Di dalam suatu kegiatan olahraga, maka tubuh dibebani oleh suatu beban fisik yang bentuknya bermacam-macam sesuai dengan olahraga tersebut. Misalnya saja dalam berlari, beban fisik adalah kecepatan berlari tersebut. Makin cepat berlari, maka makin berat beban tarikan berlari tersebut. Atau contoh lain pada waktu berenang misalnya, maka beban yang dialami adalah gerakan renang tersebut. Maka makin cepat berenang, makin berat pula beban latihan.
Pada saat dibebani itulah, maka tubuh beradaptasi secara fisiologis terhadap beban yang ada. Untuk menggerakan otot tubuh memerlukan oxygen dalam jumlah yang lebih banyak. Sehingga dalam memenuhi kebutuhan O2 pada Jantung, maka sirkulasi darah akan menjadi lebih aktif :
- Akibatnya denyut jantung menjadi meningkat, karena berfungsi untuk memompa darah lebih banyak.
- Tekanan darah pun menjadi meningkat karena pompa jantung menjadi lebih kuat.
- Darah akan menjadi banyak ke otot-otot agar dapat berkontraksi lebih kuat
- Darah akan banyak mengalir ke kulit, agar dapat mengeluarkan keringat.
- Suhu tubuh meningkat, karena metabolisme menjadi lebih aktif.
- Produksi asam laktat (asam susu) akan meningkat, sesuai dengan intensitas latihan. Makin tinggi intensitas latihan, maka makin tinggi pula konsentrasi asam laktat.
Pada suatu kegiatan yang bersifat cepat dan maksimal, seperti lari sprint 100M dan 200M, maka energi yang dipakai untuk kegiatan tersebut adalah system ATP-PC atau Adenosine Triphosphate Phosphocreatine yang berlangsung hanya beberapa detik saja. Pada proses ini tidak timbul peningkatan kadar asam laktat darah.
Pada suatu aktivitas aerobic, terutama yang berlangsung lama, misalnya lari marathon atau balap sepeda jarak jauh, energi yang dipakai adalah dari system aerobic atau memakai oxygen dalam jumlah banyak. Pada kegiatan ini, selama O2 cukup tersedia dan intensitas latihan tidak tinggi, maka tidak akan berbentuk asam laktat sebagai produk sampah metabolisme.
Tetapi apabila aktivitas olahraga yang dilakukan intensitasnya sangat tinggi dan dalam jangka waktu relatif lama, maka energi yang dipakai tubuh adalah system anaerobic glikolisis, yaitu suatu proses yang memakai oxygen dan berbaur dengan system energi cepat. Lama aktivitas ini biasanya sekitar 3-5 menit, misalnya lari 1500M, lari 3000M, balap sepeda 400M, dll.
Aktivitas yang berat dan lama ini akan menyebabkan terbentuknya sisa (ampas) metabolisme berupa asam laktat dan kadar asam laktat yang melebihi 4 milimol/liter yang biasanya akan menyebabkan suatu kelelahan yang sangat. Pada saat ini, darah akan menjadi lebih asam. Begitu pula suasana keasaman didalam tubuh akan meningkat. Urine juga menjadi lebih asam pH-nya dan ini merupakan suatu petunjuk bahwa tubuh memang mengalami kelelahan. Keadaan ini disebut sebagai “ASIDOSIS” yang mana atom tubuh menjadi lebih asam.
Bila secara klinis hal ini terlihat pada atlet bahwa ia mengalami asidosis, maka tanda-tanda umum akan sebagai berikut :
- Denyut nadi yang sangat cepat
- Frekuensi nafas yang sangat cepat
- Ter engah-engah
- Banyak mengeluarkan keringat
- Kontraksi otot mulai terganggu
Pada keadaan asidosis ini , maka tubuh sudah masuk kedalam suatu fase lelah yang akan berakibat tentunya ke segi kinerja, yaitu ;
- Konsentrasi berkurang, karena pasokan O2 ke otot berkurang
- Pengambilan keputusan menjadi lambat
- Reflek-reflek menurun, sehingga kecepatan gerak akan menurun pula.
- Pada olahraga dengan kecepatan (speed sprint) seperti balap sepeda, lari, renang, maka kecepatan akan melambat.
Bila hal ini terjadi, maka tidak ada pilihan selain dari memperlambat atau menurunkan intensitas/kecepatan, sehingga tubuh mempunyai waktu untuk pemulihan kembali. Namun pada prakteknya, pemulihan ini tidaklah mudah karena membutuhkan waktu yang relative lama untuk menurunkan keasaman darah tersebut.
Yang paling dapat dilakukan adalah mempersiapkan diri dengan baik sehingga kemungkinan terjadi asidosis tidak terlalu cepat, adapun caranya dengan melakukan :
- Latihan dengan periodisasi yang tepat dan waktu yang cukup. Artinya fase persiapan fisik pra kompetisi sampai kepada kompetisi harus dijalankan sesuai jadwal, jangan terlalu cepat pentahapannya (step by step).
- Melakukan latihan untuk membiasakan tubuh beradaptasi dengan keadaan asam laktat yang tinggi. Latihan ini disebut juga sebagai latihan laktat toleransi, caranya adalah dengan melakukan latihan dengan intensitas tinggi dan kadar asam laktat diukur. Akan tetapi latihan ini sangat melelahkan dan perlu pemulihan yang betul-betul baik.
Cara lain untuk mengatasi asidosis adalah dengan mengkonsumsi zat-zat yang dapat menetralkan asam tersebut. Zat yang paling popular yang biasa di gunakan oleh seorang atlit adalah Na-bicarbonat atau disebut bicarbonat saja, yang biasa di makan sebelum melakukan suatu kegiatan fisik.
Cara kerjanya bicarbonat sebagai basa akan dengan mudah menetralkan asam, sehingga keseimbangan asam basa akan normal kembali dan sang atlet dapat berprestasi lebih baik. Zat Na-HCO3 ini juga tidak termasuk dalam doping, sehingga aman untuk dikomsumsi oleh seorang atlit.
Makanan lain tidak banyak dapat mengurangi asidosis ini, karena pada dasarnya intensitas kerja yang tinggi dan terbatasnya ketersediaan O2 merupakan suatu faktor yang sangat penting untuk meningkatkan kadar asam laktat. (HT/DA)