Berbicara soal binaraga, tidak pernah lepas dengan yang namanya contest preparation dan juga masa contest itu sendiri. Contest preparation adalah fase persiapan atlet binaraga sebelum siap naik gelanggang. Termasuk di dalamnya bulking, diet, ataupun pengeringan otot dari mineral dalam tubuh. Pada kesempatan REPS akan membahas kontroversi dan resiko dari penggunaan diuretik.
Ripped, shredded, dan lean muscle adalah istilah binaraga yang memiliki definisi otot yang kering. Ripped, atau shredded, atau lean muscle adalah impian yang harus dicapai oleh banyak binaraga jauh sebelum kejuaraan tergelar. Membesarkan otot dengan benjolan deltoid yang menggunung, tricep yang ekstrim, ataupun sixpack yang bloating mungkin bukanlah pekerjaan rumah yang menyulitkan. Tapi apakah kita cukup ‘pede’ berkompetisi hanya mengandalkan otot tebal saja namun tidak kering?
Kualitas ripped, shredded, dan lean muscle yang dipertontonkan dihapadan juri terkadang menjadi tolak ukur seseorang bisa menjadi juara atau tidak, walaupun masih banyak juri yang memilih size sebagai penilaian. Lalu bagaimana melihat ataupun menilai seorang binaraga bisa juara atau tidak? Apakah dari size ototnya atau dirujuk dari seberapa “kering” otot yang dipajang?
Kedua paradigma penilaian tersebut telah melahirkan sebuah realitas yang meng-habit. Realitas, bahwa jika ingin size besar anabolic steroid adalah rujukannya, sedangkan lean muscle berkiblat pada water lost ataupun diuretic. Dua kutub yang berbeda ini terkadang masuk dalam tubuh untuk sebuah pengharapan hasil yang optimal, yakni berotot besar dan kering. Apakah dengan jalan tersebut bisa dikatakan juara sejati? Ada pula pertanyaan nyeleneh yang mengatakan, apakah pengkonsumsian tersebut aman? Jika tidak aman, untuk apa gelar juara tersebut?
Memiliki tubuh dengan otot kering adalah idaman tersendiri bagi para binaragawan. Terlebih lagi jika guratan garis serat otot tampak nyata terlihat. Perlu digaris bawahi bahwa pembentukan otot tidak hanya disebabkan oleh faktor latihan saja, melainkan juga harus didukung dari sisi makanan. Kali ini makanan yang dibahas tidak ada sangkut pautnya dengan nutrisi pengisi otot, melainkan makanan yang malah menguras air dari dalam tubuh.
Kondisi tubuh yang minim lemak dan otot yang sudah cukup terbentuk, biasanya sudah digapai atlet binaraga paling tidak sebulan sebelum kompetisi. Tetapi untuk meraih sebuah kesempurnaan, seakan-akan masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, seperti halnya membasmi lemak yang masih menutupi otot. Hal tersebut jika tidak ditanggulangi secara cerdas, maka akan mempengaruhi pandangan mata juri yang kurang jelas mengamati akan definisi otot yang dimiliki.
Tetapi bisa jadi hal tersebut dipengaruhi oleh timbunan air dan garam yang masih melekat keras di bawah jaringan kulit. Sebab seperti yang telah diketahui bahwa selain lemak, tubuh juga menyimpan air dan garam di bawah kulit. Beberapa jenis makanan dipercaya memiliki kemampuan untuk menarik kelebihan dan tumpukan air ataupun mineral lainnya dari balik kulit. Makanan tersebut memiliki tugas untuk menarik air atau mineral dari balik kulit menuju ke saluran pembuangan tubuh, yang seterusnya dikeluarkan menjadi urine atau biasa kita sebut sebagai aktivitas buang air kecil.
Makanan Penguras Air (Diuretik) :
- Mentimun: kaya akan zat sulfur dan silikon yang bisa menstimulasi ginjal untuk pembuangan asam urat.
- Semangka: membantu meningkatkan buang air kecil dan membersihkan diri dari racun.
- Wortel: kaya akan karoten yang meningkatkan level metabolisme tubuh dan membantu pembuangan cadangan lemak dan racun ditubuh.
- Teh hijau: makanan diuretik alami yang sudah lama digunakan berabad-abad.
- Cuka apel: mempunyai sifat diuretik dan membantu menambah level potasium tubuh.
- Kubis: dikenal bisa membantu pemecahan simpanan lemak terutama disekitar perut.
- Selada: membantu perbaikan metabolisme dan pembuangan racun.
