Keterkatung-katungan Jaitov Yanda semasa mudanya membawa dirinya ke perantauan yang kelam. Dengan perangai yang ?sangar? terpaksa Ia mengabdikan dirinya sebagai body guard. Namun banyak kesempatan datang menghampiri dirinya yang tidak satu pun tersia-siakan. Sehingga Jaitov Yanda mampu mencatatkan namanya sebagai peraih medali perak pada PON tahun 2000 di Surabaya sebagai seorang binaragawan, dan kini Ia mampu mencatatkan dirinya sebagai aktor komedian yang tampan.
Begitulah keluh-kesah perjalanan seorang Yanda dalam merengkuh setiap keberhasilannya saat ini. Menjadi seorang yang dipandang sebelah mata ketika di Kalimantan lantaran kelakuannya yang negatif, serta menjadi orang yang sangat ditakuti (cenderung kejam) juga pernah dialaminya saat berprofesi sebagai seorang body guard dalam kehidupan hiburan malam, dan mampu menjadi seorang yang dipuja atas prestasinya mengharumkan nama daerah ketika membawa pulang medali perak pada PON Surabaya, bahkan sekarang Ia menjadi seorang yang mampu menggelitik gelak tawa setiap orang dengan menjadi seorang komedian dalam sebuah sitkom distasiun tv swasta local.
Tidak ada yang mengerti arah dan akhir sebuah perjalanan seseorang. Namun hal positif yang patut ditiru dari figure fitness REPS kali ini adalah ketahanan mental dan mau bekerja keras tanpa memilih-milih sebuah pekerjaan. ?Asalkan bukan mencuri dan tidak tersangkut kriminal apalagi korupsi aku mau saja?, ujar guyonan Bang Tigor kepada REPS diselah waktu latihannya di Celebrity Fitness. Apakah REPS Mania ingin lebih menganal perjalanan sejarah hidup seorang Jaitov Yanda ?Bang Tigor? ? Berikut percakapannya.
Kenapa memutuskan merantau ke Jakarta?
Sewaktu masih di Kalimantan, aku adalah anak (bahkan sampai remaja) badung. Karena terlampau badungnya, aku sering di cemoohkan, bahkan lebih extreme lagi yakni sampai-sapami tidak pernah dianggap ?ada? oleh orang-orang disekitar aku.. Tapi Aku cuek dan santai saja menghadapinya. Bahkan aku sering tidur di pinggir jalan dan pulang pagi. Tapi tidak selalu aku melakukan hal yang negatif, yah namanya juga manusia selagi melihat yang buruk pasti diidentikkan dengan hal yang negative. Tapi aku yakin, dunia pasti berputar.
Aku pun ternyata jenuh dengan habitat yang demikian, akhirnya aku putuskan untuk berubah dengan melakukan banyak hal untuk menghasilkan uang. Bermodal nekat aku mencoba keberuntungan di ibu kota. Tepatnya pada tahun 90 aku hijrah ke Jakarta. Waktu itu umur aku masih 22 tahun. Kebetulan aku punya kenalan di Jakarta serta memberikan aku pekerjaan sebagai bodyguard di kafe. Pekerjaannya hanya nemenin orang saja. Mungkin karena tampang aku sangar, ya? Ha..ha.. Terkadang cuma diminta nemenin duduk, makan, minum, dan dibayar pula. Siapa yang tidak mau kerjaan yang sedemikian ?
Lumayan lama juga aku jadi bodyguard. Hampir 13 tahun. Setelah itu, baru aku serius menekuni olahraga binaraga dan bodybuilding. Sampai akhirnya bisa merasakan nikmatnya mendapatkan gelar dalam Pekan Olahraga Nasional.
Sejak kapan benar-benar menyukai binaraga?
Sejak di Kalimantan memang sudah tertarik dengan urusan bentuk-membentuk badan. Apalagi, dulu kalau lihat film-filmnya Sylvester Stallone, jadi tambah ingin punya badan besar. Namun waktu itu fasilitas dan wawasan tentang binaraga masihlah sangat terbatas. Oleh karena itu olah raga binaraga waktu itu identik dengan olah raga para ?kuli?. Karena seperti halnya orang yang kurang berpendidikan, masa besi diangkat-angkat, kemudian badan kotor dengan berlumuran keringat, dan tempat-tempat fitness-nya pun amatlah sederhana dan tidak tersusun dengan rapih (bisa dibilang seperti kandang hewan). Yah,,pokoknya tidak enak dipandang mata habitat binaraga.
