Glaukoma merupakan penyakit saraf mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan bola mata, gambaran khas kerusakan saraf mata disertai luas gangguan luas penglihatan. Peningkatan tekanan bola mata terjadi karena ketidakseimbangan produksi cairan bola mata dengan jumlah yang dikeluarkan dari bola mata melalui anyaman trabekulum bagian depan bola mata.
“Glaukoma itu pencuri penglihatan karena sering tidak dirasakan gejalanya, hingga kini belum ada pengobatan yang bisa mengembalikan fungsi saraf. Secara umum penyebab utama Glaukoma adalah meningkatnya tekanan bola mata di atas 21mmHg” terang Ketua Glaukoma Service Jakarta Eye Center (JEC), DR. Dr. Ikke Sumantri, SpM(K), Jakarta, (22/2)
DR. dr. Ikke Sumantri, SpM(K) juga mengatakan bahwa penyakit Glaukoma sering kali tidak disadari oleh pasien, karena kerusakannya yang sedikit demi sedikit. “Oleh karena itu perlu pemeriksaan mata jika telah berusia 40 tahun ke atas” imbuhnya
Glaukoma sendiri memiliki beberapa jenis diantaranya Glaukoma sudut-terbuka primer, Glaukoma sudut-tertutup akut, Glaukoma sekunder dan Glaukoma kongenital. Sebagian kasus Glaukoma tidak memiliki gejala, hingga terjadi Glaukoma lanjut. Gejala-gejala yang dirasakan pertama kali pada Glaukoma akut antara lain bila memandang sumber cahaya akan menimbulkan warna pelangi di sekitar cahaya.
“Mata terasa sakit disertai sakit kepala hingga mual, penglihatan buram mendadak dan berkurangnya luas lapang penglihatan” terang DR. dr. Ikke Sumantri, SpM(K).
DR. dr. Ikke Sumantri, SpM(K) mengatakan bahwa di Indonesia, deteksi dini Glaukoma masih rendah. Di samping itu, peralatan untuk deteksi Glaukoma belum tersebar luas di seluruh Indonesia.
“Sejauh ini, pengobatan Glaukoma hanya untuk memperlambat kerusakan saraf akibat tekanan, tidak bisa mengembalikan penglihatan seperti operasi katarak” terangnya sembari menutup perbincangan.