Vitamin D belakangan ini menjadi sangat langka di pasaran karena dinilai dapat mencegah infeksi virus COVID-19. Terlebih sejak diunggahnya video podcast oleh Dedy Corbuzier (12/7) yang mengundang seorang dokter bedah ortopedi, dr. Henry Suhendra SpOT, tentang konsumsi vitamin D untuk mencegah COVID-19.
Tetapi jika Anda mencari informasi di pencarian internet akan muncul banyak artikel yang kontra mengenai hal tersebut. Lantas benarkah vitamin D dapat mengurangi infeksi COVID-19? Mari kita ulas berdasarkan studi yang membahas suplemen vitamin D dapat mengurangi risiko infeksi COVID-19.
Vitamin D untuk COVID-19 berdasarkan penelitian
Vitamin D adalah salah satu kandungan yang berperan penting dalam organ tubuh manusia, mulai dari tulang, otot, hingga sistem kekebalan tubuh. Kandungan ini tidak hanya Anda dapatkan dari makanan, Anda bisa mendapatkan vitamin D dari sinar matahari dan juga suplemen.
Namun sayangnya hanya konsumsi makanan dan berjemur saja tidak cukup memenuhi vitamin D. Selain faktor usia dan warna kulit, kandungan lemak dalam tubuh juga memegang peran. Untuk itu Anda perlu konsumsi suplemen D3 untuk menjaga kadarnya tetap normal.
Permasalahannya adalah, saat ini konsumsi vitamin D belum banyak disadari oleh banyak orang. Kebanyakan orang hanya konsumsi vitamin C saat pandemi karena dinilai dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Nyatanya vitamin D juga tidak kalah pentingnya.
Suatu studi di India menemukan bahwa konsumsi vitamin D dosis tinggi jangka pendek dapat menyembuhkan COVID-19. Pasien dengan SARS-Cov-2 dengan kadar vitamin D kurang dari 20 ng/ml menerima 60.000 IU cholecalciferol (vitamin D3) 5 ml setiap hari selama 7 hari.
Hasilnya terjadi penurunan yang signifikan pada fibrinogen yang terjadi setelah konsumsi suplementasi cholecalciferol dosis tinggi.
Dalam video podcast tersebut, perihal dosis vitamin D sendiri, dr. Henry menyebutkan tidak ada jumlah khusus berapa banyak yang harus Anda konsumsi untuk mencegah infeksi COVID-19. Anda perlu mengetahui kadar vitamin D dalam tubuh melalui pengecekan laboratorium.
Jumlah kadar vitamin D yang normal adalah di atas 30 ng/ml. Kadar vitamin D>30 ng/ml dikaitkan dengan penurunan yang signifikan dalam tingkat keparahan dan kematian infeksi SARS-CoV-2.
Studi lain yang dipublikasikan di National Library of Medicine membandingkan efek dari dosis 5000 Iu dengan 1000 IU suplementasi vitamin D pada pasien COVID-19.
Hasilnya suplementasi D3 oral 5000 IU setiap hari selama 2 minggu dapat mengurangi waktu pemulihan untuk batuk dan gangguan sensorik gustatory di antara pasien dengan status vitamin D sub-optimal, serta gejala COVID-19 ringan hingga sedang. Sehingga sangat direkomendasikan.
Untuk mengoptimalkan sistem kekebalan tubuh saat pandemi, dr. Henry juga menyarankan untuk konsumsi vitamin K2 serta beberapa suplemen yang mendukung penyerapan vitamin, yakni zinc dan magnesium. Namun dengan catatan tidak dikonsumsi bersamaan.
(Ayu/berbagai sumber)