Namun ketika aku menginjakkan kaki di Jakarta, aku baru tahu kalau alat-alat untuk bodybuilding itu banyak dan beragam bentuk serta fungsinya. Tetapi aku belum langsung menggeluti dunia fitness secara serius pada waktu itu. Kerena aktifitas sebagai bodyguard masih aku jalani yang terkadang sampai tengah malam, sehingga menyulitkan aku untuk intens dalam berlatih.
Setelah berhenti jadi bodyguard, tahun 94 aku membantu teman mengelola pusat kebugaran milik pemerintah. Awalnya cuma jadi instruktur biasa. Lalu aku bisa kenal Ade Rai, yang saat itu sedang jaya-jayanya dan baru pulang dari Amerika. Kami banyak ngobrol dan diskusi. Aku jadi jatuh cinta dengan binaraga. Ya, sudah, aku jalani serius, rutin latihan, dan ikut berbagai kejuaraan. Puncaknya, aku pernah meraih juara dua (medali perak) di PON Surabaya tahun 1997.
Tak hanya sukses membentuk otot-otot di tubuhnya dan mengukir prestasi di binaraga, dunia macho ini pulalah yang mengantarkan Jaitov ke dunia seni peran dan bertemu dengan pujaan hatinya, Selly Gunawan, di salah satu tempat fitness. Selly yang berasal dari Gorontalo bekerja sebagai Building Supervisor Plaza Kemang, Jakarta. Mereka menikah pada 3 April 1998 dan telah dianugerahi seorang putri, Anna Bella Matovany (9) atau Abel)
Kisah sampai dapat peran Tigor?
Ketika masih jadi pelatih, aku bertemu Indra Bruggman. Kebetulan aku jadi instruktur fitness-nya. Setelah kenal, Indra menawari aku coba-coba ikut main film layar lebar. Aku mau dan enggak berapa lama dihubungi seseorang dari sebuah rumah produksi.
Pertama kali, aku main di film layar lebar Gairah Malam 3 dan dapat peran jadi pemerkosa. Tapi tetap aku jalani, sampai kemudian dapat peran pembantu di sinetron Cinta Pertama. Waktu itu perannya jadi anak kuliahan. Lumayanlah, agak bagusan daripada pemerkosa ha…ha…Sejak saat itu, tawaran mulai banyak untuk sinetron, film layar lebar sampai iklan.
Pertengahan tahun 2007, aku sedang di Bali menghadiri sebuah kejuaraan binaraga ketika dapat telepon dan langsung diminta berangkat ke Jakarta. Saat itu tim SSTI kesulitan menemukan karakter Tigor yang pas. Katanya, sih, sudah 3 bulan mencari, tapi belum ketemu juga.
Ada beberapa calon berbadan besar, tapi karakternya enggak pas. Saat datang ke lokasi kas- ting, badan aku masih item, hanya pakai celana pendek dan sepatu olahraga. Setelah bertemu sutradaranya, aku langsung disodori dialog karakter Tigor. Aku baca skenarionya ngaco, tadinya mau berlogat Batak, malah lari ke logat Ambon. Tapi akhirnya sutradara melihat akulah yang paling layak jadi Tigor.
Banyak ngobrol saja dengan orang Batak. Kebetulan, di lokasi juga ada petugas satpam asal Medan, jadi bisa sekaligus belajar logat Medan. Karakter Tigor itu pakai logat Medan dan agak preman, bukan Melayu. Jadi, harus banyak bergaul dengan orang-orang Medan.
Di SSTI, setelah 10 episode baru benar-benar dapat logatnya, blo?onnya, intonasi suaranya. Belum lagi harus menyesuaikan dengan karakter Welas. Saat bertemu Welas lebih kaget lagi, aku sempat mengira dia dapat peran tukang jamu. Soalnya, dia, kan, model yang cantik, tapi dibikin semrawut kayak gitu. Ternyata dia yang jadi bini aku. Wah, lucu, deh, pokoknya.
