A.S. Fadillah
Ada apa dibalik kontroversi yang tidak berujung?
Dengan mengkonsumsi drug’s serta ditambah dengan porsi latihan yang keras tubuh lebih cepat besar dan lebih nyata khasiatnya. Namun tidak sedikit pula mereka yang natural mampu memiliki tubuh yang tidak kalah berkualitas dengan para drug’s user, Dan pastinya lebih aman dari efek samping jangka panjang. Lalu kemana sebenarnya binaraga Indonesia berkiblat pada steroid atau natural ?
Alasan memilih tidak natural :
Menurut Maman (bukan nama sebenarnya), “Impossible bagi mereka-mereka yang terjun dalam ajang binaraga atau yang berpotensi sebagai binaraga tidak ada yang natural, semua pernah menggunakan dan pernah menggunakan drug’s”. Mengapa? Karena tidak mungkin kita dapat memperoleh badan yang sedemikian tanpa mengunakan drug’s itu sendiri.
Bagiku, penggunaan drug’s atau steroid adalah bentuk usaha kita dalam memperbaiki penampilan yang sesuai menurut pribadinya. Diibaratkan seorang perempuan, ingin terlihat lebih cantik dan seksi, maka mereka rela melakukan beberapa jenis operasi plastik pada wajahnya, atau mungkin sedot lemak dan praktek sejenisnya yang juga merupakan cara mereka untuk mempercantik dan memperindah penampilannya. Dan itu sudah menjadikan budaya yang sah dan bukan suatu hal yang tabu bagi mereka.
Nah bagi kaum pria pun tak mau kalah ingin pula memiliki penampilan yang proporsional dan menarik untuk dilihat dan dirasa. Jangan salah kira penggunaan bukan hanya dikonsumsi oleh para binaraga saja, banyak profesi olahraga lain atau individu pribadi yang menggunakan drug’s. “Apakah salah jika ingin memperbaiki penampilan dengan menggunaan drug’s ?”.
Justru yang salah adalah menggunakan drug’s namun TIDAK MENGAKUINYA dan MENGKUCILKAN mereka yang menggunakan. Banyak ikon binaraga baik yang baru ngetop atau yang sudah senior menyangkal bahwa mereka menggunakan dan berteriak lantang untuk memerangi steroid dan sejenisnya. Lalu pertanyaannya, apakah yang mereka cari dengan penangkalannya? Sudah jelas, menjaga popularitas dan reputasi jawabannya.
Budaya pemakaian drug’s dalam binaraga berkembang pesat di negara Adi Kuasa Amerika Serikat. Bukan menjadi hal yang tabu lagi di negara Amerika, binaraga menggunakan steroid dan sejenisnya. Sejarah singkat diciptakannya steroid atau drug’s adalah sebagai pengobatan di Rusia. Namun ketika perang dunia I pemasokan akan steroid ini berhenti, kemudian dilanjutkan oleh Adolf Hilter yang menyuntikkan zat tersebut kepada para tentaranya. Dengan menyuntikan zat tersebut manusia akan mengalami agresivitas yang semakin tinggi serta daya tahan badan yang meningkat. Jadi janganlah heran jika pada saat perang dunia I German merupakan salah satu negara yang ditakuti para BLOK BARAT.
Belakangan ini bagi mereka yang mengidap virus HIV AIDS dapat dibantu penanganannya dengan menyuntikan drug’s. Drug’s atau steroid dan sejenisnya merupakan hasil dari ilmu pengetahuan. Tidak ada hasil ilmu pengetahuan dibumi ini yang salah atau berimbas negatif. Walaupun dengan kehadiran ilmu pengetahuan akhirnya menyebabkan kerusakan, maka yang patut disalahkan adalah individu tersebut yang menyalahgunakan ilmu pengetahuan.
Contoh dalam dunia medis atau kedokteran morvin banyak dan sering digunakan untuk penghilang rasa sakit ketika akan dioperasi. Namun ilmu pegetahuan ini menjadi barang yang terlarang dan merusak ketika ada oknum yang menyalahgunakan ilmu pengetahuan ini. Begitu pula dengan steroid, jika anda menggunakan sesuai dengan aturannya, maka dijamin tidak akan ada efek samping negatif dalam diri anda.
“Penggunaan drug’s dan suplemen yang sebenarnya hanya berbeda tipis. Kenapa? Sekarang ini sudah banyak suplemen yang mengarah akan kandungan prohormon, yang notabene sistematis prosesnya sama dengan drug’s”, ujar Maman dengan geramnya. Menurut Mr. K “Penggunaan steroid atau drug’s merupakan 5 sempurna dari 4 sehat. 4 sehat disini antara lain menjalani program latihan, menjaga dan mengatur pola makan, pemilihan basic suplemen yang tepat dan yang terakhir mengefektifkan pola istirahat. Tanpa menjalani disiplin akan 4 sehat ini, maka janganlah coba-coba memberanikan diri untu menggunakan drug’s”.
Jelas sudah bahwasanya drug’s tidak akan memberikan pengaruh signifikan tanpa didukung dengan 4 sehat diatas dan bila dilanggar jangan salahkan steroid sebagai ilmu pengetahuan yang ada pada akhirnya, bukan memberikan suatu nilai yang positif malahan menciptakan efek negatif yang berbahaya
“Alasanku menggunakan drug’s semata-mata hanya ingin memperbaiki pnampilan”, tambah Maman. Karena dengan menggunakan drug’s hasilnya bisa 3-4 kali lipat lebih cepat dari pada sekedar mengkonsumsi suplemen. Lalu ada pertanyaan demikian “Apakah binaraga yang mengkonsumsi suplemen dapat dikatakan natural?” Toh proses kerjanya hampir mirip. Yakni sama-sama mem-booster protein dalam badan. Misalkan ada seorang binaraga mengkonssumsi drug’s selama setahun, kemudian ia berhenti menggunakan drug’s selama setahun berikutnya karena telah tercapai tujuannya. Apakah binaraga tersebut dapat disebut natural ? PABBSInya Amerika , jika menemukan kasus yang demikian maka binaraga tersebut dapat digolongkan kategori natural.
Biasanya pengaruh drug’s akan hilang dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun. Bukan suatu yang aneh walaupun atlet binaraga Amerika hampir semuana drug’s user tapi mampu memberikan prestasi juara. Mengapa sampai terjadi hal yang sedemikian? Karena di Amerika antara sesama atlet binaraga dan penyelenggara event terjalin suatu koordinasi yang baik. Sehingga para atlet mampu me-manage kapan harus use dan kapan harus stop. Tak usah heran jika di negara Amerika hampir semua juara dunianya merupakan drug’s user, bahkan hampir seluruh yang hadir menyaksikan event tersebut juga pengguna drug’s.
