sebaik – baiknya.
Enak nggak enaknya jadi Atlit Binaragawan
“Saya masih inget sekali saat pertama kali di panggil untuk mewakili daerah Jawa Barat di Kejuaraan Nasional pada tahun 1994, tapi saat itu saya hanya mendapatkan uang pembinaan sebesar 50 ribu perbulan. Saat itu saya senang sekali mendapatkan uang pembinaan sebesar itu, meskipun ternyata uang sebesar itu jauh dari cukup untuk kebutuhan saya membentuk tubuh”. Maka dari itulah semenjak tahun 2000 yang lalu Komara membuka Gym-nya sendiri di daerah tasikmalaya. Namun karena di daerah tasik olahraga fitness kurang di gemari maka usaha tersebutpun sempat vakum selama satu tahun. Kini sudah dua tahun berlalu sejak Komara membuka kembali Gym-nya bukan di daerah Tasikmalaya lagi melainkan di daerah Pal Merah, Jakarta Barat.
“Semua profesi itu tentunya ada enak dan nggak enaknya, Enaknya jadi atlit binaraga yang paling utama adalah badan kita jadi sehat dan penampilan kita jadi lebih baik. Tapi sebagai konsekuensinya kita mesti latihan, bangun pagi, disiplin diet dan nggak bisa makan – makanan enak. Dan yang paling nggak enak sebagai Atlit Binaragawan di Indonesia, kita nggak punya kepastian tentang masa depan kita. Terlebih dukungan dari pemerintah untuk pembinaan para atlitnya sekarang ini sangat kurang sekali.”
Profile:
- Nama Lengkap : Komara Dhita Yana
- Tempat, Tanggal Lahir : Lampung, 24 Juni 1972
- Nama Ayah/Bunda : E. Parmas / Suharni
- Jumlah Saudara : Anak ke 3 dari 4 bersaudara
- Berat Badan : Off Session 78 Kg
- Tinggi Badan : 165 Cm
- Kelas Tanding : 80 Cm
- Binaragawan favorit : Arnold
- Makanan Favorit : Diet : Ikan tuna / Tenggiri Oven
- Non Diet : Lotek, Karedok, Ketoprak
- Minuman Favorit : Juice
- Pendidikan terakhir : S1 Peternakan
- Cita – cita masa kecil : Polisi
Menu Makanan sehari-hari saat diet :
- Makan Pagi : Umbi – umbian oven, Roti Gandum
- Makan Siang : Spaghetti, Oat Meal, Nasi Merah, Ikan Tenggiri, Tuna, Tempe, Brokoli
- Makan Malam : Idem
Prestasi :
- Runner Up (Perak) – Sea Games 1997
- Runner Up (Perak) – Sea Bangkok 1998
- Runner Up (Perak) – Muscle Mania USA Tahun 1999
- Runner Up (Perak) – Muscle Mania Hongkong
- Best Body Building Kelas 85 Kg Mr. Indonesia 2006 – Seri III Palembang
- Juara I (Emas) Grand Final Mr. Indonesia kelas 80 Kg, Tahun 2006
- Best Poser Grand Final Mr. Indonesia Tahun 2006
One Response
Lebih terharu dengar kisah om Zarmi Bachtiar