Yang paling sulit sebenarnya bukan belajar logat Medan, tapi saat harus beradegan menangis. Ceritanya, aku sedang mencari Welas, diam di kursi, pandangan kosong, dan harus mengeluarkan air mata tanpa bantuan, sambil memanggil nama Welas. Akhirnya aku coba duduk tenang, mengingat masa lalu, zaman susah dulu. Ternyata sukses! Aku bisa menangis betulan hanya untuk satu kali pengambilan gambar saja.
(Setelah sukses dengan perannya sebagai Tigor, Jaitov seperti kehilangan identitas aslinya. Kini, ke mana pun ia pergi, semua orang menyapanya dengan panggilan Tigor).
Mana yang lebih nyaman jadi atlet binaraga atau aktor?
Yah sama-sama enak, namun ketika aku sudah terjun ke dunia hiburan ternyata agar bisa konsen latihan agak susah. Karena untuk urusan waktu tidak bisa negoisasi, dan tidak jarang pula aku baru bisa beristirahat saat larut malam. Tentu saja dengan kebiasaan yang telat istirahat ataupun tidak bisa mengkonsumsi pola makan yang baik dan kehilangan intensitas latihan yang rutin sudah tentu aku tidak bisa mengoptimalkan tubuh dengan baik.
Jika disuruh pilih tentunya aku memilih untuk menekuni kesibukan aku yang sekarang. Namun tetap aku mengusahakan dengan menyempatkan diri untuk datang ke tempat gym. Yah, minimal untuk menjaga penampilan aku. Jadi jika pertanyaannya, mana yang lebih nyaman ? Tentu keduanya sangatlah nyaman dan sama-sama membesarkan nama aku.
Komentar “Bang Tigor” tentang pentingnya olahraga?
Sangat penting, apalagi di era yang serba industrial membuat manusia diwajibkan untuk selalu bekerja demi terciptanya keuntungan namun tidak memperdulikan kebutuhan dari tubuhnya. Salah satu asupan tubuh diluar makanan adalah olah raga.
Kita ingat bahwa dengan berolah raga kita terhindar dari segala penyakit, performa penampilan menjadi lebih fresh dan pembawaan yang selalu optimis, dll. Oleh sebab itu aku pun masih suka menyempatkan waktu untuk ke gym Demi memelihara otot juara aku agar jika bertemu teman-teman binaraga tidak jelek-jelek jika dibandingkan teman-teman. Memang untuk urusan berolah raga agar bisa menjadi sebuah rutinitas tidaklah gampang. Banyak sekali halanganya, terkadang mereka yang sudah paham akan manfaat dari berolah raga pun masih teramat sulit menjalankannya.
Lalu Bagaimana Menjadikan Olah raga Sebagai Gaya Hidup?
Yang pasti dan mungkin sederhana jawaban aku adalah niat. Sekuat apanpun dan selonggar apapun waktu seseorang namun tidak ada niatan untuk berolah raga, sudah pasti tidak akan berangkat berolah raga. Kemudian ketika sudah ada niat, selanjutnya adalah fokus. Maksudnya adalah ketika sudah ada niat untuk berolah raga, maka bersegeralah olah raga, tidak lagi memperhatikan hal yang lain apalagi ?ngobrol? di tempat gym.
Menjaga konsistensi dan rutinitas berolah raga. Mungkin bisa dibuat dengan memotivasi hasil yang sudah didapat dengan olah raga sebelum-sebelumnya. Misalkan, setelah berolah raga dapat merasakan nafas yang panjang dan lega, maka hal tersebut selalu dijadikan motivasi setiap kalinya. Hal sedemikian dilakukan agar kemauan dan motivasi untuk berolah raga selalu tumbuh dalam diri. Tidak akan merugi bagi mereka yang mau meluangkan waktu untuk berolah raga, manfaat jangka panjangnya mampu menjadikan orang tersebut memenangi setiap pertempuran dalam aktifitasnya sehari-hari. (Dillah)
Profile
Nama Lengkap | : Jaitov Yanda |
Tempat / Tanggal Lahir | : Balikpapan / 14 Desember 1970 |
Tinggi / Berat Badan | : 180 cm / 88 kg |
Hobi | : Fitness, travelling, dan musik |
Prestasi : |
1. Medali perak PON Surabaya tahun 2000. |
2. Peringkat I Sleknas tahun 2002. |
Ukuran Baju / Ukuran Celana : XL / 34 |
Ukuran Sepatu : 44 |