Tak heran jika di Amerika selalu muncul bibit-bibit baru serta juara-juara baru dalam dunia binaraga dan hal itulah yang membuat dunia binaraga di Amerika maju pesat. Yang patut kita contoh disini bahwasanya, atlet-atlet juara di Amerika tidak pernah sungkan memberikan pengetahuan serta tips dan kiat-kiat dalam proses pembentukan badan yang pada akhirnya finih sebagai juara. Sehingga tercipta sportifitas berolahraga yang tinggi, yang juara tidak sombong dan meremehkan yang kalah dan yang kalahpun tetap berusaha keras dengan tips-tips yang diberikan oleh sang juara. Dalam arti lain sesama binaraga terjadi tukar-menukar ilmu dalam meraih prestasi.
Bandingkan dengan dunia binaraga di Indonesia, toh..belum ada yang mampu mengalahkan kaisar ikon binaraga Indonesia. Menurut Mr. K “seorang juara adalah, seorang yang mau memberikan kesempatan kepada yang lain mencicipi singgsana kepopuleran sebagai jura. Jika ad seorang yang masih tetap harus mempertahankan singgasananya, berarti orang tersebut bukanlah juara yang sejati”.Ketika tidak terjadinya transfer ilmu antara binaraga yang satu dengan yang lainnya. Ketika sang juara merasa “jumawa” dan sombong akan kemenangannya dan menganggap remeh musuh-musuh yang dikalahkannya, kemudian musuh-musuh yang dikalahkannya menjadi tidak nyaman dan tersinggung.
Maka memilih jalan pintas sebagai drug’s user aka diambilnya untuk mengalahkan sang juara dan inilah yang justru akan menodai citra dari binaraga di Indonesia karena individunya bukan karena drug’s atau steroid. “Yang terjadi jika antar binaraga berkompetisi secara rahasia, dalam arti tidak ada tukar menukar pengetahuan akan teknik memperbesar serta memperbaiki bentuk tubuh, maka cenderung akan bersikap judgement terhadap yang lain jika tiba-tiba memiliki badan yang lebih baik dari dirinya”, ungkap Mr. K yang kami temui disalah satu kedai kopi ternama dikisaran BLOK M. Sebagai contoh Si A dan Si B berlatih bersamaan, namun tidak ada tukar menukar pengetahuan dalam membentuk tubuh ideal menurut versinya. Dalam kondisi awal badan Si A lebih atletis dari Si B, dan Si A mengakui bahwa itu merupakan hasil yang didapat secara natural dan selalu saja menakut-nakuti Si B untuk tidak menggunakan drug’s.
Singkat cerita beberapa bulan berikutnya Si B memiliki badan yang lebih baik dari Si A, dan Si B pun berperilaku sama seperti Si A yang mengaku bahwa hasil bentuk tubuhnya yang sekarang tercipta dari jalan yang natural. Karena dari awalnya tidak ada keterbukaan akan pengetahuan dan pengalaman atau teknik berlatih dan membesarkan badan atau saling men-transfer ilmu, akhirnya terciptalah budaya aling men-judge dikalangan binaraga. Sehingga jika ada kasus seperti hal diatas, maka Si B akan dituduh sebagai drug’s user oleh Si A atau binaraga lainnya entah itu Si C, D atau E. Inilah salah satu penyebab tidak berkembangnya dunia binaraga di Indonesia, dan penyebab utama pem-blacklist-an drug’s dan drug’s user dikancah dunia binaraga di Indonesia.
Namun yang berbahaya adalah kebohongan publik yang sedang terjadi dalam dunia binaraga di Indonesia. Ikon binaraga di Indonesia seolah tidakmemberikan ilmunya. Kenapa? karena sampai saat ini tidak ada seorang binaragapun yang mampu menyamai kualitas tubuh dari sang ikon. Sang ikon juga melakukan kutukan untk tidak berindak bodoh dengan memilih jalan sebagai drug’s user. Sang ikon berkilah bahwa tubuhnya adalah hasil dari berbagai program latihan yang secara takun dilakukannya, ditambah dengan hanya mengkonsumsi beberapa suplemen yang sekiranya dibutuhkan. Tapi toh sampai saat ini ajaran yang diberikan ikon tidak bisa melahirkan binaraga yang memiliki tubuh yang menyamai atau bahkan melebihi ikon. Artinya ada satu hal yang tidak diberikan ikon kepada atlet binaraga lainnya.
“Salah satu cara yang dapat men-stimuli hormon adalah dengan berlatih, semakin keras latihannya semakin tinggi pula tingkat stimulti hormonnya. Ketika tingkat hormon yang terstimuli semakin tinggi lalu tercampur dengan drug’s atau steroid, maa akhirnya terciptalah bentuk tubuh yang gigantic freak atau layaknya yang dicita-citakan oleh para atlet tersebut. “
Sistem kerja drug’s atau steroid adalah memasukkan suatu zat kedalam tubuh baik secara oral ataupun injeksi yang nantinya akan meningkatkan protein sintesa dalam tbuh kita. Protein sintesa adalah protein yang dimasukan kedalam tubuh yang kemudian tersintesa dalam tubuh dan disebarkan keotot-otot yang memerlukan. Oleh sebab itu steroid digunakan bagi mereka yang menderita luka bakar atau luka karena peperangan.
Dalam luka bakar terjadi kerusakan pada jaringan otot, dan kemampuan alamiah dalam tbuh manusia untuk menghasilkan protein dalam memperbaiki jaringan otot yang rusak hanya sebesar 45 gram per-ml otot yang rusak. Kemampuan tersebut berlaku untuk semua karakteristik manusia secara geografis. Itulah sebabnya Adolf Hitler melanjutkan pembuatan steroid dari Rusia di era perang dunia I melalui tangan-tangan profesornya untuk menyembuhkan tentara-tentara korban luka perang. Jelaslah sudah bahwa steroid adalah science atau ilmu pengetahuan yang berguna untuk kebutuhan masalah hajat hidup orang banyak.
Sekarang kita kaitkan antara drug’s atau steroid dengan dunia binaraga dan mereka yang mengkonsumsinya. Seorang binaraga cenderung menginginkan terciptany badan yang bear berotot dan berbentuk bagus. Salah satu pasokan zat yang mampu men-support terbentuknya badan yang sedemikian adalah dengan memperbanyak asupan protein. Yang kemudian protein tersebut bersintesa dalam tubuh dan disebarkan kepada otot yang membutuhkan, singkat cerita akhirna terciptalah badan yang berotot dan berbentuk. Lalu pertanyaannya, bagaimana cara mempercepat sintesa protein dalam tubuh ? Adalah dengan memperbanyak proses sintesa protein dalam tubuh yang mengakibatkan semakin cepatnya protein yang tersintesa dalam tubuh yang pada akhirnya disebarkan keseluruh otot yang memerlukan.
