Oleh: Dr. Bambang Sukamto, DMSH
Usia saya 40 tahun dan sering melakukan seks oral pada saat pemanasan, maupun saat berhubungan intim. Apakah hal ini dikemudian hari bisa menimbulkan gangguan kesehatan?
Kasus diatas menunjukan bahwa seseorang sering melakukan kegiatan seks oral tanpa memahami kemungkinan gangguan yang dapat timbul. Dan ada kemungkinan saat ini yang bersangkutan sudah mengalami gangguan kesehatan tertentu. Berikut ini akan dikemukakan seks oral dan berbagai permasalahannya.
Seks oral adalah semua aktifitas seksual yang dilakukan dengan cara menggunakan mulut, termasuk disini mempergunakan lidah, gigi, maupun mulut bagian dalam untuk merangsang alat genital. Aktivitas wanita sebagai penerima seks oral yang dilakukan pasangannya (pria/wanita) disebut cunnilingus, sedangkan pada pria disebut fellatio. Adapun rangsangan oral pada bagian tubuh lain misal berciuman/rangsangan puting susu dengan mulut bukanlah merupakan seks oral.
Umumnya oral seks dilakukan baik oleh mereka yang heteroseksual maupun homoseksual. Atifitas ini oleh sekelompok orang dilakukan dengan maksud sebagai salah satu upaya kontrasepsi. Bahkan mereka berpikiran ini untuk mencegah Penyakit Menular Seksual (PMS) yang ternyata justru beberapa PMS lebih mudah menyebar dengan cara ini.
Kalangan remaja berpendapat bahwa seks oral bukanlah kegiatan seks. Ini hanya untuk menutupi dan mengalihkan seks bebas yang dianutnya dengan dalih bisa menjaga virginitasnya. Dari sudut pandang medis aktivitas seks ini tidak aman. Umumnya orang tidak menyadari bahwa PMS dapat tinggal hidup dirongga mulut saat melakukan seks oral, dengan pasangan yang terinfeksi dan dari mulut menyebar ke genital. HPV merupakan ancaman serius untuk terjadinya kanker rongga mulut baik pada wanita maupun pria seperti kejadiannya dileher rahim (cervix).
Resiko PMS
Penelitian menunjukan bahwa beberapa PMS dapat menular melalui seks oral,
Antara lain:
>> Chlamydia
>> Gonorrhea
>> Herpes
>> HIV
>> Human Papilloma Virus (HPV)
>> Nongonococcal Urethritis (NGU)
>> Syphilis
>> Infeksi Jamur
Resiko PMS akan meningkat bila pada alat genital ataupun dalam mulut terdapat luka terbuka atau gusi berdarah. Menyikat gigi, protese gigi, atau memakan makanan yang relatif keras yang dilakukan beberapa saat sebelum atau sesudah melakukan oral seks dapat meningkatkan penularan PMS, karena aktifitas tadi memungkinkan terjadinya perlukaan didalam mulut.
Chlamydia
Kemungkinan terjadinya infeksi clamidia pada seks oral sangat jarang. Infeksi mungkin terjadi vagina, cervix, anus, penis, atau mulut kontak langsung dengan cairan yang engandung clamidia.
Gonorrhea
Infeksi gonorrhea dapat terjadi meskipun tidak terjadi ejakulasi dan bakterinya dapat hidup di rongga mulut untuk jangka waktu tertentu.
Herpes
Herpes dapat menular melalui kontak kulit dengan kulit. Perlu diingat bahwa penularan terjadi meskipun tidak nampak adanya perlukaan. Sering orang tidak menyadari bahwa gangguan dalam rongga mulut disebabkan oleh herpes akibat seks oral.
HIV
Meskipun resikonya rendah sudah diketahui bahwa penularan HIV bisa terjadi pada seks oral melalui semen (cairan ejakulasi), cairan vagina dan darah. HIV tidak ditularkan lewat cairan ludah.
HPV
Infeksi HPV jarang terjadi saat seks oral. Virus HPV keluar dari permukaan kutil (warts) dan akan menyebar kalau ada kontak fisik langsung. Penelitian yang pernah dilakukan tanpa memperhatikan upaya perlindungan yang dilakukan oleh penderita HPV, ternyata meningkatkan terjadinya kanker rongga mulut. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kanker ditemukan 36% pada penderita HPV dan hanya 1% pada orang sehat. Sebuah jurnal di Inggris melaporkan bahwa seseorang yang selama kehidupannya melakukan seks oral dengan 1-5 pasangan mempunyai resiko terkena kanker 2 kali lebih besar dibanding mereka yang tidak melakukan.
NGU
Sebagian besar bakteri NGU akan menyebar saat seks oral, meskipun penis atau lidah tidak masuk jauh ke vagina atau mulut, bahkan belum sampai terjadi pengeluaran cairan tubuh. Penelitian terakhir di Australia menunjukan bahwa seks oral merupakan salah satu jalur penularan NGU.
Syphilis
Seks oral sudah diketahui merupakan jalur penularan yang cukup sering. Data menunjukan 13% kasus syphilis terjadi melalui seks oral. Penularan sering terjadi sewaktu seks vaginal maupun oral ketika luka atau bercak syphilis kontak langsung dengan bagian yang terkelupas dari kulit ataupun lapisan mukosa.
Infeksi Jamur
Banyak kejadian menunjukan bahwa wanita dengan infeksi jamur berulang dapat disebabkan oleh infeksi jamur sebagai penerima seks oral. Penelitian memperlihatkan bahwa wanita penerima seks oral akan mengalami infeksi jamur berulangkali 3 kali lebih tinggi.
Seks oral dilakukan sebagai bagian dari foreplay, dan tidak jarang karena ingin memperoleh ‘kenikmatan’ dengan cara lain disamping hubungan seks biasa.
Pengamanan seks oral
- Jangan melakukan seks oral bila sedang menderita PMS, karena pasangan kemungkinan akan tertular. Umumnya PMS dapat diobati terutama bila masih taraf awal, tetapi bila sulit disembuhkan akan berdampak pada kesehatan umum dan kemungkinan kemandulan.
- Adanya resiko tertular penyakit, kalangan medis menyarankan cara pencegahan dengan kondom atau dental dams sewaktu melakukan seks oral bila tidak mengetahui ada tidaknya PMS pada pasangannya. Wanita pelaku seks oral sering menggunakan bahan dari latex sebagai pelindung yang diletakan antara vagina dan mulut (dikenal sebagai dental dams).
- Kondom dapat digunakan pada pria pelaku seks oral. Kadang-kadang ada yng kurang menyenangi karena ada bau bahkan rasa karet dan berkurangnya sensasi penis. Untuk itu dapat digunakan kondom tipis atau beraroma tertentu.Juga dapat ditambahkan lumbrikan yang “water based” dalam kondom untuk meningkatka sensai.
- Bila ada perlukaan di mulut, hindari seks oral. Jangan menyikat gigi sebelum dan sesudah seks oral tapi bila ingin supaya mulut terasa segar dapat digunakan obat kumur.