Oktober 2006, Iris Kyle berhasil mengalahkan Lenda Murray dalam Ms. Olympia. Walau Ronnie Coleman mendapatkan hadiah $120,000 kala memenangkan Mr Olympia, Iris Cuma dapat $10,000. Kabar mengejutkan sebulan setelah kontes, IFBB mengeluarkan surat edaran, memerintahkan semua binaragawati pro, model fitness wanita, dan atlet fitness wanita untuk menurunkan tingkat meskularitas (otot) sebesar 20%.
Gelar Ms. Olympia
Membangun fisik agar terlihat “extreme” merupaka tujuan utama wanita ini, dan jika publik menganggap terlalu extreme, ia akan sangat berterima kasih dan menganggapnya sebagai suatu pujian yang melebihi harapannya sendiri. “Saya penasaran ingin tahu siapa saja yang menganggap saya begitu. Yang jelas bukan para juri. Kemungkinan besar mereka yang bilang begitu adalah atlet yang tidak pernah berhasil memiliki fisik sepeti saya karena mereka tak punya cukup motivasi, pengetahuan, dan keunggulan genetik seperti saya. Fisik saya sudah bicara banyak. Hingg juri menyuruh saya melakukan kebalikannya, saya akan terus berusaha menjadi extreme.” Ucap wanita kelahiran Benton Harbour, Michigan, 33 tahun silam ini.
Hampir semua binaragawati pro menjadikan Ms. Olympia sebagai tujuan utama, dan sejak awal karirnya, menjadi Ms. Olympia merupakan salah satu impian Iris Kyle. Kini pun ia berhasil mewujudkannya. Dengan meninggalkan rasa penasaran soal sejauh mana karirnya akan berlanjut, wanita bermata cokelat ini Cuma ingin meneruskan karirnya dalam dunia binaraga, serta mempertahankan gelar Ms. Olympia yang disandangnya.
Dianggap sebagai binaragawati terbaik oleh banyak orang diseluruh dunia merupakan mimpi yang jadi kenyataan baginya, “jujur saja, walau sudah 5 bulan berlalu sejak kontes itu, saya masih menganggap diri saya belum memenangkan Ms. Olympia. Semenjak memenangkan kontes, saya merasa beda, tapi sulit menjelaskannya dengan kata-kata. Pintu peluang dimasa depan kini lebih dari satu. Secara keseluruhan perbedaan ada didalam diri saya sendiri, terutama soal pencapaian prestasi dan dianggap sebagai nomor satu.” tutur penggila masakan Thailand ini.
Sebulan setelah Olympia tahun lalu, IFBB memerintahkan seluruh atlet wanitanya untuk menurunkan tingkat ekstrim otot sebesar 20%. Karena bagian dari IFBB, anak ke-2 termuda dari 6 bersaudara ini pun juga punya aturan yang harus di ikuti. “Jika mencoba melawan aturan itu, maka sama saja bunuh diri. Anda musti ingat, saya baru saja diberi gelar Ms. Olympia, dari situ saya yakin bahwa fisik seperti sayalah yang dianggap ideal dan harus diikuti para atlet lainnya. Saya belum benar-benar memikirkan kearah mana saya akan berpaling, yang jelas saya akan punya paket fisik yang lengkap,” tambahnya.
Minta Apresiasi
Soal turunnya peliputan binaragawati di media, ia pun berujar agar para atlet sedemikian mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Ia menuturkan “Kita bisa memilih, mau diam saja dan menggerutu soal ini, atau sebaliknya mempersiapkan diri menghadapinya. Sehingga kami bisa diterima lebih luas di media. Selama ini saya selalu dianggap yang terbaik, jadi tidak ada masalah denga liputan media. Saya mendukung upaya peliputan media yang lebih besar pada kami. Kami semua latihan sama atau lebih keras ketimbang atlet pria, jadi atlet wanita berhak dapat penghargaan setara dengan pria. Intinya, kami butuh lebih banyak dukungan. Dan dukungan itu bisa diawali dari mereka yang selama ini ada di media.”
Bila dibanding dengan atlet binaraga pria, nampak perbedaan yang sangat kontras dari segi uang hadiah, liputan media, dan sponsor, sehingga membuat frustasi banyak binaragawati, termasuk wanita single ini. Melihat jurang perbedaan uang hadiah antara wanita dan pria yang besar, jika diperbolehkan atau difasilitasi, Iris Kyle mempunyai obsesi untuk bertanding dengan pria.
Ia menjelaskan “Paling tidak saya bisa bertahan dengan tetap eksis di majalah, berbaur dengan pria, seperti yang pernah saya lakukan di konferensi press di Olympia 2004. Siapa tahu hal itu akan memasukkan lebih banyak sponsor pada kami. Jika hal itu diperlukan demi memaksimalkan pendapatan saya dari uang hadiah, tawarkan tantangan itu kepada saya, dan sertakan saya didalamnya. Saya menikmati setipa detik di panggung bersama pria saat konferensi press. Saya punya kejutan tersendiri, saya ingin para pria tahu jika saya bisa bertahan di atas kaki sendiri. Saya tidak takut sedikitpun. Saya akan tantang siapapun yang berminat.”
Binaragawati berhak mendapat apresiasi dan respect yang sama dengan atlet pria lainnya. Dalam hal kesetaraan uang hadiah, sponsor, dan liputan media, kesemuanya tidak terlepas dari seberapa keras keinginan dan usaha yang dilakukan oleh para atlet binaragawati itu sendiri untuk mencapainya. Pada akhirnya, publik lah yang akan menghargai keberhasilan mereka. (NK/Edited by: NZL)