Namun seberapa signifikankah hasil yang mampu diraih oleh makanan-makanan tersebut? Ingat bahwa badan seorang binaraga tidaklah kecil, bahkan mineral yang harus dikeluarkan demi sebuah serat otot yang terlihat jelas juga tidaklah sedikit. Untuk itu pengkonsumsian water pill atau dalam bahasa medis biasa dikenal dengan sebutan diuretic seakan menjadi jalan keluar. Bayangkan dominasi air dalam tubuh yang merupakan kodratinya manusia, kini harus dikuras demi sebuah gelar juara yang derajatnya sontak menjadi jauh lebih penting.
Diuretic adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada suatu kondisi, sifat atau penyebab naiknya laju urinasi. Cara kerja diuretic adalah merangsang ginjal agar menghasilkan urin lebih banyak. Dalam ilmu medis diuretic digunakan untuk mengurangi retensi atau tumpukan air dalam jaringan tubuh. Sebab jika retensi air tinggi dalam tubuh sangat berpotensi terserang penyakit jantung, ataupun kerusakan di ginjal dan hati. Disamping berguna untuk urusan medis, diuretic juga digunakan dalam upaya menurunkan berat badan yang salah satunya dimanfaatkan oleh para binaragawan.
Salah satu zat terpenting dalam tubuh yang harus dipelihara secara normal adalah elektrolit. Elektrolit bisa berupa air, asam, basa ataupun senyawa kimia lainnya seperti garam. Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai elektrolit pada kondisi tertentu pula, seperti ketika pada suhu tinggi. Sama seperti prinsip listrik, ketika sel tidak memiliki tenaga untuk melepaskan listrik, atau dengan kata lain elektrolit telah bereaksi penuh, maka sel dikatakan mati atau habis. Bagaimana jika hal tersebut terjadi pada tubuh?
Furosemide adalah bagian dari diuretic atau biasa dikenal sebagai water pill, yang ampuh untuk menghilangkan air dan garam dari tubuh. Dalam ginjal, garam (terdiri dari natrium dan klorida), air, dan molekul kecil lainnya akan disaring untuk keluar dari darah yang kemudian masuk tubulus ginjal. Cairan yang disaring tersebut akhirnya diubah menjadi urin. Sebagian besar dari sodium, klorida dan air tersaring keluar dari darah yang kemudian diserap kembali oleh darah sebelum cairan yang disaring tersebut menjadi urin dan dikeluarkan oleh tubuh. Kerja dari furosemide adalah menghalangi penyerapan natrium, klorida, dan air dari cairan yang disaring dalam tubulus ginjal tersebut, sehingga menyebabkan peningkatan jumlah urin yang keluar atau biasa disebut dengan diuresis (pengeluaran air seni secara berlebihan).
Furosemide yang dikonsumsi secara oral akan segera beraksi dalam kurun waktu satu jam, barulah kemudian disusul dengan diuresis yang berlangsung sekitar 6-8 jam. Sedangkan jika dilakukan secara inject efeknya segera terlihat hanya dalam kurun waktu lima menit, dengan durasi diuresis yang tejadi selama dua jam. Dengan demikian maka diuretic furosemide dapat menyebabkan penurunan natrium, klorida, water body dan mineral lainnya dalam tubuh. Food and Drug Administration (FDA) atau BPOM-nya Amerika Serikat, telah menyetujui zat ini masuk dalam kategori kebutuhan medis pada juli 1982. Dengan catatan diperlukan pengawasan medis yang cermat selama penggunaan zat tersebut.
Furosemide adalah jenis water pill yang ‘dicintai’ oleh kebanyakan binaragawan. Furosemide bukanlah bagian dari senyawa hormon seperti halnya anabolic, melainkan bagian dari diuretic. Lasix Furosemide bukanlah bagian dari senyawa hormon sintetis, melainkan bagian dari diuretik. Karakteristik utama dari furosemide adalah penyerapan berlebihan akan jumlah ion kalium, natrium, dan klorida dalam tubuh, sehingga harus benar-benar dipantau agar tidak terjadi diuretic yang berlebih (loop diuretic). Sebab jika terjadi secara terus-menerus maka akan menyebabkan gangguan besar pada struktur elektrolit.
Efek yang amat ampuh dalam proses ekskresi, menjadikan obat ini masuk daftar resep bagi penderita tekanan darah tinggi dan edema. Beberapa dosis lasix biasanya dikonsumsi oleh para binaraga sesaat sebelum kompetisi dimulai, baik oral ataupun injek. Tujuan utamanya adalah untuk mengekskresikan air dalam tubuh secara berlebihan. Dengan demikian atlet akan tampak lebih keras, definitif, dan lean muscle.
