Diet rendah karbohidrat adalah salah satu cara yang populer dalam menurunkan berat badan. Konsepnya adalah dengan mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah sedikit atau bahkan menghilangkannya sama sekali. Diet rendah karbohidrat ini ada pada diet ketogenic, atkins, dan juga paleo. Para pelaku diet mengurangi konsumsi makanan berkarbohidrat seperti biji-bijian (termasuk nasi), buah-buahan dan sayuran bertepung, lalu menggantinya dengan lemak dan protein.
Namun, sebuah penelitian yang dipresentasikan oleh American College of Cardiology’s sesi ilmiah tahunan ke-68 berhasil menemukan bahwa orang yang mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah sedikit lebih beresiko mengalami Atrial Fibrilasi (AFib) sejenis aritmia, yakni gangguan dimana jantung tidak selalu berdetak atau tidak mengikuti kecepatan yang seharusnya. Gangguan ini dapat menyebabkan jantung berdebar, pusing, hingga kelelahan. Orang yang mengidap AFib lebih beresiko terserang stroke dan gagal jantung.
Hal ini ditunjukkan oleh data yang diambil oleh para peneliti dari Atherosclerosis Risk in Communities (ARIC), sebuah studi yang diawasi oleh National Institutes of Health yang dimulai sejak tahun 1985 sampai 2016. Dari hampir 14.000 orang yang tidak memiliki AFib ketika mereka mendaftar dalam penelitian ini, hampir 1.900 peserta yang kemudian didiagnosis mengalami AFib selama 22 tahun masa tindak lanjut.
Setiap harinya peserta diminta untuk melaporkan asupan harian mereka dari 66 item makanan yang berbeda melalui kuisioner. Lalu para peneliti bersama Harvard Nutrient Database menggunakan informasi tersebut untuk memperkirakan asupan karbohidrat harian masing-masing peserta dan proporsi kalori harian yang berasal dari karbohidrat. Rata-rata karbohidrat mengandung sekitar setengah dari kalori yang dikonsumsi. Sementara Dietary Guidelines of American’s merekomendasikan 45-65% dari total asupan kalori harian.
Kemudian para peneliti membagi peserta menjadi 3 kelompok yang mewakili kelompok karbohidrat tinggi (lebih dari lebih dari 52,4% kalori), karbohidrat sedang (44,8% hingga 52,4% kalori), dan karbohidrat rendah (kurang dari 44,8% kalori).
Hasilnya, kelompok peserta dengan karbohidrat yang rendah adalah yang paling beresiko mengalami AFib. Kemungkinannya adalah 18% lebih tinggi dibandingkan peserta dengan karbohidrat sedang dengan kemungkinan 16%.
Menurut Xiaodong Zhuang, MD, PhD, seorang ahli jantung di rumah sakit yang berafiliasi dengan Universitas Sun Yat-Sen di Guangzhou, Cina dan penulis utama studi ini, penyebab diet rendah karbohidrat menyebabkan AFib salah satunya adalah karena kurangnya konsumsi sayuran, buah dan biji-bijan yang merupakan makanan untuk mengurangi peradangan. Tanpa makanan tersebut, Anda mungkin mengalami lebih banyak peradangan yang dikaitkan dengan AFib.
Penjelasan lain yang mungkin adalah bahwa mengkonsumsi lebih banyak protein dan lemak sebagai ganti karbohidrat dapat menyebabkan stres oksidatif, yang juga dikaitkan dengan AFib. Pada akhirnya berefek pada meningkatnya resiko penyakit kardiovaskular lainnya.
Untuk sementara penelitian ini belum dapat menunjukkan sebab dan akibat karena percobaan terkontrol secara acak serta perlu mengkonfirmasi hubungan antara asupan karbohidrat dengan AFib dari populasi beragam secara etnis. Selain itu penelitian ini tidak melacak peserta dengan AFib tanpa gejala atau mereka yang memiliki AFib namun tidak dirawat di rumah sakit. (Ayu)
Sumber: