Banyak sekali makanan yang terlihat segar dan sehat, namun tanpa disadari sudah ‘disusupi’ dengan zat kimia beracun yang lambat laun bisa mengancam kesehatan tubuh. Untuk itu, salah satu solusinya adalah pilihlah makanan organik, yang tidak hanya baik bagi kesehatan, tapi juga aman bagi lingkungan.
Dalam pemahaman organik yang holistik dan menyeluruh yakni yang mampu menguntungkan semua pihak yang terlibat dalam proses pengolahannya (yaitu alam dan manusia), dengan memakan makanan organik seseorang menjadi sehat karena ‘berkah’Nya (dalam terminologi Islam) atau karena ‘karma’ Nya (dalam terminologi Hindu). Apa yang dimaksud dengan makanan organic itu ? Pertama-tama perlu terlebih dahulu diluruskan pemahaman kita bahwa memilih makanan organik hendaknya tidak didasarkan pada pertimbangan hanya karena “si konsumen” takut sakit (atau bahkan takut mati), karena untuk kedua hal tersebut (terutama yang terakhir) tidak banyak yang bisa dilakuan manusia untuk menghindarinya.
Hingga sekarang masih banyak orang yang bertanya-tanya mengenai pangan organik. Banyak juga yang mendefinisikannya sebagai makanan segar tanpa bahan kimia dan pestisida. Namun, banyak juga yang menganggap makanan jenis ini adalah makanan khusus orang-orang yang ”gila” sekelas Tarzan yakni kembali ke alam. Terlepas dari itu semua, harus diakui jenis makanan ini baik untuk mengurangi efek negatif racun dari berbagai bahan kimia dan pestisida.
Memilih makanan organik adalah bentuk tanggung jawab terhadap tubuh kita sendiri yang hendaknya dirawat sebaik-baiknya, dan juga tanggung jawab kepada alam yang saat ini sudah sangat mengenaskan keadaanya, serta bentuk kepedulian pada kemiskinan dan solidaritas kepada saudara kita yang kurang beruntung yang bertani dan menyiapkan makanan kita di pedesaan.
Hippocrates, pemikir ilmu kesehatan modern, mengungkapkan biarkan makanan menjadi obat Anda dan biarkan obat menjadi makanan Anda. Pemikiran Hippocrates tersebut sekarang digali ulang sebagai landasan mengapa kita seharusnya memilih makanan.
Alasan memilih makanan organik adalah masalah masa depan. Generasi penerus kita tidak seharusnya menerima akibat negatif dari perilaku yang kita lakukan sekarang. Hasil studi terakhir membuktikan bahwa anak-anak terkena empat kali lebih banyak efek pestisida dari pada orang dewasa.
Sampai sekarang tercatat setidaknya ada delapan jenis pestisida dalam makanan yang dapat menyebabkan kanker. Pilihan makanan yang non-residu kimia dan pestisida saat ini akan membawa pengaruh penting pada kesehatan generasi mendatang.
Apa yang dimaksud dengan makanan organik itu ?
Pertama:
Bisa ditarik kesimpulan bahwa definisi pertama makanan organik adalah harus ‘lokal’. Makanan organik import (terutama bila padanannya tersedia yang lokal) sudah bukan termasuk makanan organik lagi. Ditambah lagi, semakin jauh jarak yang ditempuh makanan untuk sampai ke meja makan dan piring kita, berarti makin banyak bahan bakar yang dikeluarkan untuk itu, dan ini tidak sejalan dengan konsep organik yang ramah lingkungan !
Kedua:
Konsep organik yang ”fair trade” atau berkeadilan, tidak mungkin dapat diwadahi oleh hukum ekonomi perdagangan yang kapitalistik. Sebagaimana lazimnya perdagangan di zaman ini, terlebih-lebih di negara berkembang seperti Indonesia yang tidak memberi ruang untuk idealisme semacam ini. Dalam konteks Indoneisa bisa dikatakan bahwa, hanya usaha non-profit yang bisa mengemban misi organik karena perdagangan konvensional (tradisional) yang berpegang pada profitabilitas dan efisiensi tidak mungkin sanggup berhadapan dengan kenyataan di lapangan, seperti:
*Sulitnya memproduksi organik di tingkat petani. Karena petani kita tidak lagi tahu cara bertani yang ramah lingkungan akibat gempuran iklan bahan kimia pertanian di pedesaan. Ironisnya justru hal tersebut dibawa oleh penyuluh pertanian yang digaji oleh dinas pertanian.
*Sulitnya mendapatkan lahan yang bebas polusi, baik polusi air, tanah dan udara karena kerusakan lingkungan di Indonesia terutama di Pulau Jawa sudah sedemikian parahnya.
*Dan yang paling besar adalah sulitnya berhadapan dengan tata niaga hasil pertanian yang dipegang oleh perusahaan besar jaringan retailer dan swalayan yang sangat kapitalistik.
Ketiga:
Makanan organik adalah makanan segar (fresh) atau makanan yang diolah tidak terlalu panjang dari asalnya. Semakin panjang proses pengolahan makanan tersebut semakin turun nilai kesegarannya dan semakin ”tidak organik” makanan tersebut. Biarpun bahan baku yang digunakan berasal dari hasil pertanian organik tapi bila dalam pengolahannya mengalami rangkaian proses yang terlalu panjang maka tidak bisa lagi disebut makanan organik, karena zat gizi dan micronutrient yang dibawa dari bahan organik tersebut sudah hilang dan tidak ada lagi bedanya dengan hasil pertanian tradisional. Misalnya, jagung hasil pertanian organik yang diolah begitu panjang sampai menjadi tortilla chip/crackers yang dikemas dalam kantong aluminium foil yang mengalami radiasi untuk pengawetannya dan masih diberi label ‘organik’. Sungguh hal yang sangat ironis dan sangat menggelikan melihat makanan instant yang berlabel ”organik”.
Demikianlah definisi makanan organik yang sebenarnya, bukan sekedar hasil pertanian tanpa pupuk kimia atau diolah tanpa bahan kimia saja yang semata-mata sebagai manifestasi ”selfishness” atau ”self-centeredness” kita saja.
Istilah makanan organik tidak sepenuhnya mengacu pada objek makanan tersebut. Namun menyangkut bagaimana proses produksi dan pengolahan makanan. Jadi ada benarnya anggapan jenis makanan diproduksi tanpa menggunakan bahan-bahan kimia beracun.
Sampai sekarang kita tak bisa lepas sepenuhnya dari residu kimia dan pestisida. Contohnya, tanah masih tetap mengandung bahan kimia karena penggunaan pupuk urea. Atau polusi udara dan air yang juga turut memberikan andil. Ini karena tidak semua petani Indonesia menggunakan sistem pertanian ekologis (memperhatikan kaidah kesehatan dan lingkungan).
Apa itu produk organik?
Istilah makanan organik tidak sepenuhnya mengacu pada objek makanan tersebut. Namun menyangkut bagaimana proses produksi dan pengolahan makanan. Jadi ada benarnya anggapan jenis makanan diproduksi tanpa menggunakan bahan-bahan kimia beracun.
Sampai sekarang kita tak bisa lepas sepenuhnya dari residu kimia dan pestisida. Contohnya, tanah masih tetap mengandung bahan kimia karena penggunaan pupuk urea. Atau polusi udara dan air yang juga turut memberikan andil. Ini karena tidak semua petani Indonesia menggunakan sistem pertanian ekologis (memperhatikan kaidah kesehatan dan lingkungan).
Yakni, hasil pertanian yang memenuhi kaidah-kaidah pertanian organik, yang diantaranya tidak menggunakan pestisida sintetis, pupuk kimia sintetis, zat pengatur tumbuh, rekayasa genetika, dll. Dengan mengonsumsi makanan organik, organ tubuh kita bekerja lebih ringan. Menurut penelitian yang dilakukan pada 2007, “Buah dan sayuran organik mengandung lebih dari 40% antioksidan dibandingkan buah dan sayuran produk pertanian konvensional”. Ada banyak alasan memilih produk organik. Diantaranya, bila kita berbicara lingkungan, pertanian konvensional (non-organik) berdampak buruk khususnya terhadap ekosistem lahan pertanian. Dan bila dihubungkan dengan kesehatan, ternyata juga berdampak buruk terhadap kesehatan petani itu sendiri, misalnya dengan adanya paparan pestisida kimia sintetis saat proses produksi atau pun proses penyemprotan.
Bagaimana anda yakin bahwa produk yang dibeli termasuk produk organik ?
Periksalah ciri-ciri produk. Ciri-ciri pangan organik seperti sayur dan buah secara kasat mata sekarang tidak terlalu berbeda. Tidak semua sayur atau buah organik harus bolong-bolong atau berpenampilan buruk, akan tetapi bisa juga mulus. Karena memang pas sedang musimnya dan pengendalian hama terpadunya baik. Kalau dari rasa untuk yang sudah biasa memang terasa perbedaannya, diantaranya teksturnya lebih renyah, padat, dan aroma yang lebih kuat. Cermati masalah label sertifikasi atau penjaminan. Di Indonesia ada badan khusus yang dibentuk untuk memberikan sertifikasi pada produk organik, salah satunya yaitu BioCert. Kenali sumber atau produsen atau petani yang menyuplai produk. Bisa dilakukan dengan megunjungi langsung ke lahan pertanian sehingga terjalin hubungan saling mempercayai antara produsen dan konsumen.
Pilih produk lokal setempat, setidaknya melakukan variasi dan keragaman konsumsi pangan sehari-hari, seperti buah kita bisa beralih ke jenis buah-buahan lokal setempat seperti kecapi, manggis, salak, jambu bol, belimbing untuk menggantikan buah-buahan impor (setidaknya memperkecil jejak karbon). Dari segi nilai gizi, buah-buahan lokal tidak kalah hebat dengan buah impor seperti pear.
TREN mengonsumsi makanan organik memang mulai meningkat seiring dengan kesadaran akan betapa pentingnya faktor makanan bagi kesehatan. Sebagian masyarakat bahkan rela mengeluarkan dana lebih besar demi mendapatkan buah-buahan atau sayuran organik yang di Tanah Air relatif masih terbilang lebih mahal ketimbang jenis biasa. Mengonsumsi makanan organik secara konsisten diyakini dapat menjadi upaya mempetahankan diri dari ancaman beragam penyakit. Makanan organik dinilai sehat karena pada saat proses penanaman sampai panen tidak mengalami proses kimiawi atau menggunakan bahan sintetik, seperti pestisida, herbisida, pupuk dengan kandungan kimia, penyuntikan hormon atau antibiotik, serta prosesnya tanpa radiasi ionisasi maupun pemodifikasian genetik. Karena itu, proses yang natural tersebut aman untuk dikonsumsi oleh tubuh.
Yang digolongkan sebagai makanan organik adalah makanan yang paling murni, ditanam atau diproduksi tanpa bantuan zat kimiawi. Kata “organik” merupakan tanda adanya komitmen kepada pertanian yang sesedikit mungkin mengganggu lingkungan. Makanan organik adalah makanan yang sesedikit mungkin diproses, demi menjaga kesegaran makanan itu tanpa menggunakan pestisida buatan, penyemprotan ataupun pupuk buatan. Produksi makanan organik mempertahankan sumber-sumber alami dan mengurangi polusi udara, air dan tanah. Tanah yang dijaga keseimbangannya menumbuhkan tanaman yang kuat, sehat dan mempunyai rasa lezat.
Meskipun menyehatkan, sebenarnya tak semua makanan organik menguntungkan. Ada beberapa mitos seputar makanan organik yang harus diluruskan. Dengan memahaminya, Anda dapat menggunakan makanan organik dengan tepat. Berikut adalah mitos gaya hidup mengkonsumsi makanan organik :
1. Organik selalu aman dan baik bagi lingkungan?
Organik memang ditanam di tanah yang tidak terkontaminasi kandungan kimia atau disiram dengan pestisida dan jenis zat kimia lain seperti halnya lahan pertanian biasa. Namun, lahan pertanian organik hanya memproduksi setengah dari produksi pertanian konvensional. Penanaman organik menjadi memboroskan lahan dalam penanaman buah dan sayuran.
Dennis Avery dari Hudson Institute’s Center for Global Food Issues memperkirakan pertanian sistem modern menghemat hingga 15 juta meter persegi pembukaan hutan dan habitat binatang liar. Jika seluruh dunia harus memilih penanaman organik, kita harus mengorbankan hutan hingga 10 juta mil persegi hutan.
2. Organik lebih banyak mengandung nutrisi?
Berbagai studi mengenai makanan organik selalu tidak konsisten. Ada yang menyebut kandungan vitamin C dalam tomat organik lebih banyak ketimbang tomat biasa. Ada juga yang menemukan kadar anti-kanker flavonoids pada jagung dan strawberry organik. Namun riset lainnya menyebutkan bahwa makanan organik tidak memiliki keunggulan lebih dalam hal kandungan nutrisi . Apa yang membuat perbedaan mencolok dalam hal kandungan nutrisinya adalah berapa lama ditanam dan disimpan di rak makanan. Bayam misalnya, akan kehilangan setengah dari kadar foliate-nya dalam selang waktu sepekan.
