Senang dan mencintai adalah anak tangga pertama yang harus dipijak agar kian mudah menggapai anak tangga yang tertinggi, dan hal tersebut berlaku diberbagai bidang termasuk pada olahraga fitness. Bermula dari sebuah target dan kemudian mencintai, membuat personal trainer funky ini semakin betah dan mendalaminya hingga ke atas panggung kontes kejuaraan.
Fany Faizal Azwa, mungkin masih sedikit orang yang mengenal atlet body fitness asli Surabaya ini. Namun bukan berarti beliau tidak memiliki nilai jual untuk dipublikasikan. Berlatih dan terus berlatih demi sebuah hasil, membuat banyak orang bertunduk takzim kepada atlet kelahiran bulan Agustus ini. Soal prestasi, Fany memang belum dan tidak sebanyak atlet-atlet beken body fitness macam Ricky Daud ataupun Dody Syahputra. Namun semangat dan dedikasinya untuk menjadi lebih baik terkadang justru lebih di atas kedua nama besar tersebut.
Fany, mengawali sejarah fitness-nya sebagai individu yang kegemukan atau obesitas. Berat badannya yang ‘melebihi kapasitas’ tersebut membuat Fany tidak nyaman dan khawatir terserang berbagai penyakit. Akhirnya Fany memutuskan untuk nge-gym sebagai usahanya dalam membakar lipatan lemak yang menumpuk dalam tubuhnya. Tidak tanggung-tanggung Fany membakar lemak dalam tubuhnya setiap pagi-sore di gym. Pagi untuk latihan kardio dan latihan otot perut, sedangkan sore hari lebih kearah latihan beban untuk seluruh tubuh.
Setahun tidak terasa sudah dilewatinya, hasil pun terlihat nyata walaupun masih jauh dari target yang dituju. Sempat rasa was-was dan jenuh akan perjalanan yang panjang hadir, lantaran tipisnya jarak pandang untuk melihat akhir dari sebuah kepastian perjalanan tersebut. Tetapi tidak semua gading retak, artinya ditengah ketidakpastian hasil tersebut terselip seberkas cahaya. Walaupun masih jauh dari target yang diupayakan selama setahun, terselip hasil berupa benjolan otot yang terbagi enam dalam perutnya. Karena sebuah hasil yang terselip tersebut, rasa was-was dan jenuh seolah tidak berarti dan segera ditinggalkan jauh di halaman belakang. Justru Fany semakin gencar berusaha agar seberkas cahaya tersebut semakin bersinar dan mampu menerangi hasil yang terselip agar semakin nyata terlihat.
Singkat cerita, tanpa disadarinya bukan hanya size tubuhnya saja yang mengecil, tetapi juga diikuti dengan lekukan bentuk tubuh yang kian manarik. Sampai pada akhirnya membawa Fany ke sebuah Mega Gym ternama untuk bekerja sebagai Personal Trainer. “Bak mimpi di ‘siang bolong; ketika tawaran tersebut datang padanya, sebab fitness knowledge yang dimilikinya pun tidaklah menggunung”, ungkap Fany lengkap dengan ekspresi keterkejutannya. Pada awalnya Fany bekerja hanya sebagai instruktur, namun karena kemauan dan rasa ingin belajar mengenai seluk beluk fitness sampailah pada pengangkatan sebagai Personal Trainer.
Berhubung saat ini kita sedang di bulan yang penuh berkah dimana segala bentuk amal ibadah dilipat gandakan serta terbukanya pintu maaf seluasluasnya, adalah sebuah keputusan yang bijak untuk memutuskan agar menjalankan ibadah diatas segala-galanya termasuk kepentingan fitness. Lalu apakah kita harus berhenti nge-gym selama ramadhan? Tidak harus, namun kita-lah yang harus pandai mengatur agar keduanya dapat berjalan berdampingan. Berikut adalah kebiasaan Fany saat menjalani ibadah puasa selama ramadhan.
Berbicara soal ibadah, Fany tak kalah militannya seperti saat dirinya berlatih. Baginya puasa bukanlah kendala bagi Personal Trainer pecinta nonton ini. “Tentu ada yang dirubah ketika bulan ramadhan tiba, salah satunya adalah pola latihan. Selama puasa frekuensi latihan saya kurangi menjadi tiga sampai empat kali seminggu yang tadinya bisa sampai enam kali seminggu”, ungkap Fany yang REPS temui saat jadwal latihannya.
