Cheating day adalah hari dimana Anda yang biasanya makan makanan sehat dengan kalori terbatas, dapat makan sepuasnya tanpa harus membatasi apa yang Anda makan. Biasanya ini dilakukan di akhir pekan untuk membantu menghilangkan efek samping dari kekurangan kalori.
Namun nyatanya, cara ini bukan solusi efektif untuk menjaga diet Anda tetap seimbang. Berikut alasan mengapa cheating day tidak diperlukan saat diet.
Dari mana asal cheating day?
Di dalam tubuh manusia, ada 2 hormon yang saling bekerja sama untuk mewujudkan harmonisnya nafsu makan manusia, yakni leptin dan ghrelin. Leptin bekerja dengan membuat Anda merasa kenyang setelah makan, sementara ghrelin membuat Anda merasa lapar saat Anda belum makan.
Saat Anda diet dengan defisit kalori, tubuh secara alami akan merespon dengan mengurangi jumlah leptin. Akibatnya hormon ghrelin menjadi tidak seimbang dan membuat Anda lebih sering merasa lapar. Itulah yang membuat para ahli mencetuskan hari istirahat diet ini, untuk mengembalikan keseimbangan produksi leptin. Namun ternyata cara tersebut tidak efektif.
Mengapa cheating day tidak diperlukan?
Cheating day mendorong konsumsi terlalu banyak makanan, khususnya cheat meal
Meski Anda menyangkal, nyatanya saat cheating day mengonsumsi satu jenis cheat meal saja tidak cukup. Karena setelah 6 hari penuh makan makanan yang hambar dan minim rasa, lalu kemudian dihadapkan pada makanan tinggi kalori dengan cita rasa yang sangat lezat, tentu Anda tidak sanggup untuk menolaknya. Dengan kata lain, cheating day memicu Anda untuk makan berlebihan hingga mengalami lonjakan kalori.
Membuat label “makanan baik” dan “makanan buruk”
Saat Anda melakukan cheating day, secara otomatis Anda akan mulai mengkategorikan makanan sebagai makanan yang baik dan yang buruk. Namun ternyata menciptakan kategori semacam ini tidak sehat bagi diet Anda.
Memang, mengetahui mana makanan yang baik dan buru dapat membantu Anda memilih asupan tubuh yang lebuh baik, namun cara tersebut tidaklah tepat. Lebih baik Anda mencari tahu jumlah kalori yang ada pada makanan tersebut, sehingga saat mengonsumsinya, Anda tidak perlu khawatir akan kelebihan atau kekurangan kalori.
Cheat meal tidak terbukti meningkatkan leptin
Beberapa orang berpikir bahwa cheat meal dapat membantu memulihkan kadar leptin, mengurangi rasa lapar, dan meningkatkan laju metabolisme. Nyatanya hal tersebut hanya alasan untuk mencari celah untuk makan enak di sela diet mereka.
Makanan yang Anda konsumsi saat cheating day biasanya mengandung banyak lemak tidak sehat yang tidak memiliki pengaruh pada kadar leptin. Sebuah studi menunjukkan bahwa karbohidrat tidak hanya dapat meningkatkan kadar leptin, tetapi jika dikonsumsi berlebihan juga dapat meningkatkan pengeluaran energi selama 24 jam, namun tidak dengan konsumsi lemak.
Bagaimana solusi untuk menyeimbangkan kadar leptin tubuh?
Dibandingkan dengan cheating day, refeed day nampaknya bisa jadi solusi yang lebih bijak untuk menyeimbangkan hormon lapar saat diet. Refeed day adalah hari dimana Anda dapat mengonsumsi lebih banyak kalori sepanjang hari, namun ada target kalori yang perlu Anda patuhi, sehingga Anda tidak asal makan makanan enak saja.
Refeed day bisa membantu Anda menyeimbangkan produksi leptin sekaligus mencegah Anda kelebihan kalori pada saat yang sama.
(Ayu/Berbagai sumber)