Penyebaran virus penyebab penyakit dewasa ini memang perlu diwaspadai. Salah satunya virus asal negara China yang telah menyebar ke kurang-lebih delapan negara termasuk Singapura, Thailand, Amerika Serikat, sampai Arab Saudi, yakni virus corona. Di Indonesia sendiri, tepatnya di Jakarta, satu orang sedang diobservasi karena diduga terjangkit virus tersebut.
Kemenkes telah menetapkan status siaga satu terhadap penyebaran virus tersebut. Pemerintah juga telah mengaktifkan 135 alat pemindai suhu tubuh atau thermo scanner di 135 pintu masuk Indonesia, baik melalui darat, laut, maupun udara untuk mengantisipasi masuknya virus melalui orang yang masuk ke Indonesia. Selain itu 100 rumah sakit rujukan flu burung atau yang diduga terinfeksi virus corona jenis baru (2019-nCoV) telah diaktifkan.
Virus corona dan penyebarannya
Virus corona atau yang biasa disebut 2019-nCoV adalah jenis virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Namun berbeda dengan virus pernafasan lainnya, virus corona memiliki virulensi atau kemampuan yang tinggi untuk menyebabkan penyakit yang fatal.
Jika virus ini sudah masuk ke paru-paru, akan terjadi kerusakan pada fungsi paru-paru (pneumonia) yang menyebabkan infeksi dan peradangan akut. Akibatnya pertukaran oksigen tidak bisa terjadi, sehingga membuat seseorang mengalami kegagalan pernafasan.
Penyebaran virus ini adalah melalui udara yang terhirup lewat hidung dan mulut, sehingga masuk dalam saluran pernafasan, ke tenggorokan, hingga ke paru-paru. Kemudian selama dua minggu virus akan aktif di dalam tubuh. Itulah mengapa periode dua minggu itu perlu diwaspadai.
Gejala infeksi virus corona
Orang yang terinfeksi virus corona akan merasakan gejala yang sama dengan infeksi virus pernafasan lainnya, seperti yang ringannya adalah flu disertai batuk, kemudian demam dan infeksi radang tenggorokan. Jika virus masuk ke saluran nafas, maka akan terjadi bronkitis, dan jika masuk ke saluran nafas bawah akan menyebabkan pneumonia lengkap, serta gejala lainnya seperti diare.
Penanganan dan penyembuhan
Virus corona adalah termasuk virus yang belum ditemukan obatnya. Meski memiliki risiko kematian, angkanya masih lebih rendah dibandingkan dengan orang yang terjangkit dan kemudian sembuh. Terbukti virus ini masih bisa disembuhkan dengan proses pengobatan dan terapi pendukung untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Kematian orang yang terjangkit virus ini juga tidak semata-mata karena virus ini saja. Tetapi juga beberapa penyebab lainnya seperti faktor usia.
Prosedur pengobatan bagi orang yang terjangkit virus ini adalah dengan menempatkannya ke ruang isolasi untuk mencegah penularan. Jika masih menunjukkan gejala awal seperti demam, batuk, dan flu, pasien akan diberikan obat beserta makanan pendukung untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Namun apabila pasien sudah mengalami pneumonia dan biasanya mengalami demam yang tinggi, pasien akan diinfus dan mendapat pengobatan sesuai dengan derajatnya.
Jika pasien sudah tidak menunjukkan gejala dan hasil pemeriksaan sudah kembali sehat, pasien bisa dipulangkan dan tidak perlu khawatir akan tertular kembali, karena tubuh telah membentuk antibodi secara alami.
(Ayu/berbagai sumber)