Akhirnya dengan riset yang kompleks para profesor-profesor tersebut menciptakan drug’s atau steroid untuk membantu proses sintesa protein yang masuk dalam tubuh. Karena pada dasarnya alamiah tubuh kita tidak mampu menghasilkan sintesa protein yang mampu menciptakan badan yang gigantic freak layaknya Arnold Swaznsteger. Dengan mengkonsumsi drug’s atau steroid impian akan cita-cita para binaraga yang ingin memiliki badan yang besar dan berotot menjadi mudah. Karena pada dasarnya latihan hanyalah sekedar menstimuli hormon, bukan memproduksi hormon. Oleh sebab itu yang terbaik dalam menggunakan steroid harus dengan diimbangi latihan yang keras dan asupan nutrisi yang banyak.
Fungsi steroid itu sendiri adalah memperbanyak produksi protein dengan meningkatkan growth hormon dalam tubuh namun apalah artinya terjadi growth hormon dalam tubuh jika tidak ada hal yang menyebabkan terstimulinya hormon. Salah satu cara yang dapat menstimuli hormon adalah dengan berlatih, semakin keras latihannya semakin tinggi pula tingkat stimuli hormonnya. Ketika tingkat hormon yang terstimuli semakin tinggi dan kemudian tercampur dengan drug’s atau steroid, maka akhirnya terciptalah bentuk tubuh yang gigantic freak layaknya yang dicita-citakan oleh para atlet tersebut.
Steroid tidak akan berpengaruh akan terbentknya otot badan kita tanpa diikuti latihan yang keras. Menurut Mr. K, “Saya tidak pernah menganjurkan kepada orang lain untuk memakai drug’s, apalagi bagi mereka yang tidak keras dalam berlatih, tidak mencukupi asupan nutrisi yang dibutuhkan, tidak meghargai kualitas istirahatnya, dan yang paling penting tidak memahami proses kerja drug’s itu sendiri dalam tubuh”. Oleh sebab itu saya (Mr. K) selalu mencari tahu terlebih dahulu kriteria mereka yang datang kepada saya yang minta dibimbing dalam penggunaan drug’s.
Saya akui bahwa sayalah yang membawa budaya drug’s di Indonesia tetapi perlu dicermati saya belum pernah menganjurkan orang lain untuk menjadi drug’s user. Bagi saya “drug’s adalah science atau technology dan science ini digunakan dalam dunia binaraga dinegara-negara maju baik di Eropa atau Amerika dalam meraih bentuk dan kualitas tubuh yang optimal. Science atau technology merupakan alat bantu dalam mempermudah manusia akan kehidupannya sehari-hari. Begitu pula dengan drug’s adalah science, yang tercipta demi kelangsungan eksistensi dari dunia binaraga”. Lalu jika ada pertanyaan, apakah mereka yang drug’s user mencoreng sportifitas dunia binaraga ? Menurut Mr. K, “tidak”. Karena kita harus berjalan di era masing-masing. Adanya drug’s user karena semata-mata merespon akan keadaan.
Keadaan saat ini jika dibandingkan pada keadaan berpuluh-puluh tahun yang lalu tentu berbeda. Yang dirasakan atlet binaraga pada tahun 60an dari teknik latihan serta program pembentukan badan yang gigantic freak tentu berbeda dengan mereka yang hidup diera milenium. Dari tahun-ketahun dunia binaraga pun berevolusi, mereka yang berkecimpung didalamny tidak henti-henti mencari formula untuk menghasilkan gigantic freak yang cepat dan optimal. Baik itu dari segi latihan, mencari kombinasi ramuan-ramuan suplemen dan sampai pada akhirnya terciptalah steroid.
Lalu jika ada pertanyaan kembali, apakah mereka yang juara dengan menggunakan steroid dapat dikatakan sebagai juara
Mr. K menjawab, “iya mereka pantas juara”. Tetapi bukan karena steroid mereka juara melainkan lebih kearah kemampuan mereka memanfaatkan teknologi yang telah tercipta. Kembali saya jelaskan bahwa, steroid adalah 5 semprna dari sehat. Bagi mereka yang mati-matian dalam menjalankan 4 sehat secara optimal lalu menambahnya dengan 5 sempurna dan menjadi juara, maka pantaslah baginya.
Tidak perlu kita sebutkan satu-persatu atlet binaraga Amerika yang menjadi kampiun dan tidak perlu kita diberi tahu bahwa pada dasarnya mereka yang juara adalah drug’s user. Dan kita tidak perlu heran jika silih berganti setiap tahunnya akan muncul bibit-bibit dan juara baru. Mengapa bisa terjadi sedemikian ? Karena disana terjadi keterbukaan wawasan akan drug’s, baik itu secara kadar dosis, pengkombinasian antara drug’s akan asupan nutrisi yang masuk, pendisiplinan diri untuk tidak mengkonsumsi hal-hal yang berefek pada msa cycle seperti tidak mengkonsumsi hal-hal yang berefek pada masa cycle seperti tidk mengkonsumsi minyak dan garam, dan kegunaan dari drug’s itu sendiri.
Lalu kenapa di Indonesia drug’s dan user dimusuhi dan dikucilkan ?
Karena jika science ini dapat diterima dan menjadikan suatu yang lumrah dalam dunia binaraga di Indonesia, maka reputasi dan integritas ikon binaraga Indonesia akan tersaingi dan mungkin terlewati. Mr. K pernah bertemu dengan binaraga asal Australia dan binaraga tersebut berkata “Dunia binaraga di Indoneia telah mundur 200 tahun”. Alasannya sederhana, karena binaraga di Indonesia tidak siap menerima teknologi ilmu pengetahuan ditambah kebohongan publik yang disebarkan ikon-ikon binaraganya.
Sama halnya akan teknologi komunikasi, 10-20 tahun yang lalu jika kita ingn berkomunikasi dengan berbeda akan jarak dan waktu kita terbiasa menggunakan surat-menyurat. Namun masihkah kita temui budaya surat-menyurat diera milenium seperti sekarang? Dengan menjamurnya merk handphone dan operator selular menunjukan bahwa kita telah melewati suatu zaman dan sudah memasuki zaman yang baru dalam berkomunikasi.
Tidak ada hal yang ditutup-tutupi atau kebohongan publik akan perkembangan teknologi komunikasi tersebut. Walaupun pada awalnya banyak yang menyatakan bahwa signal pada gelombang telepon genggam dapat mengganggu kerja otak. Tapi nyatanya, industri ini makin berkembang dan semakin kompetitif. Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Karena manusianya merasakan betul bahwa hidup diera milenium butuh mobilitas tinggi dan kecepatan. Jika kita masih berkutik dengan surat-menyurat atau berkomunikasi dengan menggunakan pesawat telepon yang tidak praktis karena terbatasi akan kabel maka kita akan tergilas dengan budaya milenium yang membutuhkan kecepatan dan mobilitas tinggi.
