Alam banyak memberikan manfaat bagi kita. Dari tanah, air, batu, sumber bumi, begitu juga tanamannya. Dengan banyaknya macam penyakit bermunculan, satu-persatu manfaat tanaman sebagai obat-obatan juga ditemukan. Begitu pula saat orang hampir frustasi dengan belum diketemukannya obat untuk penyakit AIDS yang disebabkan oelh virus HIV. Hingga pada suatu ketika muncullah nama ‘Buah Merah’ yang diyakini bisa mengobati berbagai penyakit termasuk AIDS di bumi Papua.
Buah merah adalah sejenis buah tradisional dari Papua. Oleh masyarakat Papua, buah ini disebut KUANSU. Nama ilmiahnya Pandanus Conoideus Lam karena tanaman Buah Merah termasuk tanaman keluarga dengan pohon menyerupai pandan, namun tinggi tanaman dapat mencapai 16 meter dengan tinggi batang bebas cabang sendiri setinggi 5-8 m yang diperkokoh akar-akar tunjang pada batang sebelah bawah. Kultivar buah berbentuk lonjong dengan kuncup tertutup daun buah.
Buah merah sendiri panjang buahnya mencapai 55cm-1,5m, diameter 10-15cm dan bobot 2-3kg. Warnanya saat matang berwarna merah marun terang, walau sebenarnya ada jenis tanaman ini yang berbuah berwarna coklat dan coklat kekuningan. Buah ini banyak terdapat di Jayapura, Manokwari, Nabire dan Wamena. Bagi masyarakat di Wamena, buah merah disajikan untuk makanan pada pesta adat bakar batu. Namun, banyak pula yang memanfaatkannya sebagai obat.
Secara tradisional, buah merah dari zaman dahulu secara turun temurun sudah dikonsumsi karena berkhasiat banyak dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit mata, cacingan, kulit dan meningkatkan stamina.
Lalu siapa yang menemukan dan meneliti Buah Merah bisa untuk mengobati AIDS, kanker dan penyakit lainnya?
Adapun penemuan dan penelitian tentang khasiat pengobatan buah merah pertama kali dilakukan oleh peneliti dosen yaitu Drs. I Made Budi MSi. sebagai ahli gizi dan dosen Universitas “Cendrawasih setempat mengamati secara seksama kebiasaan masyarakat tradisional di Wamena, Timika dan desa-desa kawasan pegunungan Jayawijaya yang mengkonsumsi buah merah. Pengamatan atas masyarakat lokal berbadan lebih kekar dan berstamina tinggi, padahal hidup sehari-hari secara asli tradisional yang serba terbatas dan terbuka dalam kondisi alam yang keras serta terkadang bercuaca cukup dingin di ketinggian pengunungan. Keistimewaan fisik penduduk lain yakni jarang yang terkena penyakit degeneratif seperti: hipertensi, diabetes, penyakit jantung dan kanker.
Dengan meneliti kandungan komposisi gizinya, ternyata dalam wujud sari buah merah itu banyak mengandung (kandungan rata-rata):
- Karoten (12.000 ppm)
- Betakaroten (700 ppm)
- Tokoferol (11.000 ppm)
Disamping beberapa zat lain yang meningkatkan daya tahan tubuh, antara lain: asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, dekanoat, Omega 3 dan Omega 9 yang semuanya merupakan senyawa aktif penangkal terbentuknya radikal bebas dalam tubuh. Betakaroten berfungsi memperlambat berlangsungnya penumpukan flek pada arteri. Jadi aliran darah ke jantung dan otak berlangsung tanpa sumbatan. Interaksinya dengan protein meningkatkan produksi antibodi. Ini meningkatkan jumlah sel pembunuh alami dan memperbanyak aktifitas sel T Helpers dan limposit.
Suatu kutipan studi membuktikan konsumsi betakaroten 30-60mg/hari selama 2 bulan membuat tubuh dapat memperbanyak sel-sel alami pembasmi penyakit. Bertambahnya sel-sel alami itu menekan kehadiran sel-sel kanker karena ampuh menetralisasikan radikal bebas senyawa karsinogen penyebab kanker.
Dalam beberapa penelitian terbatas yang dilakukan I Made Budi dengan metode pengobatan langsung dengan Sari Buah Merah, peneliti mengungkapkan keberhasilan yang amat tinggi dalam upaya pengobatan yang dilaksanakan terhadap beberapa penyakit. Drs. I Made Budi MSi., menjelaskan, seorang pengidap HIV/AIDS yang bernama Agustina (22) mengalami perubahan kesehatan. Berat badannya semula 27kg, karena terserang virus yang belum ada obatnya itu, namun setelah mengkonsumsi sari buah merah, naik menjadi 42kg.
Awalnya, Agustina yang mengidap HIV/AIDS dibawa Yayasan Pengembangan Kesehatan Masyarakat (YKPM) Papua kepada I Made Budi yang sedang meneliti buah itu. YKPM Papua yang mengetahui adanya sari buah merah yang dapat merekondisi kesehatan penderita HIV/AIDS meminta I Made Budi untuk meminumkan sari buah merah kepada Agustina. Setelah beberapa lama Agustina meminum sari buah merah, ia merasa lebih baik. Gejala diare berat dan sariawan yang muncul jika mengidap HIV/AIDS hilang. Ia merasa segar dan bisa melakukan kegiatan sehari-hari, seperti orang sehat lainnya.
Cara pengolahan buah merah:
Cara mengolah bauh merah hingga menjadi obat pun tidak sulit. Setelah dicuci hingga bersih, buah merah dibelah dua untuk dibuang getahnya. Setelah itu, buah direbus dalam air sekitar satu jam atau sampai buah mengeluarkan cairan merah seperti tinta jika ditekan-tekan kulitnya. Jika sudah demikian, buah sudah bisa diremas-remas untuk mendapatkan cairan merahnya. Cairan merah ditampung dalam sebuah gelas dan siap diminum.
Karena bentuknya yang besar dan panjang, buah merah tidak perlu direbus seluruhnya. Untuk konsumsi lima orang anggota keluarga, cukup memotongnya seukuran kepalan tangan. Sisanya dapat disimpan dalam lemari pendinginan untuk digunakan keesokan harinya. Buah merah tidak akan busuk selama setahun jika disimpan dalam kulkas.
Penyakit yang bisa diobati “Buah merah”:
AIDS dan HIV (walau belum ada penelitian lanjut selain Drs. I Made Budi MSi), Kanker, Hepatitis, Jantung, Hipertensi, Kebutaan, Tumor, Endometriosis, Sakit mata, Bercak di paru-paru anak-anak, asam urat, Demam, Infeksi saluran pernafasan dan yang terpenting adalah Meningkatkan daya tahan tubuh.
How much to buy “Buah Merah”:
Harganya murah… Jangan kaget, buah merah yang berukuran sekitar 50cm, harganya sekitar Rp 500.000,- yang berukuran hingga 1,5m harganya bisa mencapai Rp 2juta. Sedangkan yang sudah dijual dalam bentuk cairan (air buah merah) di botol Kratingdaeng, harganya Rp 150.000,- (Dari berbagai sumber)