“Saya mungkin termasuk orang yang suka makan dan minum yang manis-manis, tapi saya sangat suka manisnya buah. Menurut saya minuman/ makanan olahan yang dijual dipasaran sungguh sangat manis, sehingga jika ada SPG yang menawari saya makanan olahan, selalu saya bertanya “manis nggak mba?”. Mereka sering mencoba meyakinkan saya bahwa manisnya dibuat dari fruktosa, gula buah katanya.”
Nampaknya fruktosa mempunyai nilai jual tersendiri karena sucrosa sudah dikenal luas sebagai sesuatu yang harus dihindari oleh penderita diabetes. Memang fruktosa selama ini diketahui adanya didalam buah. Sementara menurut Dr. Robert Lusting MD (UC San Fransisco) : fruktosa dalam makanan (dimana secara biologis bertindak sebagai lemak, merupakan racun liver memperburuk obesitas pada anak-anak. Tingginya kandungan Fruktosa dan Sukrosa dalam makanan akan meningkatkan nafsu makan yang pada akhirnya meningkatkan konsumsi makan.
Dalam dialog saya dengan Mas Wied Harri, seorang pakar gizi, kekhawatiran saya tentang fruktosa itu saya utarakan. Menurut Mas Weid fruktosa dan juga sukrosa dan gula lainnya yang sudah dalam bentuk ekstrak murni yang di tambahkan dalam makanan berbeda sifatnya dengan yang masih dibawa secara alami terdapat bersama serat dan nutrisi lainnya. Sehingga tidak secara signifikan memberikan akibat seperti yang disebutkan Dr. Robert Lusting MD. Sebaliknya fruktosa eksetrak murni sudah berupa molekul tinggal, yang cepat menaikkan kadar gula, sehingga memaksa pankreas bekerja lebih keras menghasilkan insulin guna mengendalikan kenaikan gula darah mendadak tsb.
Analoginya, seperti kalo kita mau jalan sendiri lalu diganggu orang kemungkinan naik pitam akan keluar jauh lebih besar, dibanding jika kita jalan dengan bersama teman-teman lain – karena ada yang mengingatkan kita untuk bersabar. Kurang lebih demikian fungsi nutrisi, ada interdependensi, yang saling berkaitan.
Pandangan yang diungkapkan oleh Mas Weid Harry adalah tipikal pandangan seorang nutralist yang selalu melihat khasiat suatu zat dalam komposisinya yang terdapat di alam. Berbeda dengan prespektif ahli kimia modern, yang memisahkan ekstrak murni menjadi molekul tunggal, sehingga tidak lagi seperti kondisi pada lingkungan alamiahnya.
Sehingga menurut saya tidak perlu mengurangi makan buah hanya karena penjelasan bahwa fruktosa pencetus lemak yang menyebabkan obesitas karena nyata-nyata berbeda antara fruktosa dalam buah dengan fruktosa ekstrak molekul tunggal yang dimasukkan kedalam makanan olahan (Dini A/ Dillah/ disarikan dari berbagai sumber)