Oleh: Dr. Adellinda Raintung.
Cukup banyak jenis kanker rahim, ada tiga jenis paling banyak menyerang wanita; kanker serviks (leher rahim), kanker ovrium (indung telur), kanker endometrium (badan rahim).
Kanker Serviks ( Kanker Leher Rahim) Adalah kanker di leher rahim yang disebabkan oleh human papiloma viru (HPV). Beberapa faktor penyebab infeksi HPV adalah berhubungan seks di usia muda, berganti-ganti pasangan, dan kebiasaan merokok. Semua perempuan tanpa memandang usia dn latar belakang beresiko terkena kanker ini. Pencegahan lainnya adalah dengan vaksinasi HPV. Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan kanker pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Di Indonesia, kanker leher rahim bahkan menduduki peringkat pertama. Kanker serviks yang sudah masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat. Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim yang menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks berkembang secara bertahap, tetapi progresif. Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, diplasia berat, dan akhirnya menjadi karsinoma.
FAKTOR RESIKO
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks, antara lain adalah :
1. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Faktor ini merupakan risiko utama. Semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya unt terkena serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai risiko 3 kali lebih besar daripada yag menikah pada usia 20 tahun.
2. Berganti-ganti pasangan seksual
Perilaku seksual berupa gonta-ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi human papilloma virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Di samping itu, virus herpes simpleks tipe-2 dapat menjadi faktor pendamping.
3. Merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wnita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping meupakan ko-karsinogen infeksi virus.
4. Defisiensi zat gizi
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta mungkin juga menigkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya rendah beta karoten dan retinol (vitamin A).
5. Trauma kronis pada serviks
Seperti persalinan, infeksi, dan iritasi menahun
MENGENALI TANDA-TANDA
Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
Gejala
Terdapat keputihan berlebihan, berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh. Memamg, tak semua keputihan pun bisa karena ada rangsangan lain. “Karena itu, kalau timbul keputihan abnormal sebaiknya perisa ke dokter, apakah itu kanker atau bukan”. Gejala lain, terdapat pendarahan setelah berhubungan intim.” Unuk memastikannya harus diperiksa dokter, karena pendarahan bisa juga terjadi akibat gangguan keseimbangan hormon. Bila kanker sudah mencapai stadium 3 ke atas, mak akan terjadi pembengkakan di berbagai anggota tubuh, seperti di paha, betis, tangan, dan sebagainya. Tapi, jika masih prakanker justru tidak ada gejala.
Deteksi Dini
Bagi wanita yang telah berhubungan seks, lakukan pemeriksaan Pap’s smear; mengambil getah serviks dari vagina yang akan diperiksa ahli patologi. “Pap’s smear bisa mendeteksi prakanker sampai kanker sehingga memungkinkan dilakukan pengobatan cepat dan tepat.” Lakukan pemeriksaan secara berkala, setahun sekali selain di dokter di puskesmas pun bisa. Pencegahan lainnya adalah dengan vaksinsai HPV.
Pengobatan
Yang utama lewat operasi; sederhana, besar, khusus. Operasi sederhana dilakukan pada stadium tingkat awal. Karena dalam stadium awal (prakanker) dari nol hingga 1A. “Kanker masih berada di sel-sel selaput lendir.” Operasi dilakukan bila pasien masih ingin hamil. Bila tak ingin hamil lagi akan dilakukan histerektomi (rahim diangkat semua). Tujuannya agar kanker tak kambuh lagi.
Nah, bila kanker serviks sudah berada dalam stadium 2B ke atas, operasi tak lagi bisa dilakukan, melainkan dengan radiasi atau penyinaran. Sayangnya, penyinaran memiliki komplikasi; indung telur ikut mati terkena radiasi. “Akibatnya hormon pun mati. Padahal hormon diperlukan untuk gairah seksual dan haid. Juga mencegah osteoporosis dan jantung.” Komplikasi lainnya, dalam penyinaran bukan enggak mungkin terkena organ lain.
Belum lagi ternyata tumor resisten terhadap penyinaran, sehingga berapapun banyaknya penyinaran, tumornya tetap ada. Padahal komplikasi penyinaran, kan, sangat banyak. Itu sebabnya radiasi dilakukan bila tak ada pilihan lain. Pengobatan beriutnya, kemoterapi; dilakukan bila operasi dan radiasi tidak memungkinkan lagi. Semisal, dalam setahun sudah pernah diradiasi, sehingga tak mungkin dilakukan radiasi lagi karena dikhawatirkan terjadi komplikasi,