“Begitu pula dengan drug’s, kenali dulu ilmu pengetahuan ini secara seksama dan benar asal-usul tujuan dan manfaatnya. Jika terbukti berbahaya atau tiada gunanya bagi dunia binaraga maka tinggalkanlah. Tetapi selagi dikonsumsi secara baik dan benar dan tidak berefek negatif yang berbahaya, serta terbukti banyak membantu dalam kegiatan dunia binaraga maka akuilah jangan dipungkiri manfaat akan ilmu pengetahuan tersebut. Karena hasil dari terciptanya ilmu pengetahuan adalah untuk membantu manuia” tambah Mr. K.
Jika hadirnya drug’s membuat para ikon menjadi tidak nyaman dan takut tertandingi atau terkalahkan inilah yang dikatakan tidak sportif. Janganlah menyalahkan drug’s atau drug’s user karena baik drug’s atau drug’s user bukanlah suatu budaya melainkan mrespon akan kondisi saat ini. Yang salah adalah mereka yang merasa takut tersaingi sehingga mengeluarkan pernyataan bahwa drug’s itu haram dan mengucikan para drug’s user , sehingga terkesan drug’s userlah yag salah. Padahal drug’s jika didiamkan diatas meja ataupun disuntikan kedalam tubuh manusia, lalu tidak dibarengi dengan kewajiban-kewajiban lainnya drug’s itupun tidak akan berpengaruh apa-apa. Justru hal sedemikian lah yang akan merusak. Menurut Mr. K dengan wajah yang penuh harapan
“Masalah memilih drug’s user atau natural itu hanya pilihan. Namun jika memang tubuh anda besar karena drug’s, maka akuilah bahwa anda drug’s user. Tapi pada dasarnya normaly tubuh manusia tidak akan mungkin mampu menciptakan badan layaknya ikon binaraga yang gigantic freak tanpa steroid. “ mengatakan bahwa, “rezeki itu sudah ada yang mengatur, jadi jangan pernah takut akan tersaingi bahkan terkalahkan. Kekhawatiran para ikon adalah jika mereka tersaingi atau terkalahkan apa yang akan mereka makan dan dari mana? Jika terbukti bahwasanya ikon telah tersaingi atau terkalahkan akuilah, jangan membenci drug’s user atau drug’s serta berbenah diri untuk berkonsentrasi kehal yang baru, seperti menjadi pelatih, membuka tempat gym berstandarisasi nasional, atau pengamat binaraga. Dengan begitu Tuhanpun akan membukakan pintu rezeki yang baru”. Yang lebih terpenting para ikon harus mampu mentransferkan ilmunya kepada atlet lainnya, sehingga timbullah sosok-sosok baru dalam dunia binaraga Indonesia.
Dengan begitu berkembang pula dunia binaraga itu sendiri di Indonesia. Jika Rudi Hartono dan Leem Swi King tidak mentransferkan ilmunya kepada para juniornya tidak mungkin Indonesia mampu memiliki atlet sekelas Taufik Hidayat atau Sony Dwi Koncoro saat ini. Tindakan Rudi Hartono tersebutlah yang memajukan dunia prestasi bulu tangkis Indonesia. Setidaknya ikon binaraga Indonesia mencontoh yang dilakukan Rudi Hartono, tanpa ada suatu hal ang ditutup-tutupi atau dirahasiakan demi terciptanya persaingan yang sehat dan regenerasi. Toh..Rudi Hartono tidak pernah merasa iri ketika rakyat Indonesia mengelu-elukan Alan Budi Kusuma sebagai ikon baru bulu tangkis. Begitu pula Alan Budi Kusuma tidak ada rasa iri sekecil apapun itu terhadap Taufik Hidayat yang kini menggantikan dirinya sebagai ikon bulu tangkis di Indonesia.
Mengapa bisa terjadi regenerasi prestasi dalam dunia bulu tangkis di Indonesia ? Karena ikonnya mau melepaskan gelanya dan memberikan ilmu berupa pengalaman kepada junior-juniornya. Apakah Rudi Hartono saat ini kesulian mencari makan karena kehilangan kepopulerannya? Apakah Alan Budi Kusuma menjadi gembel dijalanan ketika popularitasnya dirampas Taufik Hidayat?
Jangan hanya ingin menikmati singgasana kepopuleran seorang diri tanpa mau memberikan status tersebut kepada atlet lain. Jika emang terbukti ikon binaraga Indonesia menggunakan drug’s, katakanlah sejujurnya dan berikanlah pula wawsan akan drug’s beserta warning-na atau catatan menggunakan drug’s yang safety dan benar. Bukan berarti ikon tersebut menghimbau untuk berperilaku sebagai drug’s user kepada atlet lain, tetapi itu semua adalah sebagai bentuk keterbukaan akan sesama atlet binaraga.
Ujar Mr. K diakhir perjumpaannya dengan Reps menyimpulkan bahwa, “Bijaksananya adalah kita tidak perlu mengelompok-kelompokan atau saling hujat antara natural dan tidak natural. Apalagi ikut-ikutan menggelar event bertajuk natural atau tidak natural seperti halnya di Amerika dengan diadakannya Mr. Olympia Natural. Selenggarakan saja event sesuai aturannya, adakan tes doping atau tes drugs, dan jika atlet tersebut lulus tes, yah sudah bahwasanya ia natural. Masalah habit atlet trsebut sebelum bertanding tak usah dibahas, karena sudah jelas-jelas atlet tersebut pun bertanding sesuai prosedural”. Masalah memilih drug’s user atau natural itu hanya pilhan. Namun jika memang drug’s user akuilah dan bahwasanya normaly manusia tidak akan mungin mampu menciptakan badan selayaknya ikon binaraga yang gigantic freak tanpa steroid.
Tanggapan Mereka Yang Memilih Jalan Natural
Ronald Riupassa, adalah salah satu mantan atlet binaraga yang dimiliki Indonesia yang mendapatkan bentuk tubuh idealnya dengan jalan kerja keras dan penuh perjuangan. “Ketika kita bisa merasakan betapa nikmatnya sakit dalam berlatih, barulah kita sadari untuk menyayangi tubuh kita”, ujar Ronald ketika mngomentari cara instan dalam pembentukan tubuh. Jika kita sudah mengetahui fungsi akan organ-organ tubuh kita, tentu kita tidak akan memilih jalan singkat yang akan merusak tubuh kita.