3. Tak perlu dicuci terlalu bersih seperti makanan biasa?
Seluruh produk organik, apakah dibeli dari toko grosir atau petani lokal di dekat rumah Anda, tetap rawan akan kontaminasi bakteri seperti E. coli. Tanah dan sumber pengairan yang terkontaminasi E. coli bisa menempel dan masuk dalam buah atau sayur. Melon, selada, tauge, tomat, bayam, daun bawang, bisa tercemar ketika mereka tumbuh dan dekat dengan tanah. Cara terbaik untuk mengatasinya adalah cuci semua produk dengan air yang mengalir.
4. Organik lebih sehat buat Anda?
Makanan organik tidak lagi menyehatkan bila bentuknya sudah menjadi kripik organik, soda organik atau kue organik. Gula dari tebu organik juga tetaplah gula, keripik dari kentang organik juga tetaplah digoreng. Sehingga jangan mudah tertipu akan label organik yang tertera dalam kemasan. Intinya ketika menjadi makanan olahan bukan lagi dikatakan sebagai makanan organik (walaupun bahan dasarnya organik).
Manfaat Makanan Organik
Tanaman organik, adalah tanaman tidak menggunakan pestisida dan pupuk buatan. Banyak sekali bukti yang menunjukkan bahwa buah-buahan, sayur mayur dan kacang-kacangan yang ditanam secara organik lebih banyak mengandung zat nutrisi, termasuk vitamin C, zat besi, magnesium dan fosfor, dan mineral, serta phytonutrients (bahan dalam tanaman yang dapat melawan kanker) yang lebih tinggi ketimbang bahan pangan konvensional. Serta sangat sedikit mengandung nitrat dan endapan pestisida dibandingkan dengan tumbuhan yang ditanam dengan menggunakan pestisida dan pupuk sintetis.
Sapi yang dipelihara secara organik dagingnya juga mengandung zat bermanfaat yang sama. Orang yang mengkonsumsinya akan bertambah sehat, karena makanannya lebih banyak mengandung nutrisi, dan rendah kandungan zat yang membahayakan kesehatan. Lingkungan yang digunakan untuk pertanian organik ternyata juga lebih menyehatkan dan tidak merusak ekosistem, karena tidak dicemari oleh zat kimiawi. Banyak orang yang sadar bahwa makanan yang ditumbuhkan berdasarkan prinsip organik terbebas dari herbisida dan pestisida berbahaya, namun itu hanyalah salah satu dari aspek kecil dari pertanian organik.
Manfaat mengkonsumsi sayur dan buah organik adalah membantu regenerasi sel-sel baru, bekerja membersihkan darah, menjaga keseimbangan kadar asam basa tanpa obat-obatan, vitamin atau pun suplemen tambahan. Selain itu juga membuang racun yang menumpuk dalam sel. Kelebihan makanan organik adalah tahan lama hingga tidak mudah basi dan memiliki kandungan gizi yang lebih baik. Disadari bahwa tanah dan ekosistem yang sehat, subur dan hidup, sangat bermanfaat bagi pertanian.
Tanah yang alami, tanpa terganggu, mengandung organisme mikrobiotik yang hidup secara harmonis dengan tanaman dan mineral anorganik yang menjaga kesuburan tanah. Ketika seorang petani memberikan bahan kimiawi sintetis ke tanah (seperti misalnya herbisida, pestisida atau pupuk anorganik untuk memacu pertumbuhan), itu akan mengganggu dan merusak kehidupan mikrobiotik, dan tanah hanya akan sekedar menjadi zat penopang tanaman saja. Sistem pertanian organik sebagai penghematan energi. Kebanyakan pertanian modern sekarang menggunakan bahan bakar minyak bumi. Hingga mencapai total 12 persen yang dikonsumsi oleh sektor tersebut. Berarti banyak energi yang dibutuhkan untuk memproduksi pupuk kimia dari pada untuk mengolah dan memanen tanaman.
