Sindrome akan kekurangan testosterone atau biasa disingkat dengan (SKT), merupakan kondisi yang seringkali tidak terdiagnosis, dimana kadar testosterone seseorang tersebut dapat berkurang disertai oleh gejala yang jika tidak segera ditangani akan dapat memperparah dan mempengaruhi kesehatan pria.
Banyak para pria yang mengalami gejala SKT ini dari waktu ke waktu. Akan tetapi jika seseorang mengalami beberapa gejala sekaligus atau mendapatkan skor tinggi atau sedang ( skor dapat dilihat pada table ), kemungkinan terdapat suatu penyakit yang mendasari SKT yang memerlukan penanganan dan tindakan. Terapi dapat dilakukan baik itu berupa obat-obatan anti depresi, pengobatan disfungsi ereksi atau terapi sulih testoterone.
Gejala-gejala yang mungkin terjadi diakibatkan sindrom defisiensi testosterone antara lain adalah :
- Depresi dan mudah marah.
- Gangguan tidur
- Kelelahan dan rasa sangat lelah dikarenakan penurunan pembentukan sel darah merah ( atau lebih dikenal dengan anemia).
- Penurunan konsentrasi.
- Penurunan kekuatan otot, rasa panas sekitar dada dan leher ( hot flushes ).
- Peningkatan lemak tubuh.
- Hilangnya libido, fungsi seksual dan disfungsi ereksinya.
- Penurunan masa tulang.
Berikut table atau isian untuk kualitas hidup pria diatas 40 tahun yang dirancang untung menjaga dan membantu tenaga kesehatan dengan menentukan tingkat keparahan. Gejala yang dikaitkan dengan kekurangan testosterone daftar ini berdasarkan skala gejala penuaan pria (AMS) yang mana telah dikembangkan oleh professor Heineman (pusat epidemologi dan riset kesehatan, berlin).
Manakah dibawah ini yang sesuai dengan keadaan Anda saat ini, berilah tanda atau skor yang cocok untuk Gejala Anda, untuk Gejala yang tidak sesuai jangan diberi tanda atau skor.
Nilai Skor :
1= Tidak ada, 2= Ringan, 3= Sedang, 4= Parah, 6=Sangat Parah.
DESCRIPTION
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | |
Mengalami keaadaan penurunan secara umum (keadaan kesehatan umum, perasaan secara subyektif)….. | |||||
Sakit sendi dan otot (sakit punggung bawah, nyeri sendi, nyeri tungkai, nyeri pinggang)…… | |||||
Banyak keluar keringat (sulit memulai tidur, sulit tidur pulas, bangun terlalu pagi dan merasa lelah, kualitas tidur rendah, mengantuk)…. | |||||
Peningkatan kebutuhan tidur, sering terasa letih.Rasa cepat tersinggung (agresif, cepat tersinggung, tentang hal-hal yang remeh, suasana hari berubah-rubah)…. | |||||
Gugup (perasaan tegang gelisah mudah terkejut)… | |||||
Kecemasan ( rasa mudah panic )….. | |||||
Letih fisik atau kurang vitalitas ( penurunan umum pada prestasi kerja, aktifitas berkurang, kurang minatpada kegiatan santai, merasa pekerjaan tak pernah tuntas, hanya memperoleh sedikit, sering memaksa diri untuk bekerja) | |||||
Penurunan kekuatan otot ( lemas) | |||||
Suasana hati depresi ( merasa tertekan, sedih, rasa ingin menangis, kurang semangat, suasana hati yang berubah-ubah tak teratur, merasa tak berguna)….. | |||||
Merasa Anda telah melampaui masa puncak prestasi kerja Anda | |||||
Penurunan pertumbuhan jenggot | |||||
Penurunan kemampuan seks atau frekuensi keberhasilan seksual | |||||
Penurunan jumlah ereksi pada pagi hari | |||||
Penurunan hasrat seks/libido ( kurang merasa nikmat pada hubungan seksual, kurangnya hasrat untuk melakukan hubungan seksual) |
Skor Gejala Total berhubungan secara langsung dengan gejala kekurangan testosterone :
– 17 – 26 = Tidak Ada Gejala
– 27 – 36 = Gejala Ringan
– 37 – 49 = Gejala Sedang
– 50+ = Gejala Berat
Sebagian besar pria mengalami beberapa dari gejala ini dari waktu ke waktu. Akan tetapi, jika Anda mengalami sejumlah dari gejala ini atau memiliki skor dari sedang hingga tinggi, Anda harus mendiskusikannya ke dokter yang akan menilai Kesehatan Anda dan akan menunjukkan kepada Anda jika terdapati kondisi yang mendasar, agar secepatnya dilakukan pengobatan. Pengobatan baik berupa pengobatan anti depresi, pengobatan fungsi ereksi, atau pengobatan testosterone. Normalnya kadar testosterone aktif di tubuh pria berkisar antara 12nmol/L hingga 40nmol/L dan kadar ini akan berkurang tentunya seiring dengan pertambahan usia.
Pada umumnya penurunan mulai terjadi pada usia sekitar 40 tahun. Namun bisa saja dimulai pada usia lebih muda akibat kebiasaan buruk seperti merokok, makan yang tidak teratur, mengkonsumsi alcohol dan kurangnya berolahraga. (sumber : rs-asri/bayer)