Siapa tak kenal dengan sosok pria yang hampir menginjak paruh baya berjiwa anak muda satu ini, berbagai prestasi emas maupun penghargaan berhasil ia taklukan. Terutama dalam ajang kompetisi bodybuilder tingkat nasional maupun internasional. Tekadnya selalu bulat, yakni mengharumkan tanah air serta memperkenalkan Indonesia ke mata dunia sebagai pesaing terbaik dalam binaraga. Dengan kegigihannya mengharumkan nama bangsa serta semangatnya untuk mencetak rekor baru internasional, beliau dinobatkan sebagai pahlawan sekaligus Bapak Binaraga Indonesia. Siapakah beliau?
H. Syafrizaldy atau biasa disapa “Bang Rizal” tentu bukanlah suatu nama yang asing untuk diperdengarkan dikalangan binaraga Indonesia. Segudang prestasi sudah diraih, mulai dari PON, Sea Games, Asean Games, maupun event dunia lainnya. Berawal dari orang biasa yang terdidik untuk menjadi seorang atlet, Syafrizal mencoba memantapkan niatnya untuk terjun menjadi seorang binaragawan profesional. Buah dari hasil kerja keras tersebut belum dapat dinikmatinya sebanding dengan pengalamannya yang masih seumur jagung, akan tetapi setelah mengikuti beberapa ajang pesta olahraga nasional (PON), Syafrizal berhasil membuktikan dirinya sebagai pemegang emas terbaik hingga saat ini.
Arti kepahlawan pada era masa kini bukanlah diartikan sebagaimana layaknya pejuang zaman dulu yang memanggul senjata dan berperang melawan ‘aggressor’ penjajah, melainkan pahlawan masa kini yaitu sosok seseorang yang mampu memperjuangkan potensi dalam dirinya hingga tetes darah penghabisan guna mempertahankan keharuman bangsa dan negara. Menurutnya,pencapaian prestasi seni memahat tubuh menjadi suatu lekuk tubuh yang indah adalah bukti bahwa keberhasilannya mengangkat nama Indonesia untuk dikenal diseluruh penjuru asia, bahkan daratan timur tengah pun turut mengakui keunggulan Indonesia dalam ajang binaraga.
Haus akan juara, Bang Rizal tidak menjadikan umurnya sebagai penghambat dalam meraih prestasi apapun, “Umur saya tidak muda lagi, tapi saya belum tua hanya bilangan usianya saja yang banyak. Saya tidak merasakan juara dan saya tidak pernah menjadi yang terbaik, tapi saya akan menjadi juara dan yang terbaik untuk kedepannya” ujar pria kelahiran tanah minang ini merendah.
Seni memahat otot merupakan suatu mahakarya terbaik bagi setiap orang yang mengidamkan postur tubuh sempurna, tapi apalah arti kesempurnaan itu jika tidak dimanfaatkanya sebagai suatu prestasi. Seniman otot tidaklah termakan usia, muda maupun tua hakikatnya dapat membentuk tubuh yang diinginkan. Membentuk tubuh tidak melulu harus mengangkat beban berat, tetapi memainkan beban ringan sudah membuat otot berkontraksi.
Pada hakikatnya dibalik prestasi yang terukir selalu terdapat motivasi dalam memerangi berbagai hambatan yang dihadapi. Sebagai seorang muslim, Syafrizal menuangkan kegemarannya ini sebagai bentuk jihad yang telah diwajibkan bagi seluruh umat muslim se-dunia. Latihan adalah salah satu cara jihad yang dijunjung tinggi bapak tiga orang anak yang baru-baru ini berhasil menggondol medali emas pada PON XVIII, sebagai bentuk motivasi bagi dirinya. Disamping itu rasa nasionalis dan religius menyelimuti dirinya untuk tetap berprestasi mengharumkan bangsa.