Dunia binaraga di Indonesia terbentuk oleh PABSI pada tahun 1940. Yang didalamnya tercakup angkat besi, binaraga itu sendiri, dan angkat berat seluruh Indonesia. Dari sinilah kami sudah melewati berbagai era dari sebuah sistem penilaian kompetisi atau kejuaraan binaraga salah satunya. Seperti penilaian dari tinggi badan, umur dan berbagai macamnya sampai yang sekarang kita resmi terdaftar sebagai anggota IFBB (International Federation of Body Buliding) dan dilingkungan Asia kita terdaftar sebagai anggota dari ABBF (Asian Body Building Federation).
Karena kini sudah ada induk organisasi yang bersifat internasional maka seiring dengan hal tersebut hadir pula peraturan yang bersifat internasional. Yang biasa digunakan pada event IOC (International Organiting Committee) dan AOC (Asosiasion Asian Organiting Committee). Sehingga peraturannya pun kini menjadi baku, global dan sifatnya mengikat bagi seluruh atlet binaraga dipelosok dunia manapun. Sehingga tidak bisa keluar dari hal-hal yang diputuskan oleh IFBB atau ABBF sebagai peraturan resmi dalam event binaraga. Bukan hanya sekedar peraturan saja, penjuriannya pun sudah melalui tahap penataran yang global. Yang nantinya akan berlaku untuk setiap event kejuaraan diseluruh dunia.
Begitu pula di Indonesia, melalui PABSI membuat peraturan dan penjurian yang berlaku untuk disetiap provinsi di Indonesia tanpa terkecuali. Yang tetap mengacu pada peraturan dan penjurian standarisasi internasional. Hal-hal yang sudah menjadi keputusan yang diimplementasikan menjadi sebuah peraturan, tidak dapat ditolak dan wajib dijalankan bagi mereka yang ikut serta dalam kejuaraan. Salah satunya adalah test drug’s atau test dopping.
Jika ada suatu event tanpa disertakan dengan test drug’s, maka pemenang pada kejuaraan tersebut tidak pantas untuk membanggakan dirinya. Karena tidak melewati suatu prosedural yang telah ditetapkan oleh seluruh pihak atau pelaku binaraga seluruh dunia. Memang untuk mengadakan sebuah test drug’s membutuhkan biaya yang tidak murah, namun pada hakekatnya justru disitulah “step” awal dari sportifitas dalam kompetisi binaraga. Bagi mereka yang sudah terbukti menggunakan sudah jelas akan dikenakan sanksi yang tegas. Sanksi tegas bagi yang terbukti sebagai drug’s user, akan membuat jera dan takut bagi yang belum ketahuan atau mereka yang baru ingin coba-coba. Jika kebiasaan tersebut dilakukan, maka akan meminimalisir mereka yang mengkonsumsi drug’s, sehingga diharapkan akan tampil binaraga-binaraga natural Indonesia.
Kesempatan atau keinginan menggunakan drug’s bisa diawali dari tidak adanya pemeriksaan dan hukuman yang tegas dari penyelenggara kejuaraan bagi mereka yang terbukti mengkonsumsi drug’s. “Event yang diselenggarakan PABSI selalu melewati test drug’s dan melakukan sikap sanksi yang tegas bagi mereka yang terbukti menggunakan. Dengan sanksi larangan ikut serta dalam segala event kejuaraan nasional resmi selama 2 tahun bagi mereka yang sangat fatal kesalahannya. Dan jika tertangkap kembali terbukti menggunakan drug’s maka hukumannya akan dikomulatifkan menjadi 4 tahun”, tambah Ronald yang menjadi koordinator binaraga dalam PABSI.
“Jika ada yang mengatakan bahwa drug’s user atau drug’s itu adalah mempermudah kehidupan manusia sehari-hari itu adalah salah besar. “Sebenarnya itu semua adalah ungkapan yang salah. Itu semua adalah peperangan dalam dunia farmasi”, kata Ronald.”
Apa alasan mereka menciptakan steroid atau sejenisnya dan menciptakan pula anti bodi atau penawarnya ?
Dagang jawabnya. Secara teori dan prakteknya benar bahwa steroid mampu membantu para binaraga dalam menghasilkan bentuk tubuh yang optimal dan cepat. Bahkan para profesor-profesor tersebut tidak hanya sekedar menciptakan steroid itu saja, tetapi juga menciptakan sesuatu yang dapat menghilangkan bekas dari penggunaan steroid sehingga para drug’s user selamat dari pengujian drug’s. Sehingga peranglah yang terjadi bagi mereka dalam berebut pangsa pasar.
Produk yang paling banyak digemari dan paling ampuh dalam membentuk tubuh secara optimal dan cepat tentunya akan dicari dan banyak digunaan. Begitu pula pesaing akan penawarnya, yang paling bersih mampu menghilangkan bekas steroid dalam tubuh secara cepat tentunya akan banyak dicari dan digunakan. Dan persaingan farmasi tersebut makin kompetitif ketika para penyelenggara seperti PABBSI menggandeng LADI (Lembaga Anti Doping Indonesia) beserta para profesornya dalam membuat ramuan yang mampu membuka steroid dalam tubuh yang sebelumnya sudah tertutupi dengan penawarnya. Jadi bagi drug’s user yang menganggap dengan menggunakan penaar mampu mengelabuhi hasil test, tampaknya kini harus berfikir dua kali.
Profesor-profesor yang menciptakan steroid adalah mereka-mereka pula yang menciptakan penawarnya. Farmasi yang mengeluarkan steroid adalah farmasi-farmasi yang mengedarkan pula penawarnya. Jika kita ibaratakan hampir mirip dengan anti virus dan virus dalam dunia komputer. Mereka yang menciptakan virus adalah mereka ang menciptakan anti virusnya. Kebanyakan orang memiliki virus dalam komputerya gratis tidak dipungut biaya. Namun karena virus-virus ini bermutasi dan berpotensi merusak jaringan dalam komputer, maka orang tersebut akan segera membeli dan meng-instal anti virusnya.
Jika virus yang bersarang didalam komputer tersebut satu produk dengan anti virusnya, maka virus tersebut dapat dibersihkan dan dihilangkan. Namun tidak jarang pula ketika sudah menggunakan anti virus namun virusnya tetap bersarang dan kebal akan anti virusnya. Dua alternatifnya, yakni meng-update file dari anti virus tersebut atau mengganti dengan merk anti virus lain. Jadi tidak heran jika beragam anti virus berkembang dan beraneka ragam dalam dunia komputer, baik itu produk lokal atau import. Dengan menciptakn virus dan antivirusnya sudah mampu membuat hidup para penciptanya dan mencipakan sebuah industri.
Begitu pula dengan science yang bernama steroid. Dengan menciptakan steroid beserta penawarnya menjadikannya sebuah industri dengan pelanggan tetapnya adalah binaraga. Bahkan profesor-profesor tersebut juga bekerja untuk para penyelenggara kejuaraan untuk menciptakan ramuan yang mampu membongkar steroid dalam tubuh.