Selama bulan Ramadhan Fany biasanya merubah jam latihannya pada malam hari, sekitar pukul delapan malam atau setelah menunaikan shalat tarawih. Tapi jika memungkinkan, sore hari menjelang waktu buka puasa tiba sekitar jam 16:30 atau jam 17:00 adalah waktu alternatif latihannya. Terjadi sedikit revisi pada pola latihan seperti, latihan beban yang cenderung medium dengan repetisi 8-10 set dan diulang 2-3. Sedangkan untuk latihan kardio dilakukan dua kali dalam seminggu. Agar hasil latihan tetap maksimal walau asupan makanan yang terbatas lantaran puasa, Fany mensiasatinya dengan istirahat yang maksimal. Yakni dengan tidur sebelum jam sepuluh malam, agar ketika bangun sahur proses recovery tubuh dapat dirasakan.
“Kemudian pada saat sahur pilihlah makanan yang banyak mengandung serat, tinggi protein, dan jangan makan terlalu banyak saat sahur. Tambahkan susu whey dan jangan lupa minum multivitamin sehabis sahur”, lengkap Personal Trainer kelahiran Surabaya tersebut.
Ketika waktu berbuka puasa tiba, usahakan makan makanan yang mengandung gula seperti kurma atau lain sebagainya. Namun tetap komitmen bahwa gula yang masuk adalah yang sehat bukan asal sembarang manis saja. Kolak dengan gula merah tanpa santan bagus juga dikonsumsi saat waktu berbuka tiba. Makanan manis yang berkualitas tersebut berguna untuk menaikkan kembali kadar gula darah yang anjlok ketika siang hari saat menahan tidak makan dan minum selama puasa. Setelah itu bergegaslah Shalat Magrib sekaligus revitalisasi jiwa agar faedah dari berpuasa seharian merasuk dalam kehidupan kita. Jika ingin melanjutkan ibadah dengan tadarus atau ingin langsung makan besar terserah.
Ingat, pilihlah makanan yang banyak serat dan protein dan hindari makanan yang berlemak. Terkadang mereka yang berpuasa menjadi kalap saat berbuka, artinya semua makanan dimakannya. Kebiasaan tersebut ternyata tidaklah baik, sebab terlalu kenyang setelah berpuasa seharian dapat mengganggu proses pencernaan.
Kisah ataupun kebiasaan Fany dalam mengatur urusan fitness tanpa mengganggu ibadah puasa yang telah kita simak, mudah-mudahan dapat memberikan semangat tersendiri bagi teman-teman REPS Mania sekalian untuk tidak menjadikan ramadhan sebagai momok. Bahkan puasa dapat dijadikan momentum dalam pembuatan SIXPACK. Ingat diet merupakan penyumbang terbesar dari terciptanya SIXPACK. Memang, diet dan puasa bukanlah suatu hal yang sama, namun setidaknya seharian tidak makan bisa dijadikan ajang untuk membakar lemak pada perut. Ditambah dengan kardio di malam hari atau sedikit weight training sebelum berbuka, menjadikan ramadhan bulannya membentuk SIXPACK.
Sebelum berpisah, Fany sempat berujar tentang pentingnya semangat juang berlatih jika ingin tetap konsisten menekuni olahraga fitness atau dunia otot. “Saya bisa dan ada saat ini bukan karena kepintaran yang saya miliki, melainkan karena kemauan dan semangat juang untuk berlatih. Jangan pernah bilang tidak mampu, tetapi tetaplah harus realistis”. Demikianlah obrolan REPS dengan Fany Faizal Azwa putra dari pasangan Boediarto dan Irma Nindya, semoga dapat dijadikan teladan bagi para REPS mania sekalian. Salam Olahraga!!! (teks : dillah/ Foto : Bimo)
BIODATA
Nama Lengkap | : Fany Faizal Azwa |
Nama panggilan | : Fany |
Tempat / Tanggal Lahir | : Surabaya / 20 Agustus 1972 |
Tinggi / Berat Badan | : 170 cm / 69,8 Kg |
Nama Orang Tua | : Boediarto S. / Irma Nindya |
Hobi | : Fitness, renang & Nonton |
Ukuran Baju / Celana | : M-L / 29-30 |
Tempat Gym | : Gold’s Gym Thamrin City |
Cita-cita | : Trainer Profesional |
Prestasi | : 15 besar Bandung Raga 2007 |
20 Pesta Raga 2008 | |
Aktivitas Olahraga | : Renang |
Makanan & Minuman Fav. | : Steak dan Ocha Green Tea |