Oleh: Ayyuni
Muaythai adalah olahraga beladiri asal Thailand yang terkenal keras. Bela diri ini sudah ada sejak 2000 tahun lalu dan digunakan oleh tentara bangsa siam yang telah kehilangan senjatanya untuk melindungi diri. Sejatinya pertempuran ini adalah pertempuran tangan kosong tanpa senjata ataupun pelindung tubuh.
Di Indonesia, Muaythai telah berkembang pesat. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya sasana Muaythai yang telah didirikan. Bahkan, Muaythai menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan dalam Kejuaraan Nasional (kejurnas). Salah satu atlet yang membawa nama Indonesia ke pertandingan Muaythai Internasional adalah Pierre. Pria yang baru berusia 21 tahun ini telah banyak menyumbang prestasi.
Ketertarikan Pierre pada Muaythai adalah karena sepupunya Jerry yang merupakan elite atlet sekaligus pendiri Zealot Muaythai. Berawal dari sekadar latihan pada Februari 2014 silam, kemudian ia ditawarkan menjadi seorang fighter untuk terjun bertanding.
“Saya kebetulan sepupu dari Jerry. Jerry mengajak saya untuk berlatih Muaythai, kemudian ditawarkan jadi fighter, saya tertarik sekali. Dari situ saya mulai latihan dan mulai menjajaki pertandingan dari level amatir terlebih dahulu secara bertahap hingga akhirnya mencapai level profesional” tuturnya kepada Reps-Id.com, di Zealot Muaythai, (21/06).
Di awal terjun, Pierre mengaku latihan Muaythai tidaklah mudah dan sangat melelahkan, terlebih basic-nya bukanlah olahragawan. Namun setelah berlatih rutin, mengalami cedera dan berhasil menyabet banyak prestasi dibeberapa pertandingan, rasa lelahnya sangat terbayarkan.
“Prestasi yang pernah saya raih, waktu itu tahun 2014 saya ikut kejurnas peringkat ke-2 di Senayan, setelah itu Zealot mengadakan pertandingan, kemudian sempat rebutan sabuk for men turnament yang diadakan oleh MPI (Muaythai Profesional Indonesia), yakni 4 petarung terbaik Indonesia bertarung memperebutkan sabuk. Kebetulan difinal saya kalah dan hanya meraih runner up saja.”
Bagi seorang Pierre yang sudah terjun di level profesional, kekalahan bukanlah suatu kegagalan. Justru dengan kekalahan itulah ia mengintrospeksi diri, apa saja kekurangan yang harus diperbaiki untuk bisa menang dipertandingan berikutnya.
Dalam waktu dekat ini, Pierre sedang mempersiapkan diri untuk bertanding di Kick Boxing Extreme Muaythai (KBX), Singapura, pada 23 Juli 2016 mendatang. Ia mulai berlatih setiap hari, menjaga pola makan hingga beristirahat yang cukup.
Pierre berlatih 1 hari sebanyak 2 kali yaitu pagi dan sore. Ia memulainya dengan jogging selama 30 menit, kemudian dilanjutkan dengan shadowboxing yang diselingi dengan latihan beban ringan. Kemudian latihan Muaythai seperti pukulan dengan samsak, sparing, padding, push kick, sit up hingga leg raise. Mendekati pertandingan, ia juga melakukan sprint untuk melatih pernafasan saat bertanding.
Setelah pencapaian atas prestasinya, ia masih ingin terus mengikuti banyak pertandingan Muaythai baik berskala nasional ataupun internasional mengingat usianya masih sangat muda. Ia juga berharap generasi muda lebih banyak yang tertarik dengan olahraga, khususnya di bidang bela diri.
“Muaythai memang olahraga keras, tapi menyehatkan. Selain kita bisa mendapatkan kesehatan, kita juga bisa mendapatkan skill bela diri. Pokoknya jangan deh nyentuh-nyentuh yang namanya narkoba, lebih baik hidup sehat dengan berolahraga dan berprestasi, lebih bermanfaat.” Tutupnya mengakhiri perbincangan.