Tanaman ini berasal dari Indocina dan Indonesia ini memang dikenal memiliki kandungan air yang tinggi. Jambu air (eugenia aquea burm) merupakan buah manis nan menyegarkan yang tumbuh dan berproduksi ideal di dataran rendah hingga sedang. Selama ini jambu air masih terkategori sebagai tanaman pekarangan untuk konsumsi keluarga dan belum banyak dibudidayakan secara maksimal.
Jambu air merupakan salah satu jenis buah-buahan potensial yang belum banyak disentuh pembudidayaannya untuk tujuan komersial. Sifatnya yang mudah busuk menjadi masalah penting yang perlu dipecahkan. Buahnya dapat dikatakan tidak berkulit, sehingga rusak fisik sedikit saja pada buah akan mempercepat busuknya buah.
Tanaman jambu air akan tumbuh baik didaerah yang curah hujannya rendah/kering sekitar 500-3000 mm/tahun, dan musim kemarau lebih dari 4 bulan. Dengan kondisi tersebut, maka jambu air akan memberikan kualitas buah yang baik dengan rasa lebih manis.
Angin sangat berperan dalam pembudidayaan jambu air, karena berfungsi membantu penyerbukan pada bunga. Cahaya matahari pun berpengaruh terhadap kualitas buah yang akan dihasilkan. Intensitas cahaya matahari yang ideal dalam pertumbuhan jambu air adalah 40-80%, dengan suhu yang cocok untuk pertumbuhan yaitu 18-28 derajat C, dan kelembaban udara antara 50-80%.
Tanah yang cocok untuk penanaman jambu air adalah tanah yang subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik, dengan keasaman tahan (pH) berkisar antara 5,5-7,5. Tanaman jambu air sangat cocok tumbuh pada tanah datar. Tanaman ini juga mempunyai daya adaptasi yang cukup besar didaerah tropis dari dataran rendah sampai tinggi yang mencapai 1.000 Mdpl.
Varietas & Klasifikasi
Buah tak berkulit ini memiliki beberapa varietas , seperti jambu air camplong yang banyak dibudidayakan di Madura, jambu air dharsono (sebagian menyebutnya dersana), dan jambu air gelas (Kediri). Sedangkan jambu air degus merupakan ‘saudara’ mereka yang kini sedang banyak dibudidayakan di Pasuruan.
Beberapa jenis varietas jambu air lainnya yaitu; Jambu Semarang , Lilin (super manis), Apel dan Cincalo (merah, hijau, putih), Kancing, Mawar (jambu keraton), Sukaluyu, Baron, Kaget, dsb. Sedangkan varietas yang paling komersil adalah Cincalo dan Semarang, yang masing-masing terdiri dari 2 macam (merah dan putih).
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan – Jawa Barat, daerah yang termasuk 10 besar sentra penanaman pohon jambu yaitu; Kabupaten Karawang, Tangerang, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Cirebon, Subang dan Bekasi. Jambu air Cincalo merah banyak terdapat di Karawang dan terkenal dengan jambu Bolang, yang bila matang akan berwarna merah tua kebiruan dengan rasa manis, asam, segar, sedangkan jambu air Semarang (merah dan putih) banyak terdapat di Indramayu.
Sistematika Jambu Air
Kingdom | : Plantarum |
Sub Kingdom | : Kormophyta |
Super Divisio | : Kormophyta biji |
Divisio | : Spermatophyta |
Sub Divisio | : Angiospermae |
Classis | : Dycotyledoneae |
Ordo | : Myrtales |
Familia | : Myrtaceae |
Manfaat & Kegunaan
Kandungan nutrisi penting dari jambu air adalah gula dan Vitamin C. Dan umumnya buah ini pun di makan langsung, karena lebih menyenangkan. Selain sebagai “buah meja” jambu air juga bisa dijadikan santapan/hidangan eksklusif dengan dibuat salada dan fruit coctail, ataupun diolah secara konvensional dalam bentuk rujak dan asinan. Saat inipun telah banyak yang mengemas jamu air dalam bentuk sirup, jeli, dan berbagai produk olahan lainnya.
Kayunya yang keras, berwarna kemerahan, cukup baik untuk digunakan sebagai bahan bangunan, asalkan tidak terkena tanah langsung. Hanya biasanya ukurannya terlalu kecil. Kayu jambu air bagus pula digunakan sebagai kayu bakar, dan leluhur kitapun dahulu menggunakan kulit batangnya sebagai campuran ramuan obat. Saking banyaknya manfaat dan kegunaan tanaman ini, bahkan di daerah Kuningan, daun jambu air biasa digunakan sebagai pembungkus tape ketan yang terkenal manis dan lezatnya bukan main. [NZL/berbagai sumber]