“I just cant get big / ripped / in shape / stronger – because of my genetics”. Berapa banyakkah yang masih menyalahkan genetik sebagai penyebab dari kegagalan dalam mem-build muscle, get ripped atau get in shape? Kalimat tersebut adalah kutipan yang diambil dari buku yang berjudul 101 Fitness Myths karya Maik Wiedenbach. Dalam buku tersebut dinyatakan bahwa pikiran ataupun kondisi yang sedemikian haruslah segera disingkirkan ataupun ditangani. Sebab pikiran atau kondisi sedemikian akan menghambat secara psikologis yang nantinya akan mematikan sebuah ambisi.
Jadi, apakah mitos atau fakta bahwa genetik berpengaruh akan keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam usaha membangun otot?
Obrolan mengenai genetik seperti di atas santer terdengar baik itu dilingkungan gym ataupun dalam percakapan santai biasa. Dalam suatu cabang olahraga atau sebuah turnamen, genetik selalu dijadikan kambing hitam akan sebuah hasil buruk yang diperoleh. Begitu juga dalam dunia fitness, kita selalu dan pasti menyalahkan genetik atas kegagalan diri sendiri entah itu dalam usaha membangun otot ataupun membakar lemak di tubuh. Padahal tanpa disadari, juga teramat banyak kesuksesan yang dihasilkan saat di gym dari pengaruh genetik yang kita miliki.
Kunci jawaban dalam menangani persoalan genetika adalah tumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi. Pada dasarnya masing-masing orang telah mewarisi cetak biru pribadinya masing-masing. Ada yang mewarisi kelebihan dengan memiliki kelompok otot yang baik dengan sedikit latihan, tetapi ada pula yang masih harus kerja keras demi memiliki hal terbaik tersebut. Seseorang yang sudah memiliki kelompok otot yang baik, ditambah dengan kadar hormonal tertentu yang mendukung, serta dianugerahi kadar lemak tubuh yang rendah sudah pasti orang tersebut akan dengan mudah mendapatkan tubuh yang amazing.
Berusahalah secara maksimal dalam membangun tubuh yang terbaik versi kita, bukan dengan cara ingin meniru seperti orang lain.
Pikirkan tubuh kita ini seperti sebuah tanaman. Tempatkan tanaman tersebut sesuai dengan karakternya, berilah kecukupan pupuk yang sekarakter dengan tanah tempat ia ditanam, dan siramilah sesuai dengan kebutuhannya, pasti tanaman tersebuut akan tumbuh dan mekar sesuai dengan karakternya. Jika sampai waktunya tidak bertumbuh dan mekar, itu jelas berarti ada sesuatu yang salah dalam perawatannya. Mungkin tidak cukup mendapatkan cahaya matahari, atau terlalu banyak air, mungkin juga terserang parasit. Begitulah kondisi tubuh kita, sama persis seperti tanaman tersebut. Pastilah ada sebuah penjelasan tentang mengapa tubuh kita tak kunjung berkembang walau sudah lama latihan.
Sukses dalam latihan terdiri dari tiga pilar utama yang harus diperhatikan, pertama adalah program latihan itu sendiri (sesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai), recovery atau istirahat, dan kecukupan akan nutrisi. Kebanyakan orang yang sudah berhasil minimal hanya mampu menjalankan dua dari tiga pilar tersebut secara konsisten.
Untuk soal latihan atau workout oke-lah semua orang mampu menjalankannya dengan benar, namun berbanding terbalik untuk bisa melakukan dengan baik dalam urusan menjaga kebutuhan nutrisi dan menjaga kualitas istirahat. Dengan mengabaikan tiga pilar utama tersebut jangan harap kita mampu memiliki bentuk tubuh yang hebat.
Bagaimana Frank Zane mampu melakukannya? Padahal ia menyadari genetiknya tidaklah istimewa. Yang dilakukannya adalah menjaga pola makan dengan ketat, latihan dengan intensitas yang tak tertandingi, dan tidak pernah mengenal kata tidak bisa (termasuk dalam hal menjaga kualitas istirahat). Zane menyadari bahwa dirinya tidak bisa bersaing dengan Arnold berdasarkan massa otot, untuk itu ia create tubuhnya se-simetris mungkin agar menjadi sebuah penilaian tersendiri yang mahal harganya. Tidak heran jika akhirnya banyak orang yang menganggap Zane adalah manusia binaraga dengan kualitas tubuh yang hampir mendekati kesempurnaaan.
Cerita Frank Zane tersebut adalah inspirasi bagi kita semua, bahwa sesungguhnya keberhasilan memahat otot tidak melulu dipengaruh oleh genetik ataupun hal lainnya. Berani mengakui akan kekurangan diri sendiriadalah sebuah hal yang positif. Tinggal dipikirkan caranya agar kekurangan tersebut tidak menjadi sebuah hambatan. Seperti yang dilakukan Frank Zane saat menyikapi bahwa ia tidak akan pernah berhasil menyaingi Arnold dari sisi ketebalan massa otot. Ia tidak lantas memilih mundur dari dunia binaraga, melainkan ia tetap jalan terus berlatih hingga akhirnya menemukan unique selling point-nya yakni dari sisi symmetrical.
