Oleh: Ayyuni S.
Steroid bukan lagi menjadi rahasia umum dalam olahraga fitness, karena zat yang merupakan versi sintesis dari hormon testosteron ini mampu meningkatkan kemampuan fisik, juga atletik seorang atlet. Penggunaan zat ini masih dianggap ilegal oleh Food and Drug Administration (FDA) karena memiliki beberapa efek samping yang dapat mengganggu kesehatan hingga merusak organ tubuh. Namun meskipun dilarang, penggunaan steroid tetap berlangsung, bahkan “dianjurkan” untuk memenangkan pertandingan.
Semakin berkembangnya olahraga olah otot dunia, wanita pun tidak mau ketinggalan meramaikan. Ada kelas khusus dimana wanita juga diperbolehkan bertanding menunjukkan posing yang mengunggulkan otot mereka. Namun masalahnya adalah hormon utama yang di produksi dalam tubuh wanita adalah estrogen (meskipun ada testosteron dalam jumlah sedkit). Jadi seberat apapun wanita berlatih, definisi otot yang didapat tidak akan sebesar pria.
Lantas bagaimana bisa binaragawati tumbuh besar bak pria? Jawabannya adalah tentu saja dengan mengkonsumsi testosteron sintesis (steroid).
Kali ini Reps akan mengulas beberapa efek samping yang terjadi pada wanita yang menggunakan steroid dalam membangun otot. Meskipun sedikit berbeda dengan pria, penggunaan steroid pada wanita juga bisa berakibat buruk pada kesehatan tubuh, khususnya pada sistem reproduksi.
Efek Steroid Pada Wanita
Kelainan menstruasi dan ketidaksuburan
Testosteron adalah hormon utama pria, walaupun juga ditemukan dalam jumlah kecil pada wanita. Di dalam tubuh wanita, testosteron disimpan di ovarium dan jaringan lain di seluruh sistem reproduksi. Jika menggunakan steroid yang merupakan tiruan dari testosteron, maka terpiculah pergeseran hormon yang mengakibatkan wanita mengalami kelainan dalam menstruasi.
Dikutip dari bodybuilding.com, jenis steroid seperti Nandrolone, Oxymetholone dan Ethylestrenol diketahui dapat menghambat ovulasi dan memicu berhentinya siklus menstruasi. Namun semua itu tergantung jumlah pemakaian tiap individu dan reaksi tubuh terhadap kimia. Karena ada beberapa wanita yang menggunakan steroid dalam jumlah kecil dan siklus menstruasinya tetap teratur.
Mereka yang menstruasinya terganggu akan mengalami periode yang lebih singkat dari biasanya, jumlah yang lebih sedikit atau bisa lebih banyak, juga periode yang tidak menentu setiap bulannya. Bahkan tidak menutup kemungkinan menstruasi berhenti sama sekali (amenorrhea).
Menjadi maskulin
Anda mungkin mengenal istilah androgenik, yakni perubahan yang dialami pria saat pubertas seperti perubahan suara, hingga peningkatan tubuh atau wajah. Karena sifat androgenik steroid, wanita juga kemungkinan akan mengalami efek ini. Dikutip dari Mayoclinic.org penggunaan steroid pada wanita juga menyebabkan berkurangnya ukuran payudara, pertumbuhan klitoris juga rontoknya rambut hingga mengalami kebotakan.
Menyebabkan penurunan mood hingga depresi
Selain kondisi fisik dan seksualitas, penggunaan steroid juga dapat memacu gangguan depresi pada penggunanya. Biasanya mereka yang menggunakan steroid akan cenderung mudah tersinggung, cepat merasa cemas, dan perubahan suasana hati yang cepat. Kondisi tersebut akan diperburuk jika bersamaan dengan premenstrual syndrom. Bagi wanita yang punya riwayat penyakit jiwa mungkin bisa beresiko kambuh.
Sebuah penelitian di Departmen Bedah, Klinik Rawat Jalan Olahraga, Rumah Sakit Universitas Maastricht dan Pusat Kedokteran Olahraga Maastricht, The Netrherlands menemukan bahwa umumnya Androgenic-anabolic Steroid (AAS) tampaknya mendorong peningkatan agresi dan merasa benci. Timbulnya gangguan mood yang cenderung bersifat dosis karena ketergantungan obat.
Gangguan pada fisik dan beberapa organ tubuh
Selain beberapa perubahan fisik seperti payudara yang mengecil dan tumbuhnya klitoris, steroid juga memiliki efek samping pada fisik Anda seperti jerawat dibeberapa bagian tubuh dan pori-pori yang membesar. Dampak ini tidak hanya terjadi pada wanita, tapi juga pada pria.
Dikutip dari thescienceofacne.com salah satu efek samping yang paling umum dari penggunaan anabolic steroid adalah pengembangan jerawat pada wajah, dada dan punggung. Perkembangan gejala jerawat umumnya disebabkan oleh peningkatan aktivitas kelenjar sebaceous sebagai respon terhadap peningkatan kadar hormon androgen. Peningkatan ini dapat menyebabkan tingginya produksi sebum yang dapat menyumbat pori-pori sekaligus tumbuhnya bakteri penyebab jerawat seperti Propionibacterium acnes.
Pemakaian steroid dalam jumlah besar dapat menyebabkan kerusakan pada organ ginjal dan hati. Sebuah penelitian di Divisi Gastroenterologi, Departemen Penyakit Dalam, Pusat Rumah Sakit Klinik Rijeka, Kroasia yang dilakukan melalui subjek seorang binaraga 26 tahun yang menggunakan steroid dalam jumlah besar sehingga mengalami kerusakan hati. Dari penelitian ini mereka menemukan bahwa konsumsi anabolic steroid dapat menginduksi racun hepatitis dalam hati.