Binaraga dan powerlifter (angkat beban) merupakan dua olahraga yang sama-sama berbasis pada olahraga beban. Ketika datang ke gym, Anda pasti bisa menemukan dua atlet ini sedang berlatih.
Namun meski sama-sama akrab dengan peralatan latihan beban, mengapa binaraga terlihat lebih berotot dibandingkan dengan powerlifter? Mari Reps ulas satu persatu penyebabnya.
Tujuan yang berbeda
Meski sama-sama berlatih dengan beban, binaraga dan powerlifter memiliki tujuan yang berbeda.
Binaraga berlatih beban untuk mendapatkan otot tubuh yang estetik. Beberapa penilaian, di antaranya proporsional tubuh, simetri, ukuran, dan definisi otot.
Sementara powerlifter tidak ada hubungannya dengan estetika ataupun simetri tubuh, namun lebih berfokus pada latihan kekuatan mentah dalam melakukan angkatan individu, seperti bench press, squat, dan deadlift.
Kekuatan vs hipertrofi
Selain tujuan, ada perbedaan yang signifikan pada latihan yang dilakukan binaraga dan powerlifter, yakni latihan untuk mencapai kekuatan dan hipertrofi otot.
Kekuatan merupakan kemampuan otot untuk menghasilkan gaya melawan suatu perlawanan. Sementara hipertrofi secara khusus mengacu pada pertumbuhan ukuran otot.
Pada pelatihan angkat beban, fokus latihan dilakukan untuk meraih kekuatan murni, yakni upaya meningkatkan jumlah angkatan.
Lain halnya dengan binaraga yang berfokus pada hipertrofi otot, sehingga biasanya menggunakan program latihan split, yakni berpusat pada perkembangan otot tertentu di setiap sesi.
Jumlah repetisi
Penelitian menemukan bahwa jumlah repetisi dalam latihan beban memiliki pengaruh pada pertumbuhan otot.
Untuk membangun kekuatan yang optimal, jumlah repetisi maksimal yang direkomendasikan adalah 3-5 repetisi per latihan. Dan untuk pertumbuhan otot, jumlah repetisi maksimal yang direkomendasikan adalah 10-12 repetisi.
Ini berarti latihan intensitas tinggi (menggunakan beban yang lebih berat) dengan repetisi yang lebih sedikit dapat merangsang kekuatan otot lebih baik, sehingga powerlifter hanya menggunakan 1-5 repetisi setiap mengeksekusi gerakan.
Sementara latihan intensitas sedang (beban yang tidak terlalu berat/disesuaikan) dengan repetisi yang lebih banyak dapat merangsang hipertrofi otot untuk menambah ukuran otot. Sehingga cara latihan ini digunakan oleh binaragawan.
Peralatan latihan
Karena proporsional dan simetri otot termasuk dalam penilaian binaraga, mereka akan lebih sering mengadopsi latihan isolasi untuk membangun otot tertentu. Latihan ini cenderung menggunakan mesin resistensi untuk mengisolasi dan menerapkan tekanan maksimal pada bagian otot.
Sementara powerlifter yang berfokus pada kekuatan keseluruhan, lebih banyak melakukan latihan gabungan (compound), untuk menghasilkan peningkatan kekuatan maksimal. Biasanya latihan mereka lebih banyak menggunakan beban bebas.
Baca juga: Mengenal gerakan compound dan isolation untuk otot yang massive dan definitif.
Surplus dan defisit kalori
Yang terakhir adalah cara pengaturan kalori. Dalam binaraga Anda perlu konsumsi banyak kalori (surplus kalori). Tujuannya adalah untuk memaksimalkan pertumbuhan otot, serta pemulihan, untuk menambah massa otot.
Namun untuk mendapatkan otot yang lebih lean (saat menghadapi pertandingan) binaragawan perlu melakukan defisit kalori, yakni mengurangi asupan kalori untuk memaksimalkan definisi otot.
Sementara pada powerlifter, tidak ada istilah defisit kalori. Mereka diperbolehkan konsumsi banyak kalori untuk menunjang kekuatan tubuh. Meski begitu mereka tidak makan sebanyak kebutuhan kalori binaraga dan tetap dipantau untuk menjaga kekuatan otot dalam mengangkat beban.
(Ayu/berbagai sumber)