oleh: Dr. Hario Tilarso spKO FACSM
Istilah ini merupakan sebuah kelainan jantung yang disebabkan karena latihan Olahraga. Jadi kalau ingin diartikan istilah ini adalah: jantung seseorang yang mempunyai keadaan yang sama dengan atlet.
Seperti diketahui seorang atlet tugasnya adalah berlatih sekuat mungkin sehingga tercapai keadaan fisik yang kuat untuk menciptakan prestasi. Latihan seorang atlet tentunya tergantung pada cabang olahraga, target yang ingin dicapai dan periodisasinya. Salah satu macam latihan yang dilakukan adalah latihan untuk menguatkan jantung dan paru-paru yang popular dengan sebutan latihan aerobic atau latihan cardio atau sering juga disebut latihan nafas atau latihan daya tahan (endurance).
Tujuan latihan itu memang untuk menguatkan fungsi jantung sehingga tidak cepat lelah. 20-60 menit atau lebih secara continue dan seminggu dilakukan 3-5 kali merupakan upaya yang baik untuk melatih kinerja jantung Anda. Bentuk latihan ini adalah berupa lari, bersepeda, berenang, senam, aerobic, dll. Yang umum dilakukan untuk tiap cabang adalah lari, karena lari adalah merupakan suatu gerakan yang sifatnya alamiyah dan hampir semua gerakan-gerakan olahraga banyak gerakan lari.
Latihan aerobic ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga cukup membebani jantung dan paru-paru, sehingga jantung beradaptasi dan menjadi lebih kuat. Terjadi perubahan-perubahan fisiologis pada jantung dan hal ini terjadi setelah berlatih 4-6 minggu. Adapun perubahan-perubahan fisiologis tersebut adalah :
- Ukuran Jantung Membesar
Hal ini terjadi karena serabut-serabut otot jantung membesar. Pembesaran serabut-serabut ini mirip dengan pembesaran serabut otot-otot rangka tubuh pada waktu latihan beban. Akibatnya terjadi penebalan dinding jantung terutama vertikel dan isi ruang jantung membesar. Jantung jadi lebih mampu menerima aliran darah yang masuk dan memompa darah tersebut lebih banyak, sehingga, pompa jantung menjadi lebih efesien.
- Denyut Jantung Akan Lebih Lambat
Dalam keadaan istirahat denyut jantung atau denyut nadi adalah kurang dari 100 permenit. Bila seserang cukup terlatih, maka denyut jantung akan lebih rendah misalnya 30 atau 40x permenit. Hal ini akan nyata pada atlet-atlet yang melakukan cabang olahraga yang bersifat endurance, yaitu lebih dari 60 menit. Atlet-atlet marathon, triathlon, balap sepeda jarak jauh dll. Mempunyai denyut nadi istirahat sangat lambat, misalnya 28 atau 30x permenit terjadinya perubahan-perubahan ini disebabkan karena kerja dari hormon-hormon tubuh dan adaptasi dari system persyarafan jantung.
- Terjadinya perubahan gambaran EKG (Elektro Kardio Gram)
Yaitu rekaman listrik jantung dalam keadaan istirahat. Untuk itu adanya kelainan gambaran EKG pada atlet harus ditindak lanjuti dan tidak boleh dianggap sebagai suatu penyakit. Hal ini yang perlu diketahui adalah adanya perubahan yang fisiologis pada jantung pada latihan beban yang berat. Disini terjadi perubahan tebal otot jantung, tetapi ruang isi jantung justru mengecil (perubahan yang konsentris).
- Seluruh perubahan – perubahan ini sifatnya sementara selama rangsangan atau beban selalu ada. Apabila seorang atlet tidak berlatih lagi maka terjadi perubahan jantung kepada keadaan asal/semula. Jadi disini dikatakan atlet tersebut mengalami keadaan mundur (kondisinya) atau disebut “de-training”. Atlet tersebut akan berkurang kemampuan jantungnya, karena otot jantung yang tadinya menebal menjadi tipis kembali seperti semula
Denyut jantung istirahat akan meningkat kembali, karena tidak ada rangsangan dari luar. Untuk berbagai cabang olahraga, Athlete’s Heart ini merupakan suatu peristiwa yang logis yang tidak usah ditakutkan, tetapi apabila latihan dilakukan berlebihan maka akan terjadi gangguan fungsi jantung, yaitu jantung membesar secara patologis artinya, justru jantung tersebut menjadi sakit, pompanya kurang kuat, untuk itu perlu suatu monitoring latihan yang tepat sehingga tidak terjadi “over train” tersebut.(HT)