Pada hakikatnya secara normal ekskresi terjadi antara 3-4 jam, atau tergantung dari jenis obat yang digunakan dan kondisi jumlah air dalam tubuh yang menyebabkan seorang atlet harus bolak-balik ke toilet. Pengkonsumsian tersebutlah yang dirasa paling efisien dalam penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Namun agak sedikit riskan ketika digunakan saat timbang badan. Dalam artian panitia tidak akan menunggu selama empat jam untuk atlet yang tidak lolos karena kelebihan berat badan. Walaupun tetap ada yang menggunakan obat tersebut dengan alasan agar bisa bersaing di kelas yang diinginkan.
Ingat, bahwa segala sesuatu yang berlebihan walaupun memiliki nilai yang baik tetap berpotensi merusak. Water pill yang satu ini memiliki efek samping seperti gangguan peredaran darah, pusing, dehidrasi, kram otot, Efek samping bisa termasuk gangguan peredaran darah, pusing, dehidrasi, kram otot, muntah, circulatory collapse, diare, dan mungkin pingsan. Dalam kasus yang lebih tinggi dapat pula menyebabkan serangan jantung dan kematian. Inilah penyebab dari kematian binaragawan Austria Heinz Salimayer sekitar tahun 80-an, dan Mohammed Benaziza pada tahun 1992 yang disinyalir meninggal juga lantaran pengkonsumsian furosemide.
Kebanyakan atlet lebih memilih menggunakan dalam oral, walaupun terkadang sesaat sebelum kompetisi banyak binaraga yang menggunakan secara inject. Perjalanan via pembuluh darah dipercaya lebih efektif agar pengurasan air dalam tubuh segera terjadi. Ketika atlet lain panik, sepanik-paniknya karena kandungan cairan yang masih berlebih dalam jumlah besar, dengan “water lost pill” semua menjadi lebih santai menghadapinya.
Akan tetapi kemungkinan efek berlawanan seperti otot menjadi lebih kecil dan datar besar kemungkinan terjadi. Karena pada prinsipnya ada zat yang keluar dari tubuh dalam jumlah banyak, yang secara tidak langsung juga mempengaruhi kondisi fisik sebelumnya. Atlet pun akan kehilangan vaskularisasinya, serta tidak begitu bertenaga saat melakukan pemanasan. Hal tersebut akibat berkurangnya cairan tubuh dan mineral lainnya.
Kemungkinan tersebut bisa saja terjadi, baik pada atlet amatir ataupun professional. Oleh sebab itu sebelum mereka mengkonsumsi ‘pil penguras air’, biasanya mereka sudah menyiapkan ‘sekantong glukosa’ atau karbohidrat sebagai P3K atas serangan balik dari efek lasix tersebut. Artinya sekantong glukosa tersebut sebagai solusi peningkat volume darah. Dengan demikian atlet tetap bisa pumping dan memperlihatkan ke-muscular-annya saat di atas pentas.
Ekskresi yang berlebihan juga berakibat pada berkurangnya kalium (potassium) dalam tubuh. Sehingga kram ataupun kontraksi pada otot bisa terjadi, atau mungkin juga pandangan menjadi gelap dan konsetrasipun menurun. Untuk itu para atlet juga menyiapkan pil kalium klorida yang dikonsumsi jika tanda-tanada penurunan kalium mulai dirasakan. Artinya ekskresi dalam rangka mengeringkan otot tetap bisa diraih dan penurunan kalium pun tetap bisa ditanggulangi. Namun hati-hati dalam pengkonsumsian pil kalium klorida, sebab jika berlebih akan menyebabkan serangan jantung.
Lakukan semua kebutuhan kontes dengan cerdas. Baik diet, bulking, latihan, dan kebutuhan pendukung lainnya. Jika kesempurnaan syarat tanding belum tergapai, jadikan hal tersebut sebagai “PR” dikejuaraan selanjutnya. Apabila dirasa masih mentok, tetap jadikan sebagai sebuah pekerjaan rumah. Tandanya ada yang salah dalam persiapan yang dilakukan. Kerjakan pekerjaan rumah tersebut hingga selesai, syukur-syukur mendapatkan ponten seratus. Bukan malah langsung menjatuhkan diri pada obat-obatan yang tampaknya manjur namun memiliki serangan balik yang mematikan.
Text: Syukron Achmad Fadillah.