
Autofagi adalah cara tubuh membersihkan sel yang rusak untuk meregenerasi sel-sel baru yang lebih sehat. Berasal dari kata “auto” yang berarti sendiri, dan “phagy” yang berarti makan. Jadi arti secara literalnya adalah “makan sendiri” atau “memakan diri sendiri”.
Meskipun terdengar cukup ngeri, ternyata proses regenerasi sel dengan memakan sel yang sudah mati ini bermanfaat bagi kesehatan secara keseluruhan. Berikut Reps ulas selengkapnya untuk Anda.
Manfaat
Manfaat utama autofagi yang paling utama adalah anti-penuaan, dimana tubuh menciptakan sel-sel baru yang lebih muda dan bekerja lebih baik dibandingkan sel yang sebelumnya.
Ketika sel-sel dalam tubuh mengalami stres, autofagi meningkat untuk melindungi tubuh dan membantu mengatasinya dengan mendaur ulang sel yang mati. Dan salah satu yang memicu kondisi tersebut adalah saat tubuh merasa lapar (puasa).
Saat kelaparan, proses regenerasi sel ini membuat tubuh terus berkerja dengan memecah bahan seluler dan menggunakannya kembali untuk proses yang diperlukan.
Beberapa manfaatnya meliputi:
- Menghilangkan protein beracun dari sel-sel yang berkaitan dengan penyakit neurodegeneratif, seperti Parkinson dan Alzheimer.
- Mendaur ulang sisa protein.
- Menyediakan energi dan blok bangunan untuk sel yang masih memiliki manfaat dari perbaikan.
- Mendorong regenerasi sel-sel yang sehat dalam skala yang lebih besar.
- Autofagi juga berperan dalam mencegah dan mengobati penyakit kanker.
Namun sayangnya, seiring bertambahnya usia, autofagi akan semakin menurun.
Diet yang bisa memicu autofagi
Ingatlah bahwa autofagi dapat dipicu oleh kondisi kelaparan. Untuk itu diet yang cocok untuk menciptakannya adalah puasa intermiten dan diet ketogenik.
Puasa intermiten dengan durasi puasa 16 jam dapat memicu rasa lapar. Ini efektif untuk memicu terjadinya autofagi. Sementara diet ketosis membawa manfaat yang sama seperti puasa meski tanpa puasa.
Dalam diet keto, Anda mengonsumsi sekitar 75 persen kalori harian Anda dari lemak, dan 5 hingga 10 persen kalori Anda dari karbohidrat. Pergeseran kalori ini menyebabkan tubuh Anda mengubah jalur metabolismenya sehingga menggunakan lemak sebagai bahan bakar, bukan glukosa.
Menanggapi perubahan ini, tubuh akan mulai memproduksi zat keton yang memiliki banyak efek perlindungan. Bahkan ketosis juga dapat menciptakan autofagi yang diinduksi dari kelaparan dan stres akibat perubahan metabolisme ini.
Selain diet ketosis dan puasa intermiten, olahraga juga mampu menciptakan kondisi ini. Diketahui latihan fisik dapat memicu kondisi ini pada organ yang merupakan bagian dari proses regulasi metabolisme, seperti otot, hati, pankreas, dan jaringan adiposa.