Berikut adalah obrolan singkat REPS dengan Syafrizaldy paska menggondol medali emas pada PON Riau yang lalu:
REPS: Apakah ada perbedaan persiapan antara kompetisi nasional dengan internasional?
Syafrizaldy: Jujur saya mengatakan sekecil apapun event tersebut, janganlah dianggap remeh. Saya menganggap setiap event adalah sama, tidak ada yang diprioritaskan ataupun dikurang-kurangkan. Selain itu saya adalah sosok figure binaragawan Indonesia, tentunya saya harus memberikan inspirasi terbaik untuk mereka. Saya menjadikan atlet binaragawan luar sebagai tolak ukur bagi pribadi diri saya, oleh sebabnya pola hidup saya harus menyeimbangi dengan atlet luar.
REPS: Apakah pendapat Anda bahwa binaraga tidaklah jauh dengan dooping/ steroid?
Syafrizaldy : Jujur, hati saya terenyuh dengan keadaan seperti ini. Justru saya ingin mengkampanyekan hal tersebut dengan cara yang tidak naïf dan tidak keras, tapi dengan jalan pendekatanlah yang menurut saya efektif untuk dilakukan. Teman-teman punya hak untuk memakai dan berhak pula menerima resiko yang didapat. Prestasi tidak semuanya ditempuh dengan memakai doping, belum tentu orang yang menggunakan doping bisa menang, yang ada justru menghemat energi dan menghemat umur juga. Maka pertimbangkanlah!
REPS: Apakah terbesit pada diri Anda untuk terjun di ajang Mr. Olympia?
Syafrizaldy: Tidak dan tidak akan pernah sama sekali saya terjun di ajang tersebut. Tiket untuk turun di kelas Mr. Olympia sudah saya peroleh saat itu, akan tetapi kembali pada permasalahan support dana. Biaya saya untuk menyiapkan kompetisi tersebut tidaklah sepadan dengan nominal hadiah yang diterima, selain itu diwajibkanya menggunakan drug pada event tersebut membuat diri saya untuk mengurungkan niat turun pada kompetisi tersebut. Itulah alasanya mengapa saya tidak melanjutkan jenjang saya di Mr. Olympia.
REPS: Apa pesan dan saran untuk binaragawan Indonesia yang ingin mengikuti jejak Anda mengharumkan nama bangsa?
Syafrizaldy: Bagi teman-temanku binaragawan di seluruh Indonesia. Perlu diingat prestasi dalam binaraga sangatlah memungkinkan untuk dicapai, berbagai jalan dapat ditempuh untuk mewujudkan prestasi tersebut akan tetapi bukanlah dengan jalan pintas. Saya berharap dengan linangan air mata agar teman-teman lebih mencintai dan menyayangi diri anda beserta keluarga ketimbang menggunakan dooping yang justru merusak prestasi anda. Janganlah ego serta ambisi yang diutamakan, otak maupun pikiran juga perlu dipertimbangkan untuk mengambil jalan pintas tersebut. Saya selama 26 tahun bergelut di dunia binaraga masih bisa berdiri tegak dan masih kuat untuk mengangkat beban, tapi mengapa teman-teman yang baru meraih prestasi setelah itu tidak muncul-muncul lagi di kompetisi berikutnya, apakah ada sesuatu yang salah sehingga menyebabkan ia tidak muncul lagi?
Tekad serta kerja keras Syafrizaldy untuk mengharumkan merah putih di negara orang patut kita acungkan jempol. Menginjak di usianya yang sudah tidak muda lagi Syafrizal masih tetap berdiri tegak, berlatih, serta mengukir berbagai prestasi demi mengangkat tanah air dimata dunia. Baginya, “experience is the best teacher”, jatuh bangun, gagal sukses, serta cucuran keringat berhasil ia lalui, keluh itu semua hanyalah ia anggap hanya sebagai bumbu-bumbu kehidupan semata. Semoga inspirasi beliau dapat kita jadikan tolak ukur bagi binaragawan Indonesia.(Alfian Lutfi)