Beberapa wanita mudah terangsang dan orgasme, tetapi karena beberapa alasan, proses penetrasi menjadi tidak memungkinkan. Sementara lainnya, mungkin memiliki ketertarikan seks yang kecil karena ketakutan dan kekhawatiran tentang penetrasi. Kondisi seperti inilah yang kita sebut vaginismus Pada keadaan ini tekanan psikologis membentuk respon fisik yang sehingga saat penetrasi terjadi, otot-otot yang mengelilingi lubang masuk Miss V mengalami kejang yang tak disengaja.
Bagi wanita yang mengalami vaginismus, ini dapat menggangu ritual anda dalam menjalin hubungan seksual. Bila vaginismus terjadi sejak awal (sebelum berhubungan) ini sering disebut sebagai vaginismus primer. Wanita yang mengalami vaginismus primer sejak awal sudah mengalami gejala seperti spasme/kram otot vagina pada 1/3 bagian luar dan sekitarnya sehingga hubungan seksual tidak dapat dilakukan. Namun apabila vaginismus yang terjadi belakangan karena sesuatu sebab di mana sebelumnya fungsi seksual tak ada masalah sebelumnya, hal ini disebut vagisnismus sekunder.
PENYEBAB
Namun, nampaknya penyebab psikis lebih sering berperan dibandingkan penyebab fisik untuk terjadinya vaginismus. Adapun beberapa penyebab psikis dibagi menjadi tiga kategori antara lain :
1. Pesan yang salah tentang seks
Latar belakang keluarga yang memandang seks sebagai suatu yang kotor, dosa atau memalukan, sehingga sudah sejak kecil kita mungkin sering mendengar larangan tentang seks. Penyampaian yang salah akan memunculkan anggapan bahwa seks adalah sesuatu yang buruk dan berbahaya. Ditambah lagi mitos bahwa seks itu menyakitkan. Jika tidak ada pendidikan seks yang cukup, perempuan akan menjadi dewasa dengan pikiran negatif tentang seks. Sehingga wanita tersebut dibesarkan dengan anggapan bahwa seks adalah sesuatu yang buruk atau jahat.
2. Pengalaman traumatis
Pengalaman seksual yang traumatik, misalnya karena perkosaan atau pelecehan seksual atau hubungan seksual pertama kali yang tidak menyenangkan, akan memunculkan vaginismus sebagai respon perlindungan terhadap rasa sakit lebih lanjut. Pengalaman ini mungkin berupa hubungan yang menyakitkan dengan pasangan sebelumnya, mungkin juga kejadian menyakitkan dengan dokter atau perawat yang melakukan pemeriksaan internal rutin. Ataupun Rasa takut berlebihan terhadap terjadinya kehamilan.
3. Masalah pada hubungan
Rasa takut terkena penyakit kelamin. Atau hubungan seksual yang selalu menimbulkan rasa sakit karena belum cukup terangsang, sehingga menimbulkan kekhawatiran yang belum terselesaikan antara Anda dengan pasangan. Keadaan seperti ini juga yang menyebabkan vaginismus. Jadi, jika tidak puas terhadap sesuatu hal dalam hubungan Anda, bicarakanlah dan coba cari solusinya, jangan dibiarkan menjadi berlarut-larut.
Walaupun wanita yang mengalami vaginismus sangat ketakutan terhadap hubungan seksual atau sentuhan pada kelamin, mereka tetap mempunyai dorongan seksual yang normal. Mereka dapat mengalami reaksi seksual berupa perlendiran vagina. Mereka mungkin dapat menikmati aktifitas seksual yang lain, misalnya ciuman, pelukan atau rangsangan pada bagian tubuh yang lain. Mungkin juga mereka dapat mencapai orgasme dengan aktifitas seksual itu. Tetapi ketika aktifitas seksual itu berubah menjadi hubungan seksual atau sentuhan pada kelamin, maka reaksi vaginismus segera muncul. Karena itu wanita dengan vaginismus akhirnya merasa takut juga melakukan aktifitas seksual seperti itu. Kecuali kalau sang suami dapat mengontrol diri tidak melanjutkan dengan hubungan seksual atau sentuhan pada kelamin.
Kegagalan melakukan hubungan seksual atau ketakutan terhadap rasa sakit yang timbul akhirnya mengakibatkan wanita dengan vaginismus menjadi malas melakukan aktifitas seksual apapun.