Ronald Riupassa menjadi pelatih pertama binaraga KONI dimasa kepemimpinan Pak Erwin,yng sukses mengantarkan atletnya berprestasi dalam PON. Kunci latihan Ronald adalah berlatih keras dan berat. Jika sakit karena berlatih tersebut belum terasa, maka belum berlatih. Kesuksesan Ronald dalam menciptakan juara-juara nasional mengundang reaksi ketua KONI pada saat itu. Harapan KONI melalui PABSI dan Ronald pada saat itu untuk mengakomordir mereka-mereka yang berprofesi sebagai tukang minuman, penodong, preman, tukang parkir ada dijalanan seputar BLOK M dan Senayan untuk diajak masuk menekuninya. Ternyata hal tersebut dilakukan oleh Ronald beserta rekan-rekan PABSI lainnya. Diluar dugaan mereka yang berprofesi hitam tersebut tertarik dan mau bergabung dan menerima pelatihan-pelatihan dalam binaraga.
Pada fase tersebutlah latihan dalam dunia binaraga berkembang. Walaupun dengan segala yang penuh keterbatasan mereka beserta PABSI tidak pernah kehilangan semangat dalam berlatih. Dengan latihan yang keras bahkan terkadang sampai mengeluarkan darah dalam berlatih mereka merasa lebih nyaman dibandingkan mengingat profesi mereka sebelum dirangkul oleh PABSI. “Dengan berlatih binaraga saya paham akan kebutuhan-kebutuhan nutrisi dalam tubuh”, ungkap Syafrizal yang termasuk dari mereka yang berprofesi kelam dimasa lalunya. Dan merekalah yang menjadi juara-juara nasional pada saat itu dan terselip pula satu nama yakni Tigor Tukiman yang sebelumnya hanya sebagai tukang cuci piring.
Mengapa hal tersebut dapat terjadi ? Karena mereka semua mau dididik berlatih keras dan berat. Dalam berlatihpun mereka tidak sekedar melatih beberapa otot tertentu saja, melankan seluruh otot baik dari otot kaki sampai otot leher. Berlatih layaknya untuk menjadi seorang binaraga tidak boleh memfavoritkan pada salah satu bagian tubuh saja. Akhirnya terkenal sebagai ungkapan yang juga dijadikan sebagai moto bagi mereka dalam berlatih pada era tersebut yakni ‘No Pain No Game’. Pemahaman akan “tiada rasa sakit tiada hasil” menjadikan mereka binaraga natural yang sejati. Karena hampir setiap hasil yang mreka dapatkan selalu dengan jerih payah dan tidak ada jalan instan sedikitpun yang mereka pakai.
Atlet-atlet platnas bahkan terkadang harus menitikan airmata dalam berlatih. Bukan karena sedih, tetapi lantaran sakit dan beratnya latihan yang mereka lakukan. Bukan hanya sekedar latihan yang berat, untuk memenuhi asupan nutrisi dalam tubuhpun sangat luar biasa. Untuk menjadi seorang binaragawan yang betul-betul dipersiapkan untuk sebuah pertandingan, paling tidak mereka harus mengkonsumsi sebanyak 8500 kalori per hari. Bisa dibayangkan berapa banyaknya makanan yang harus mereka konsumsi dengan mulutnya dalam sehari.
Karena pada waktu itu belum dikenal akan suplemen, yang setiap butirnya mampu menghasilkan kurang lebih 200 kalori. Mereka membuktikan bahwa dengan berlatih secara keras dan berusaha untuk selalu natural sanggup untuk menghasilkan suatu bentuk tubuh yang maksimal dan berkualitas. “Jika dengan natural saja kami bisa, lalu mengapa kami harus “pakai”?”, ujar Syafrizal salah satu atlet yang berprestasi dibawah asuhan PABSI. Para drug’s user pada intinya mereka tidak percaya diri akan kemampuannya dalam membentuk tubuhnya.
Ingat pemakaian drug’s yang berkelanjutan akan mengakibatkan efek samping yang sangat berbahaya. Seperti impotensi, angguan pada ginjal dan pastinya terhadap diri sipemakai tersebut.
“Kalau memang tidak mampu untuk menjadikan dirinya sebagai seorang binaraga, yah tak perlu memaksakan diri untuk menjadi binaraga. Yang pada akhirnya memilih jalan pintas sebagai drug’s user”, tambah Syafrizal yang kami temui disela-sela waktu istirahatnya dirumah. Ketika seseorang tidak sanggup untuk menjadi binaragawan, maka hendaknya jangan terlalu memaksakan diri yang pada akhirnya menempuh jalan pintas. Apakah ada yang mengharuskan bahwa mereka yang bergelut dengan angkat beban wajib menjadi seorang binaraga? Ketika kita sudah bergelut lama berlatih namun hasinya belum maksimal, maka bersabarlah dan introspeksi diri kita.
Apakah kita sudah benar dalam teknik berlatih? Apakah kita sudah melakukan diet tanpa melakukan cheating apapun? Lalu bagaimana dengan kualitas istirahat kita?. Yang sedemikian tersebut lebih bijak dibandingkan dengan memotong jalan dengan mengkonsumsi drug’s. Mungkin kita bisa mengganti program latihan kita, ketika dengan planning A hasil tak kunjung tercapai, tidak ada salahnya kita membuat planning B, C atau mungkin D, tetapi jangan sampai planning E nya ingin menggunakan steroid.
Pastinya tidak sampai Z, karena jika memang terbukti kita tidak bisa maka berbesar hatilah bahwa ternyata kita memang tidak ditakdirkan untuk menjadi seorang binaraga. Atau kita bisa beralih menjadi pelatih, atau menjadi konsultan diet, atau bisa mengabdikan diri menjadi anggota PABSI yang notabene tetap melakukan kegiatan binaraga. Dengan berpola pikir yang sedemikian menghindarkan kita merusk diri dengan “kepepet” mengkonsumsi drug’s. Salah satu faktor yang menghambat pertmbuhan tubuh yang optimal dalam dunia binaraga adalah gen dari masing-masing individu.
“Saya telah membuktikan bahwa dengan menempuh jalan natural saya bisa berprestasi dan masih menjadi bagian dari mereka yang terbaik”, ungkap Syafrizal yang mendeklarasikan bahwa dengan natural pun kita bisa menjadi binaraga. Namun tetap dalam hati kecilnya Syafrizal juga tidak mengaku bahwa dirinya natural murni. Karena suatu hari ketika ia sakit dan mengharuskan minum obat disitulah terjadi ketidak naturalan dalam dirinya.
