Virus corona terus bermutasi hingga memunculkan gejala-gejala baru pada pasien yang terinfeksi, salah satunya silent hypoxia syndrome.
Pandemi COVID-19 yang berlangsung sejak awal tahun 2020 lalu hingga kini masih menghantui masyarakat di beberapa belahan dunia, termasuk di Indonesia. Virus tersebut terus bermutasi hingga memunculkan gejala-gejala baru pada pasien yang terinfeksi, salah satunya silent hypoxia syndrome.
Silent hypoxia atau disebut juga happy hypoxia adalah kondisi dimana kadar oksigen dalam tubuh cukup rendah. Hal ini menyebabkan kadar oksigen dalam darah semakin rendah, walaupun tidak semua kasus sampai pada tingkat berbahaya.
Baca juga: Mengenal anosmia pada COVID-19
Virus yang telah bermutasi dan menginfeksi menurunkan kadar oksigen dalam darah. Akibatnya kinerja beberapa organ tubuh seperti jantung, otak, dan lainnya menurun, hal ini dapat menyebabkan ketidaksadaran hingga kematian.
Meski tanpa gejala seperti rasa sakit dan sesak nafas, kondisi silent hypoxia nyatanya sangat berbahaya karena bisa terjadi secara tiba-tiba dan tanpa bisa terdeteksi. Kondisi ini hanya dapat diketahui jika seseorang mengalami tanda-tanda seperti lemas, berkunang-kunang, atau bahkan pingsan.
Satu-satunya cara mengetahui apakah Anda mengalami silent hypoxia adalah dengan mengukur saturasi oksigen dalam darah dengan menggunakan oksimeter. Alat ini bisa didapatkan di apotek. Namun jika dalam beberapa waktu kondisi tidak membaik, segera minta penanganan medis untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
(Ayu/berbagai sumber)