
Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang paling populer dan mudah dijumpai. Mulai dari supermarket hingga warung madura sekalipun pasti menyediakan sumber protein yang satu ini.
Selain harganya terjangkau, telur mengandung berbagai kandungan nutrisi yang bermanfaat untuk tubuh.
Banyak cara untuk mengolah telur, mulai dari diceplok, direbus hingga didadar sekalipun. Namun tahukah Anda bahwa beda cara masak, ternyata bisa memengaruhi jumlah kalori, kadar lemak dan protein? yuk kita cari tahu.
Telur Rebus
Telur rebus dianggap sebagai cara yang paling sehat untuk mengkonsumsi telur. Dikutip dari Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) tahun 2017, kalori yang terdapat di telur rebus sekitar 70 kkal per butir, Protein sekitar 6-7 gram dengan lemak 5 gram yang berasal dari kuning telur.
Selain itu, telur rebus memiliki keunggulan pada kandungan antioksidan lutein dan zeaxanthin. Menurut studi Journal of Agricultural and Food Chemistry (2015) menunjukkan bahwa bioaksesibilitas lutein dan zeaxanthin lebih baik pada telur rebus ketimbang telur dadar.
Telur Ceplok
Meski kandungan proteinnya mirip dengan telur rebus, penggunaan minyak goreng saat memasak telur ceplok bisa menambahkan kalori sekitar 40-50 kkal dan 4-5 gram lemak. Berarti, satu butir telur ceplok bisa mengandung sekitar 110-120 kkal dan 9 gram lemak.
Selain itu, ada beberapa vitamin yang jika terkena penggorengan dengan panas yang tinggi bisa memengaruhi kestabilannya, seperti vitamin A, B kompleks dan vitamin E.
Meski begitu, kandungan mineral seperti zat besi, fosfor dan selenium tetap stabil karena mineral ini lebih tahan terehadap panas.
Telur Dadar
Jenis masak yang satu ini bisa dibilang agak “tricky”. Kenapa? karena umumnya memasak dengan cara didadar bisa ditambahkan dengan berbagai bahan masak lain seperti garam, bwang, cabai, kornet atau bahkan keju.
Satu telur dadar di dalam Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) mengandung sekitar 125 kkal, dan bisa meningkat jika Anda menambahkan keju atau bahan lainnya yang memiliki jumlah kalori yang tinggi.
Studi dalam Researchgate.net menunjukkan bahwa metode dadar atau omelet membuat bioaksesibilitas karotenoid lebih rendah dibanding telur rebus.
Antioksidan lutein dan zeaxanthin juga lebih rendah pada telur dadar dibanding telur rebus. Meski begitu, sama seperti ceplok, mineral di dalamnya cenderung tidak berubah.
Jadi bagaimana? dengan memahami cara perbedaan ini, reps mania diharapkan lebih aware lagi terhadap cara memasak. Kembali lagi, pilihan cara memasak bisa disesuaikan dengan kebutuhan gizi, dan kesehatan masing-masing orang.
Baca juga : Diet Telur Rebus: Efektifkah Untuk Menurunkan Berat Badan?