Selain bermanfaat bagi kesehatan tubuh, memilih makanan organik berarti kita juga menolong kelangsungan hidup petani. Secara kesehatan, para pekerja pertanian terancam saat harus menggunakan pestisida. Ini karena aturan penggunaan pestisida di negara berkembang belum menjamin keamanan penggunaannya. Hingga sekarang diperkirakan satu juta petani mengalami keracunan pestisida per tahunnya. Beberapa jenis pestisida yang dilarang digunakan di negara AS ternyata masih diproduksi dan diekspor ke negara-negara berkembang. Secara kesehatan, pestisida ternyata bisa juga menyebabkan kanker. Hampir 1,4 juta kasus kanker di dunia disebabkan oleh bahan ini. Ternyata pestisida juga memberikan pengaruh pada cacat kelahiran, kerusakan syaraf dan mutasi genetik. Baik itu terkena secara langsung (seperti yang dialami petani ketika di sawah) atau secara tidak langsung (yakni mereka yang menyantap pestisida dalam bentuk hidangan di meja makan).
Manfaat lain dari tanaman sehat yang tumbuh di tanah yang subur alami adalah rasanya. Rasa adalah hasil pencampuran antara berbagai macam molekul yang kompleks. Tidak heran kalau para juru masak di restoran berkelas memilih sayuran organik sebagai bahan masakannya.
Budaya mengkonsumsi makanan organik adalah bentuk kepedulian diri untuk menciptakan tubuh yang sehat luar dan dalam. Ketika kondisi yang semakin ”carut-marut” dengan tingkat polusi yang semakin tinggi, baik polusi pada tanah, air dan udara, tidak ada salahnya mengeluarkan budget lebih banyak demi terciptanya kesehatan yang semakin mahal harganya. Dengan meningkatnya budaya mengkonsumsi makanan organik, tentunya mampu meningkatkan pula pada sektor perkebunan, pertanian, dan bahkan peternakan organik. Sehingga akan menciptakan ekosistem yang ramah lingkungan.
Budaya mengkonsumsi makanan organik tidak saja menyehatkan bagi konsumen dan produsen itu sendiri, tetapi mampu menyehatkan dan memperpanjang umur ekosistem alam yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa demi mencukupi kebutuhan hajat manusia sehari-hari. Ditambah lagi harga jual beras hasil pertanian konvensional dihargai sangat rendah untuk petani. Lengkap sudah penderitaan petani, ketika kesejahteraan jauh dirasakan bahaya akan pengaruh pestisida pun melanda. Tidak heran petani di Indonesia tetep dibawah garis kemiskinanan di tengah negara yang menyandang julukan negara agraris. Import beras dari negara tetangga dengan nilai jual yang lebih mahal dibandingkan beras lokal semakin memperburuk kehidupan petani. Makanan organik bukan saja maknan yang terbebas dari sintesa kimiawi melainkan makanan yang tumbuh dan asli produk dalam negeri (terutama bila padanannya tersedia yang lokal sudah bukan termasuk makanan organik lagi).
Bahaya Makanan Non Organik
a. Efek unsur dan pestisida yang terkandung dalam makanan:
* Menyebabkan gangguan kesadaran (cognitive dysfunction) seperti sulit mengeja, membaca, menulis, membedakan warna, termasuk berbicara.
* Memperbesar risiko terhadap gangguan fisik otak.
* Salah satu penyebab kanker payudara.
* Berpotensi menyebabkan masalah pada produksi sperma.
b. Ancaman pestisida bagi manusia.
* Mengancam generasi penerus. Anak-anak berpotensi terkena lebih banyak pestisida daripada orang dewasa.
* Pencemaran air tanah.
* Boros energi, banyak energi yang dibutuhkan untuk memproduksi pupuk kimia daripada untuk mengolah dan memanen tanaman.
Anda pasti tahu bahwa makanan non organik beresiko merusak kesehatan. Namun kadang kita lupa dengan mengkonsumsi makanan seenaknya. Kini, banyak makanan yang diberikan bahan-bahan yang tak layak untuk makanan. Oknum tak bertanggung jawab memasukkan bahan pewarna atau zat lain yang dapat mengakibatkan kerusakan pada tubuh. Salah satu bahan yang diberikan adalah yang mengandung pestisida.
Zat tersebut sangatlah berbahaya. Namun ironisnya pestisida sudah akrab oleh lidah kita sehari-hari, bahkan bertahun-tahun. Sayur-sayuran dan buah-buahan dipasaran lebih banyak yang dipanen dari hasil sintesa pestisida. Lebih parah lagi, hasil sintesa zat kimia yang merusak tersebut banyak kita konsumsi, yang berpotensi menyebabkan kanker payudara, gangguan kesadaran (cognitive dysfunction) seperti sulit mengeja, membaca, menulis, membedakan warna, termasuk berbicara, juga memperbesar risiko terhadap gangguan fisik otak. Selain itu berpotensi juga menyebabkan masalah produksi sperma. Teks : dillah.