Langkah awal yang harus REPS Mania lakukan dalam membangun otot adalah dengan berani untuk jujur dalam menilai diri sendiri, menyediakan waktu untuk latihan, dan memahami akan tehnik-tehnik latihan. Dari situ kita bisa mulai menyusun rencana yang tepat dan cocok untuk diri sendiri. Latihan yang akan kita lakukan berkaitan dengan tujuan yang ingin diraih. Sedangkan kesanggupan kita dalam meluangkan waktu yang dipadu dengan tingkat pemahaman akan tehnik latihan yang memadai merupakan.
Tantangannya tidak semua hal akan berjelan sesuai harapan walaupun banyak cara sudah dikerjakan. Jika progress yang kita harapkan seperti halnya siput yakni lambat, mungkin intensitas latihan yang dijalankan tidak banyak memberi kesempatan tubuh untuk recovery. Cobalah untuk menyeimbangkan antara waktu latihan dan istirahat. Berlatih terus menurus selama seminggu penuh bukanlah sebuah tindakan yang benar. Proses recovery terjadi saat tubuh beristirahat artinya tidak latihan ataupun tidur yang cukup. Memproduksi otot terjadi saat tubuh bekerja. Ingat, dalam dunia fitness dikatakan tubuh sedang bekerja adalah saat istirahat (tidur) bukan saat kita laihan. Atau bisa jadi kita kurang fokus dalam membangun bagian otot yang lambat kemajuannya. Setelah latihan bebarapa waktu akhirnya kita menyadari ada bagian tubuh yang lemah pertumbuhannya. Maka segeralah melatihnya lebih keras dibanding bagian tubuh lainnya.
Anggaplah tubuh kita seperti sebuah karya seni dan kita-lah senimannya. Jadi buatlah fisik yang sempurna sesuai seperti yang kita inginkan. Kita punya hak penuh dalam membentuknya. Misalnya kita memiliki pinggul yang lebar, maka jangan buang-buang waktu latihan oblique untuk membuat pinggul menjadi ramping. Lebih baik kita ganti dengan melatih bahu atau shoulder. Sebab dengan melebarnya bahu secara otomatis pinggang atau pinggul akan terlihat ramping
Begitu juga jika kita memiliki lengan yang ‘terlalu’ panjang, dengan latihan curl saja tidak cukup untuk ‘memotongnya’. Tambahkan pull ups di setiap kali latihan cukup membantu. Mintalah trainer atau ahli massage untuk memijat otot yang sedang kita latih. Studi menunjukkan pemulihan dapat meningkat hingga 30% akibat sensasi yang ditimbulkan dari pijatan tersebut.
Kemudian cobalah untuk tidak hanya sekedar workout tetapi mulailah untuk berlatih (latihan) saat nge-gym. Berlatih atau latihan memiliki arti bahwa, proses peningkatkan kapasitas ataupun kemampuan untuk melakukan sesuatu. Artinya jika dari awal hingga 12 bulan lamanya kita berlatih hanya dengan bobot yang sama, maka kita tidak akan pernah bisa menjadi yang terbaik. Dorong diri kita hingga ke batas paling maksimal setiap kali latihan.dengan demikian kita akan semakin dekat dengan tujuan yang ingin dikejar.
Jadikanlah latihan sebagai gaya hidup. Meski kita rajin latihan seperti halnya tidak pernah absen untuk kursus bahasa Perancis tiap dwi minggu sekali. Namun tetap saja cara yang efektif belajar bahasa Perancis adalah dengan tinggal di Perancis atau paksakan diri kita untuk berbicara dengan bahasa Perancis. Bahasa Perancis adalah bahasa yang tersulit untuk dipelajari diantara sekian juta bahasa yang ada di dunia. Sama seperti halnya latihan, usahakan latihan menjadi kebutuhan ataupun tujuan utama kita datang ke gym. Begitu juga hal yang sama berlaku untuk kebutuhan tubuh kita. Latihan , makan, istirahat, dan belajar selama 24 jam dalam seminggu adalah hal pokok yang baik untuk kita jalankan dengan disiplin yang tinggi.
Ingatlah, membangun otot bukan sebuah adu balap, apalagi balapan dengan teman ataupun orang lainnya. Kita melakukan hal yang memang untuk diri sendiri. Jika seseorang lebih cepat terbentuk ototnya dengan atau tanpa usaha yang keras, maka kita janganlah berkecil hati. Jangan juga keluhkan soal genetik yang ‘apa adanya’ yang sebenarnya kita pun tidak pernah memintanya. Sebab hal yang kita tidak pernah minta itu memang tidak bisa berubah. Sebaiknya waktu yang dihabiskan untuk mengeluh, lebih baik dugunakan untuk memasak menu sehat atau pergi berlatih. Keep working hard! (Dillah)
4 Responses
nice article!
Artikelnya bagus, sangat memotivasi. Saya termasuk ke dalam jenis tubuh ectomorph, mungkin cerita frank zane di atas bisa dijadikan pacuan untuk latihan saya di gym.
Atikelnya bagus, sangat memotivasi. Saya termasuk ke dalam jenis tubuh ectomorph, mungkin cerita Frank Zane di atas bisa menjadi inspirasi untuk latihan di gym.
terima kasih reps id.. sebelumnya untuk mendapatkan motivasi dan pola latihan sy selalu membuka situs luar negri..