Jangan dikira bahwa obat-obat warung tersebut tidak ada isi yang dapat mempengaruhi dalam pembentukan badan. Tetapi mengkonsumsi drug’s untuk menikan otot “no way” bagi Syafrizal. Bahkan Syafrizalpun memberikan tipsnya dalam menaikan massa ototnya yakni, “ dalam keadaan diet saya menaikan berat badan dengan mengkonsumsi makanan bersih dan maninggikan asupan protein, cukupi pula Vit. C nya atau seratnya. Dengan begitu ototpun akan naik dan tidak perlu mengisi dengan drug’s. Bohong jika ada yang mengatakan bahwa menggunakan drug’s tidak membuat candu.
Dengan menyuntikan drug’s, badan akan lebih cepat terbentuk dan ebih menciptakan hasil yang pasti. Kecenderungan orang akan terus menggunakan suatu barang ketika barang tersebut bermanfaat dan memiliki kepastian akan sebuah hasil yang nyata dan cepat. Ketika terjadi timbal balik yang segera atara usaha dan hasil membuat drug’s user semakin mempercayai akan fungsi drug’s, sehingga mereka mengkonsumsinya selama impian mereka yang belum tercapai.
Oleh sebab itu musuh utama dari drug’s user adalah egonya sendiri, terkadang mereka tidak pernah puas akan hasil yang sudah didapatkannya. Pada dasarnya menggunakan drug’s atau natural itu adalah sebuah pilihan dari masing-masing indvidunya, namun tetap bahwasanya drug’s tersebut adalah sesuatu yang dilarang baik dari pihak PABSI ataupu induk binaraga didunia.
Khusus unuk Indonesia efek negatif dari drug’s itu sendiri belum terkuak dan terasa. Karena efek negatif dari menggunakan drug’s butuh jangka waktu yang panjang, makanya tidak heran bagi mereka yang natural selalu berkata, “kita lihat saja nanti masa tua mereka yang menggunakan drug’s”. Tampaknya para pengedar ataupu drug’s user kini harus mewaspadakan diri, lantaran jajaran dalam PABSI akan mencoba menguak dan mencari fakta-fakta lapangan mereka yang mengidap efek negatif dari steroid yang nantinya aka diteruskan kepada pemerintah untuk diberikan sanksi hukuman yang tegas selayaknya penjahat psikotropika. Karena pada intinya semua yang ada akhirnya merusak sepatutnya dilarang.
Menang dengan cara steroid adalah menang yang patut dipertanyakan secara moral dalam diri sang juara tersebut. Apakah ada yang membenarkan kita mencari uang untuk makan sehari-hari dengan mencuri? lalu bersifat apa uang yang bisa kita hasilkan dari mencuri? Pernyataan dari para drug’s user yang mengatakan bahwa, “Buruknya pencitraan dari drug’s disebabkan oleh pelitnya ikon atau seorang juara yang tidak mau mentransferkan ilmunya keatlet lain” dibantah keras oleh Syafrizal. “Aku selalu memberikan pengetahuan berserta teknik dan program latihan yang biasa aku pakai sampai aku bisa seperti sekarang kepada hampir semua atlet yang pernah aku kenal”, ungkap Syafrizal.
Tidak ada suatu hal yang dirahasiakan atau disembunyikan antar sesama atlet, pernyataan mereka yang demikian lebih tepat dikatakan sebagai suatu kecemburuan akan ketidak sanggupan menjadi yang terbaik. Sehingga menciptaka budaya menuduh antar atlet. Kunci keberhasilan dalam dunia binaraga adalah disiplin dan menggantungkan segala-galanya pada latihan. Dalam arti menjadikan latihan suatu hal yang utama dan nilai-nilai utama yang lain yang mampu menciptakan tubuh yang optimal.
“Saya menerapkan untuk selalu mengutamakan latihan sebagai nomor satu. Kemudian barulah ditambah dengan mengkonsumsi suplemen. Namun sekarang ini yang muda-muda khususnya mereka malas, sehingga menerapkan ilmu baru yakni suplemen nomor satu dan latihan nomor selanjutnya. Dan yang baru-baru lebih gila lagi suplemen + drug’s itu diutamakan jauh diatas latihan”,
Ujar Ronald yang kami temui dikantornya. Sehingga jangan heran jika Ronald mampu mengetahui siapa-siapa yang “karbitan” dan yang natural. Karena dengan drug’s kita seolah memiliki tenaga tambahan untuk melakukan latihan, namun sayangnya kekuatan tersebut tidak permanen dan perlu menyuntikan lagi jika ingin melakukan latihan yang serupa atau bahkan lebih keras lagi.
Power yang selama ini digunakan bukanlah yang keluar dari dalam diri pribadi, melainkan power yang disubsidi oleh drug’s. Sehingga mereka sendiri tidak tahu pada kenyataannya kemampuan pribadinya karena sudah terbiasa mendapatkan tenaga gaib dari steroid. Berbeda dengan yang natural, mereka betul-betul menggunakan drug’s. Otot yang dihasilkan dengan drug’s memang lebih besar dibanding dengan yang natural. Tetapi sayangnya itu hanya terlihatnya saja, jika dipegang maka otot yang lebih besar tersebut nyatanya lebih lembek dibanding dengan mereka yang natural.
“Tolong dibedakan antara suplemen dan drug’s”, menurut Ronald. Jika seorang binaraga hanya mengkonsumsi suplemen dan suplemen tersebut pun terbukti resmi tidak mengandung drug’s, maka mereka yang drug’s user tidak bisa mengatakan bahwasanya seluruh binaraga itu tidak natural. Mereka mengatakan sedemikian adalah bentuk pembelaan akan jalan yang mereka pilih. Mereka pikir suplemen dapat disamakan dengan drug’s atau steroid. Padahal itu sesuatu yang sudah jelas bertolak belakang. Justru dengan peredaran yang semakin gencar akan drugs mempengaruhi omset dari para produsen-produsen suplemen khususnya pada gym-gym kecil.
“Semua yang berkaitan dengan steroid, dan testosteron adalah zat-zat yang mampu merangsang pertumbuhan tubuh dengan tidak wajar. Dan hal yang bersifat tidak wajar akan berdampak negatif. Ingat jangan dikira steroid hanya berpengaruh pada sel-sel otot saja, tetapi berpengaruh pula akan fungsi kerja organ tubuh lainnya. Seperti pankreas, ginjal, hati, dan jantungnya, karena organ tersebutlah yang kerjanya mendistribusi keseluruh tubuh setiap zat yang masuk ketubuh”, tambah Ronald. Memang pemakaian obat-obatan tersebut bagus jika masih dalam kontrol yang ketat dan disiplin. Walaupun pada hakikatnya tidak bagus juga, mengapa ? karena setiap pemakaian tersebut ada massa yang disebut recycle , ada yang 3 bulan ataupun 6 bulan.
Ketika mereka menyuntikan atau mengkonsumsi hal yang sedemikian mereka harus menggantinya dengan workout yang keras selama 3 atau 6 bulan secara intens dan kontinuiti untuk meminimalisir pengaruh buruk dari zat asing yang masuk kedalam tubuh. Dalam arti tidak ada waktu untuk libur berlatih, karena pada dasarnya zat yang dimasukan adalah racun. Dan racun tersebut tidak akan berbahaya dan keluar secara otomatis jika diimbangin dengan latihan sampai massa recycle selesai.
Namun pertanyaannya, adakah jaminan bahwa kita dapat berlatih secara kontinuiti selama massa recycle? mereka para drug’s user lupa bahwa sesuatu hal yang didepan belum tentu akan sesuai dengan yang direncanakan. Misalkan tiba-tiba rumahnya kebanjir yang putus akses jalan sehngga tidak memungkinkan latihan secara intens, atau mungkin terserang sakit yang megharuskan bedrest cukup lama sehingga tidak memungkinkan latihan secara intens.
Dalam kondisi sedemikian racun tersebut akan mengendap dalam badan dan tidak bereaksi semestinya jika dibawa berlatih. Jika sudah seperti itu maka tinggal menunggu saja waktu kerusakan pada orang tersebut. Karena zat tersebut akan memakan pada bagian persendian dan akan mengakibatkan pengeroposan. Yang paling mudah terlihat adalah pada bagian tempurung pada lutut, seperti yang telah terjadi pada salah satu ikn binaraga. Namun segera disangkal, bahwasanya keluhan pada lututnya tersebut adalah bekas tragedi kecelakaan motor.
Betul bahwa dengan berlatih secara natural tidak akan mampu mengalahkan para drug’s user. Tapi perlu diingat bahwa kejuaraan yang diakui sebagai suatu prestasi yang bergengsi adalah kejuaraan-kejuaraan yang diselenggarakan oleh IFBB atau ABBF. Karena hanya kejuaraan tersebutlah yang mengadakan prosedural yang ketat dan kompetitif sportif. Dalam kejuaraan tersebut diselenggarakan test drug’s yang sangat ketat.
Bagi para drug’s user akan berikir berkali-kali untuk mengikuti kejuaraan tersebut. Karea jika ditangkap positif menggunakan drug’s sanksinya sangat tegas dan sanggup mematikan karier altet tersebut. Sehingga jelas bahwa keistimewaan mereka yang natural adalah bisa berpartisipasi pada kejuaraan tersebut tanpa harus khawatir tertangkap tangan mengkonsumsi drug’s.
Conclusion
Sekarang terserah bagi anda para pecinta dunia pembentukan otot. Jika anda ingn menggunakan drugs sebagai sebuah harga mati dalam membentuk otot, walaupun anda sudah paham efeknya itu hak anda. Tetapi jika anda lebih menyayangi diri anda, sehingga memutuskan untuk berjalan secara natural pun itu sah-sah saja. Yang penting bagi yang menggunakan jangan menyangkal bahwasanya anda seorang drug’s user, dan yang natural pun tidak perlu memusuhi drug’s user dengan mengangkat permusuhan tersebut sebagai konsumsi publik.
Steroid adalah barang legal yang pada hakikatnya diciptakan untuk pengobatan atau mereka yang sedang dalam masa penyembuhan dan rekondisi badannya. Seperti untuk memulihkan luka bakar, mempercepat pemulihan setelah operasi atau membantu bagi mereka yang sehabis melakukan kerja berat. Kinipun di Indonesia sudah diproduksi oleh beberpa farmasi namun dengan kegunaan sebagai peningkatan kondisi badannya untuk mempercepat pemuihan. Serta perlu diingat itu semua menggunakan resep dari dokter, jika tanpa resep dari doketr berarti tindakan tersebut ilegal.
Lalu pertanyaannya, apakah mereka yang menggunakan drug’s dapat dikatakan bukan seorang binaraga? Jika drug’s user tidak dapat dikatakan sebagai seorang binaraga, lalu apa sebutan yang pantas untuk profesi seorang Jay Culter dan Ronnie Colleman ? Jawabannya, drug’s user adalah seorang binaraga pula. Karena mereka pun melakukan kegiatan-kegiatan binaraga, justru banyak yang mengatakan bahwa drug’s user lebih keras dan lebih dahsyat latihannya dibandingkan dengan ang natural. Mengapa ? Karena drug’s user memiliki kekuatan yang lebih dibandingkan dengan yang natural untuk melakukan latihan. Justru yang membuat menarik dalam dunia binaraga di Amerika adalah menyaksikan badan-badan mereka yang gigantic freak. Sehingga tidak heran drug’s menjadi sesuatu yang wajar dalam perkembangan binaraga di Amerika. Karena hanya dengan mengkonsumsi drug’s gigantic freak tersebut mudah dicapai walaupun pengkonsumsian tersebut dapat mengakibatkan efek samping jangka lama yang berbahaya.
Setidaknya bagi mereka yang menggunakan drug’s diharapkan untuk tidak menyebar luaskan ajaran untuk memakai drug’s. Sekaligus bertenggang rasa kepada mereka yang betu-l-betul berjuang dengan keras secara natural. Jalan sebagai natural atau drug’s user adalah pilihan yang harus dapat dipetanggung jawabkan. Silahkan anda memilih untuk natural tetapi jangan memusuhi serta mengkucilkan bagi mereka yang drug’s user. Lalu sebaliknya bagi drug’s user berusahalah untuk bersaing secara kompetitif dan sportif dengan mereka yang natural. Karena berkembang dikalangan drug’s user banyak pula yang mengaku natural namun tidak menyangkalnya.
Jika di Amerika ada event yang bertajuk Mr. Olympia natural, mungkin Indonesia perlu meniru dengan menyelenggarakan event binaraga yang lebih ekstrim. Yakni menggelar event yang bertajuk natural dan tidak natural. Sehingga memisahkan antara dua kubu yang masing-masing memiliki car pandang yang beda. Mungkin dengan begitu yang natural tidak dianggap munafik oleh ara drug’s user dan begitu pula sebaliknya drug’s user tidak lagi dikucilkan serta dimusuhi oleh mereka yang natural. Jika perandai-andaian tersebut sampai menjadi kenyataan maka setiap taunnya kita memiliki 2 kategori juara nasional, yakni juara binaraga natural dan juara binaraga drug’s user.
Permasalahan mana yang lebih populer dan lebih kompetitif itu semua ada ditangan penyelenggara masing-masing event dan khalayak binaraga itu sendiri. Setidaknya dunia binaraga Indonesia tidak lagi berkutat dengan permasalahan drug’s sehingga bisa memfokuskan diri untuk memikirkan cara agar dunia binaraga Indonesia semakin maju dan mampu menjadi yang diperhitungkan. Minimal dikawasan regional Asia Tenggara, atau pada event yang bertajuk SEA GAMES. (dillah)