Mengawali kebiasaan sebagai pecinta aerobic membawa Mia mendalami profesi sebagai seorang instruktur aerobic di sebuah nama hotel ternama diIbu Kota.
Cobalah untuk mencintai olahraga. Seperti kebanyakan wanita pada umumnya. Mia pun berangkat untuk pertama kalinya nge-gym adalah dengan maksud ingin merombah berat badannya. Sebelum bergemul dengan dunia fitness, berat badan wanita kelahiran jakarta ini sampai menyentuh angka 50 kg. Agak sedikit risih memang bagi seorang wanita jika banyak ditemukan lemak berlebih yang menghiasi beberapa titik lekukan tubuhnya.
Hal demikianlah yang sedikit menghambat start sang instruktur cantik tersebut untuk memulai weight training. Padahal sudah banyak rekanan dari Mia yang menyarankan untuk mengkombinasikan kegiatan pokoknya dengan weight training. Pada akhirnya Mia mulai menceburkan diri untuk memulai weight training pada tahun 2005. Hal yang patut dijadikan teladan mau mempelajari suatu hal sebelum melakukannya. Dalam hal ini untuk urusan weight training, Mia mencari pengetahuan tentang weight training dan komponennya terlebih dahulu. Baik dengan mengikuti banyak latihan ataupun seminar serta workshop. Berharap nantinya hal yang sedang dijalani tidak terbuang sia-sia ataupun meminimalisir kesalahan-kesalahan.
Akhirnya baru di tahun 2007 Mia mulai sudah mandiri dalam berlatih dan mampu mempergunakan alat secara maksimal. Namun bukan berarti Mia lebih nyaman berlatih seorang diri. Baginya lebih menarik dan optimal ketika kita melakukan weight training jika didampingi atau memiliki partner. Memiliki tandem dalam latihan selain sebagai tolak ukur kemampuan kita dalam angkatan dapat juga sebagai motivator dan membantu ketika ada alat atau gerakan yang dirasa berbahaya atau sulit”, tambah lulusan Rai Institute tersebut.
Untuk saat ini Mia mampu menghabiskan waktu sebanyak 3-4 kali dalam seminggu untuk berlatih diluar jam prakteknya sebagai instruktur. Fokus utama Mia setelah berhasil memangkas kelebihan berat badannya adalah pembentukan dan maintenance bentuk dan kualitas tubuhnya. Tidak hanya itu wawasan seputar diet ataupun pola makan bertingkat pula diketahuinya.
Ketika Reps bertanya manakah yang biasa Mia lakukan antara kardio / aerobic dengan weight training ? Mia pun menjawab. “Aku sesuaikan dengan jadwalnya, jika memang ada jam aerobic terdekat biasanya aku aerobik terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan weight training , atau sebaliknya sambil menunggu kelas aerobik aku isi dengan weight training”, tambah Mia. Intinya sebisa mungkin Mia dalam waktu seminggu dapat melakukan kardio dan weight training bahkan dihari libur. Ketika waktu libur untuk mengajar datang biasanya diisi Mia dengan lari pagi ataupun renang.
Waktu bersama keluarga tentunya tetap diporsikan agar kesalah pahaman yang muncul akibat kurangnya intensitas komunikasi tidak terjadi. Jika memang memungkinkan untuk mengabiskan weekend bersama, tentunya hal tersebut akan dimaksimalkan Mia agar suasana keakraban dalam keluarganya tetap terjaga.
Kebiasaan dan dekatnya Mia akan olahraga menjadikan dirinya seorang wanita sekaligus ibu yang kuat serta terbebas dari ragam penyakit. Asma yang diderita sejak kecil perlahan mulai jarang dirasakannya, bahkan intensitas dan keganasan dari asmanya tersebut perlahan berkurang. Tidak hanya bebas penyakit Mia pun terlihat lebih cantik dan fresh secara fisik. Mia pun berhasil menipu banyak orang dengan penampilannya yang akan berprasangka bahwa usianya sudah tidak muda lagi. Mia selalu tampil mempesona dan terlihat paling muda ketika berkumpul dengan teman sebayanya.
Selain hal-hal tersebut, dengan berolahraga pola pikir Mia menjadi jauh lebih optimis dan bijak. Bahkan sampai saat ini Mia masih bisa melakukan segala macam aktifitas berat dan tetap enerjik dalam melakukan segala tugas. Tingkat kreatifitas dalam menjalankan tugasnya sebagai instruktur semakin tajam dan teruji. Sehingga Mia sering menemukan gerakan-gerakan baru atupun penyusunan program latihan yang smart dan tidak membosankan membernya.
Untuk urusan makan pemilik tinggi 157 cm ini hanya menghindari makanan bergoreng serta fastfood, ketika ditanya apakah tidak bosan dengan makanan yang demikian saja ? Mia pun menjawab dengan enteng itu kan hanya sekedar menghindari tidak sama sekali tidak memakannya. Tentunya sesekali mengkonsumsinya tidaklah pengaruh asalkan jangan dijadikan sebuah menu atau makanan pokok”, tegas Mia. Hal sedemikian juga dia coba diterapkan pada anaknya.
Jika memang ingin memiliki tubuh yang berkualitas , tantangan utamanya adalah memiliki kemampuan untuk menjaga pola makan dengan salah satu caranya adalah menyeimbangkan gizi yang masuk. Gizi yang masuk tentunya akan menopang kerja keras aktifitas fisik macam weight training ataupun aerobik yang dijalani Mia. Gizi yang komplit tersebut nantinya akan digunakan untuk pertumbuhan dan pembentukan tubuh.
Harapan Mia saat ini untuk dirinya adalah selalu diberi kekuatan serta kesehatan agar tetap bisa konsisten dalam menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga dan sebagai instruktur aerobik. Sedangkan harapan Mia untuk masyarakat luas tidaklah terlalu banyak dan muluk-muluk yang penting adalah mau memulai untuk berolahraga. Setelah olahraga sudah menjadi kebiasaan pola hidup sehat lainnya akan menyusul. (teks :dillah/ Foto : Bimo)
Biodata : |
|
Nama Lengkap | : Mia Hendra |
Nama Panggilan | : Mia |
TTL | : Jakarta, 15 November 1974 |
Tinggi/ Berat Badan | : 157 cm / 47 kg |
Nama Orang Tua | : Saleh Ali Muktar / Asni |
Hobi | : Singging dan nge-gym |
Ukuran baju/celana | : s-m ? / 27 / m |
Tempat gym | : Ritz Carlton jakarta |
Bintang sembilan delapan Bogor | |
Prestasi | :Juara 1 aerobic pemula Bogor 2006 |
Finalis women fitness ISS 2007 | |
Juara harapan 3 Women Fitnes Prolab Challenge Championship 2009 | |
Juara 2 Women Body Ideal Hyundai Cikarang 2010 | |
Aktifitas olahraga | :Renang |
Ng-gym | |
Makanan favorit | : Spageti dan jagung rebus / juice wortel |