Oleh: Dr. Hario Tilarso, spKO FACSM
Asma adalah suatu penyakit seputar saluran pernafasan dengan gejala umum yaitu sesak nafas. Nama lain asma adalah bengek, dan penyakit ini merupakan penyakit yang mempunyai dasar alergi.
Karena alergi, maka terjadilah suatu produksi lendir yang berlebih pada saluran nafas, sehingga nafas menjadi sesak dan penderita mengalami sesak nafas. Penyakit ini dipengaruhi beberapa faktor seperti; keadaan psikis (emosi), stress berlebihan, polusi udara, kelelahan fisik, dan juga disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi.
Bila terjadi serangan asma, seperti sesak nafas, maka penderita akan sulit untuk bernafas, dan apabila penyempitan jalan nafas sudah gawat, terdengar bunyi nafas yang disebut wheezing. Pada keadaan ini, biasanya penderita akan sangat terganggu dan mencari obat untuk mengobati keluhan tersebut. Obat yang dipakai dapat berupa pil, tablet, infus cairan atau suntikan, dan dapat pula berupa inhaler (uap yang dihirup). Semua obat-obatan jenis ini berkhasiat untuk melebarkan saluran nafas, sehingga penderita menjadi tidak sesak nafas lagi.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, salah satu pencetus serangan asma adalah kelelahan pada saat berolahraga. Ini tentu menimbulkan kesukaran pada orang untuk berolahraga, karena takut menjadi sesak. Sebetulnya, selain obat-obatan tadi, salah satu upaya untuk mengurangi gejala adalah dengan berolahraga secara teratur. Seperti diketahui, manfaat olahraga adalah peningkatan kemampuan jantung dan paru-paru, menguatkan otot, mengurangi gula darah, dll. Olahraga dipakai untuk mengobati asma, karena olahraga yang bersifat aerobic dapat menyebabkan terbukanya saluran nafas. Yang sangat dianjurkan yaitu berenang, dan olahraga lainnya seperti berlari, berjalan, dansa, dsb. Karena sifatnya yang aerobic, maka jantung akan menjadi lebih kuat, sehingga pengambilan oksigen juga akan lebih banyak. Hal ini tentunya sangat membantu penderita asma karena mereka menjadi bernafas dengan lebih enak. Selain itu, dengan olahraga yang bersifat aerobic, kemampuan mengembangnya paru-paru juga semakin bertambah.
Disamping latihan seperti yang telah dijabarkan diatas, perlu dilakukan pula latihan khusus untuk menguatkan otot-otot pernafasan. Latihan ini dapat berupa sena asma, dimana gerakannya hampir seperti senam aerobic, tetapi dengan suatu modifikai khusus dengan menambah gerakan-gerakan untuk otot bahu, dada dan perut. Senam seperti ini telah terbukti dapat mengurangi rasa sesak karena penderita merasa lebih baik pada waktu bernafas.
Pada saat melakukan latihan olahraga asma, yang harus diperhatikan adalah intensitas latihan. Intensitas tidak boleh terlalu tinggi, rendah atau sedang saja. Jadi diukur nadi, usahakan denyut nadi berkisar antara 110-120/menit. Pada inensitas ini, penderita tidak akan terlalu lelah, artinya tidak akan ngos-ngosan. Apabila terlalu lelah dan sampai terengah-engah, maka hal ini akan memicu terjadinya serangan asma yang kita sebut sebagai EIA (Exercise Induced Asthma), yaitu serangan asma yang terjadi karena latihan olahraga.
Bila terjadi EIA, pengobatan yang cepat dan efisien yaitu pemberian inhaler. Pada olahraga yang lain, dianjurkan untuk terlalu tinggi intensitasnya, terutama untuk olahraga permainan seperti tennis, bulutangkis, sepak bola, bola basket, dsb. Karena jenis olahraga semacam ini terdapat banyak gerakan explosive (cepat dan penuh power), dimana hal ini tentunya akan menyebabkan denyut jantung meningkat tajam sehingga dapat terjadi EIA.
Untuk olahraga yang bersifat endurance (daya tahan yang lama) seperti lari jarak jauh, balap sepeda jarak jauh, triathlon, dll, jarang terjadi serangan EIA, karena atlet dapat mempertahankan intensitas tidak terlalu tinggi. EIA disini dapat terjadi pada lomba dengan cuaca yang sangat dingin atau yang penuh polusi. Pada olahraga indoor (dalam ruangan) EIA dapat saja terjadi apabila cuaca dingin dan intensitas kegiatan yang sangat tinggi.
Khusus pada olahraga binaraga, EIA jarang sekali terjadi karena intensitas latihan/kegiatan tidak pernah terlalu tinggi. Seorang binaragawan yang denyut nadi istirahatnya normal, pada waktu mengangkat barbell/dumbbell, denyut nadinya hanya akan meningkat sampai kira-kira 90 – 100/menit. Meskipun demikian, para atlet ini diharapkan selalu berlatih mengikuti ketentuan-ketentuan yang ada seperti:
- Selalu melakukan pemanasan dan peregangan.
- Mengangkat beban sesuai program/kemampuan.
- Melakukan pendinginan dan peregangan setelah latihan.
Untuk atlet yang menderita asma, sewaktu latihan harus memperhatikan beberapa hal:
- Selalu membawa inhaler, agar cepat dapat mengatasi EIA.
- Intensitas latihan tidak boleh terlalu berat.
- Periksa selalu suhu udara pada saat latihan. Bila dingin, hati-hati pada saat berlatih, jangan latihan secara berlebihan.
- Lebih baik berlatih pada udara yang panas dan lembab daripada udara yang dingin dan kering.