Seitan adalah makanan sehat alternatif pengganti daging yang sedang populer di kalangan vegan dan vegetarian. Penganut gaya hidup tersebut biasanya kekurangan protein karena tidak mengonsumsi makanan hewani, sehingga makanan ini dapat menjadi salah satu sumber protein yang dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan makronutrien tubuh.
Namun, apakah seitan ini sehat dan memenuhi syarat nutrisi? Berikut Reps ulas untuk Anda.
Apa itu seitan?
Seitan (dibaca say-tan) adalah pengganti daging vegan yang seluruhnya terbuat dari gluten yang terhidrasi, yakni protein utama yang ada di dalam gandum. Makanan ini sering disebut dengan gluten gandum, daging gandum, juga protein gandum.
Cara pembuatannya adalah dengan mencuci adonan tepung gandum dengan air sampai butiran patinya hilang, sehingga menyisakan adonan yang kenyal dan lengket, tetapi tidak larut dalam air. Kemudian adonan tersebut dibekukan dan dipotong-potong sebelum di masak.
Teksturnya yang padat dan mirip daging dapat menjadi pilihan untuk menu makanan yang sehat dan mengenyangkan. Meski rasanya hambar, makanan ini dapat menyerap bumbu dengan baik sehingga lezat saat dimasak.
Kandungan gizi
Seitan hampir seluruhnya terdiri dari gluten gandum, namun ini sangat tinggi protein dan mineral, meski tetap mengandung karbohidrat dan lemak dalam jumlah kecil. Satu porsi seitan (terbuat dari 1 ons gluten gandum) mengandung nutrisi sebagai berikut:
- Kalori: 104 kalori
- Protein: 21 gram
- Selenium: 16% dari RDI
- Besi: 8% dari RDI
- Fosfor: 7% dari RDI
- Kalsium: 4% dari RDI
- Tembaga: 3% dari RDI
Meski terbuat dari gandum, namun karbohidrat yang terkandung di dalamnya sebagian besar hilang saat proses pembuatan, sehingga hanya menyisakan 4 gram karbohdrat. Karena biji-bijian gandum hampir bebas lemak, seitan juga mengandung sangat sedikit lemak. Satu porsi hanya mengandung 0,5 gram lemak.
Namun ingatlah bahwa banyak produk yang dibeli di toko mengandung bahan tambahan untuk meningkatkan rasa dan tekstur produk akhir, sehingga profil nutrisi yang tepat akan bervariasi.
Manfaat
Sumber protein yang baik meski tidak selengkap makanan hewani
Karena terbuat dari gluten, protein utama dalam gandum, makanan ini menjadi sumber protein yang baik untuk vegan dan vegetarian. Namun jumlah protein di dalamnya bervariasi, tergantung pada apakah protein lain ditambahkan selama produksi.
Dalam satu porsi (3 ons) biasanya seitan mengandung antara 15 dan 21 gram protein, yang kira-kira setara dengan protein hewani seperti ayam atau sapi. Namun meski kaya protein, makanan ini tidak mengandung cukup asam amino lisin untuk memenuhi kebutuhan tubuh, sehingga tidak dianggap sebagai protein lengkap. (5)
Baik untuk Anda yang alergi terhadap kedelai
Kedelai dianggap sebagai salah datu dari 8 makanan teratas penyebab alergi menurut Food and Agriculture Organization of the United Nations. Namun kebanyakan pilihan protein vegan terbuat dari kedelai.
Jika Anda merupakan salah satu orang yang alergi kedelai, seitan bisa menjadi alternatif yang baik untuk memenuhi kebutuhan protein tubuh. Karena meskipun seitan dapat dibuat hanya dari gluten gandum dan air, banyak produk seitan yang disiapkan mengandung bahan lain.
Cocok untuk Anda yang sedang diet
Seitan adalah makanan kaya protein, namun rendah kalori sehingga sangat baik dikonsumsi saat diet. Protein yang terkandung di dalam makanan ini dapat menurunkan kadar ghrelin yang bertanggung jawab untuk merangsang rasa lapar, sehingga membuat Anda merasa kenyang lebih lama.
Kekurangan
Tidak dianjurkan bagi Anda yang alergi gluten
Karena terbuat dari tepung gandum, maka makanan ini tidak dianjurkan bagi Anda yang alergi gluten, terutama bagi penderita penyakit celiac dan auto imunserius yang dipicu oleh gluten.
Selain itu, seitan yang dikemas sebelumnya dapat memiliki kadar natrium tambahan yang tinggi. Mereka yang harus memantau jumlah natrium dalam makanan mereka harus membaca label dengan cermat atau membuat seitan sendiri di rumah untuk mengurangi asupan natriumnya.
Tidak baik untuk usus jika dikonsumsi terlalu banyak
Karena terbuat dari gluten murni, ada beberapa kekhawatiran bahwa makanan ini mungkin memberikan efek buruk bagi usus. Dalam usus yang normal, permeabilitas usus diatur dengan ketat, sehingga hanya partikel makanan kecil yang dapat melewati aliran darah.
Tetapi terkadang usus bisa menjadi bocor, yang memungkinkan partikel yang lebih besar masuk ke dalam usus. Kondisi ini dikaitkan dengan risiko sensitivitas makanan, peradangan, dan penyakit autoimun yang lebih tinggi.
Beberapa penelitian tabung telah menemukan bahwa makan gluten dapat meningkatkan permeabilitas usus, bahkan pada orang tanpa penyakit celiac atau sensitivitas gluten. Namun tidak semuanya mereplikasi hasil ini. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut.