Oleh: Dr. Renny Ary Soetedjo MD
Apa itu skoliosis?
Semua orang memiliki lengkung tulang punggung yang alami. Lengkung tulang punggung dilihat dari tulang leher berturut-turut ke bawah sampai ke tulang duduk membentuk suatu kurva yang menyerupai garis lurus. Ada sedikit orang yang memiliki kurva tulang belakang dari satu sisi ke sisi yang berlawanan menyerupai huruf c atau s yang posisinya tidak dapat diperbaiki hanya sekedar dengan berdiri lebih tegak. Kondisi ini disebut Skoliosis.
Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi patologik. Skoliosis adalah deformitas tulang belakang yang menggambarkan deviasi tulang belakang ke arah lateral dan rotasional. Skoliosis dapat dibagi atas dua yaitu skoliosis struktural dan non struktural (postural).
Pada skoliosis postural, deformitas bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan diluar tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek, atau kemiringan tulang panggul akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk maka kurva tersebut menghilang.
Pada skoliosis struktural terdapat deformitas yang tidak dapat diperbaiki pada segmen tulang belakang yang terkena. Skoliosis struktural dapat dibagi menjadi tiga kategori utama : kongenital, neuromuskular, dan skoliosis idiopatik.
Apa penyebab skoliosis?
Walaupun penyebab skoliosis idiopatik tidak diketahui, namun ada beberapa perbedaan teori yang menunjukkan penyebabnya seperti :
1. Faktor genetik
Dilaporkan bahwa faktor genetik mempunyai komponen pada perkembangan skoliosis, terjadi peningkatan insiden pada keluarga pasien dengan skoliosis idiopatik dibandingkan dengan pasien yang tidak mempunyai riwayat penyakit skoliosis.
2. Faktor hormonal
Defisiensi hormone melatonin diajukan sebgai penyebab skoliosis. Sekresi melatonin pada malam hari menyebabkan penurunan progresivitas skoliosis dibandingkan dengan pasien tanpa progresivitas. Hormon pertumbuhan juga diduga mempunyai peranan pada perkembangan skoliosis. Kecepatan progresivitas skoliosis pada umumnya dilaporkan pada pasien dengan growth hormone.
3. Perkembangan Spinal dan Teori Biomekanik
Abnormalitas dari mekanisme pertumbuhan spinal juga menunjukkan penyebab dari perkembangan dan progresivitas skoliosis, dimana dihubungkan dengan waktu kecepatan pertumbuhan pada remaja.
4. Abnormalitas Jaringan.
Beberapa teori diajukan sebagai komponen struktural pada komponen tulang belakang (otot, tulang, ligamentum dan atau discus) sebagai penyebab skoliosis. Beberapa teori didasari atas observasi pada kondisi penyakit tertentu seperti syndrome Marfan (gangguan fibrillin), duchenne muscular dystrophy (gangguan otot) dan displasia fibrosa pada tulang.
Siapa saja yang bisa menderita skoliosis?
Angka kejadian skoliosis adalah 2% dari jumlah populasi. Bila ada anggota keluarga yang mengalami skoliosis sebaiknya juga memeriksakan diri ke dokter karena resiko terkena skoliosis meningkat sebanyak 20%. Sekitar 80% skoliosis adalah idiopatik/ tidak diketahui sebabnya, kelainan ini biasa terjadi pada masa remaja dan lebih banyak terjadi pada wanita. Walaupun skoliosis biasa terjadi pada anak-anak dengan penyakit tertentu, tetapi kebanyakan kasus skoliosis terjadi pada anak muda yang sehat atau tanpa kelainan lain.
Pada orang dewasa, skoliosis terjadi karena adanya degenerasi seperti osteoporosis pada tulang belakang. Bila tidak mendapat pengobatan yang baik skoliosis dapat mengakibatkan sakit punggung yang kronis, sakit kepala yang hebat, masalah pencernaan, dan deformitas/cacat yang hebat pada tulang bahu, panggul, rusuk, pinggul dan lengan, juga dapat terjadi kesulitan bernapas. Scoliosis adalah penyakit yang progresif yang terus berkembang menjadi lebih parah. Sehingga perlu dilakukannya pemantauan secara aktif dan agresif
Diagnosis skoliosis?
Diagnosa Skoliosis dibuat berdasarkan :
- Anamnesa dan pemeriksaan fisik yang lengkap
- Pemeriksaan tambahan
a. X-ray standard skoliosis dilakukan dengan berdiri AP, bending kanan, bending kiri. Dilakukan pula evaluasi Risser Sign dan kalau perlu Bone Age.
b. Pada skoliosis sedang dan berat seringkali perlu dilakukan pemeriksaan fungsi paru berupa vital capacity dan total lung capacity
Derajat scoliosis tergantung pada besar sudutnya dan besar rotasinya. Makin berat derajat scoliosis makin besar dampaknya pada sistim pernapasan.
Teknik Pengukuran Scoliosis
Pengukuran sudut kurva dapat dilakukan dengan metode Cobb atau Risser-Ferguson
Pengukuran rotasi vertebra dengan menilai x-raynya dibagi menjadi 4 tingkat
Klasifikasi dari derajat kurva scoliosis
- Skoliosis ringan : kurva kurang dari 20°
- Skoliosis sedang : kurva 20° – 40°/50°. Mulai terjadi perubahan struktural tulang belakang dan tulang rusuk.
- Skoliosis berat : lebih dari 40° /50°. Berkaitan dengan rotasi tulang belakang yang lebih besar, sering disertai nyeri, penyakit sendi degeneratif, dan pada sudut lebih dari 60° – 70° terjadi gangguan fungsi jantung dan pernapasan bahkan menurunnya harapan hidup.
Evaluasi Skoliosis
Prosedur Evaluasi
1. Postural assessment, Evaluasi dilakukan dengan inspeksi anterior, lateral dan posterior penderita. Perhatikan adanya :
- Level bahu asimetris
- Skapula yang prominence di sisi convex
- Protusi hip di satu sisi
- Pelvic obliquity
- Meningkatnya lordotik lumbal
2. Flexibility of the curve, Lakukan evaluasi dengan lateral dan foward bending untuk melihat adanya kelainan struktural. Lihat gambar.
- Lateral bending ke sisi convex untuk melihat apakah kurva scoliosis bisa terkoreksi. Lateral bending yang asimetris menunjukkan adanya kelainan struktural.
- Foward bending untuk melihat adanya rotasi vertebra di sisi convex berupa hump.
3. Evaluation of muscle strength
a. Otot sisi convex lemah
b. Otot perut dan back extensor lemah
c. Jika ada pelvic obliquity maka otot hip juga lemah pada sisi convex ( hip yang lebih rendah ).
Pencegahan?
Skoliosis idiopatik dapat terjadi pada anak-anak tanpa diketahui karena kelainan ini tidak menimbulkan rasa sakit yang mencolok pada awalnya. Oleh karena itu orang tua harus waspada terhadap tanda-tanda berikut: bahu atau pinggul yang tidak sejajar, posisi tubuh yang cenderung miring ke satu sisi. Bila ada tanda-tanda tersebut segera temui dokter anda.
Pengobatan ?
Pengobatan skoliosis harus mempertimbangkan riwayat skoliosis di keluarga, umur anak saat kelainan ini terjadi juga lokasi dan keparahan skoliosisnya. Pada kebanyakan kasus hanya diperlukan obserasi oleh dokter ortopedi. Bila kelainan tetap berlanjut harus dilakukan tindakan (operasi maupun non-operasi) untuk mencegah agar tidak bertambah parah.