Diseluruh penjuru dunia Obesitas menjadi momok yang sangat menakutkan, terlebih bagi kalangan wanita. Ya, tampil lebih menarik dan jadi idaman lawan jenis. Salah satu syaratnya yaitu tadi. Langsing!
Sudah sejak jaman dahulu kala orang berusaha menurunkan berat badan dengan berbagai cara, bahkan pada zaman romawi orang-orang yang takut gemuk melakukan cara yang sangat ekstrem untuk menjaga perkembangan lemak ditubuh mereka, mereka mamuntahkan kembali makanan yang telah mereka telan. Bahkan sampai sekarangpun masih ada orang yang melakukan hal seperti itu. Sekarang gangguan pola makan seperti ini disebut bulimia. Bahaya yang timbul akibat kebiasaan buruk inipun tidak tanggung-tanggung, seperti luka pada dinding perut, radang usus buntu, denyut jantung yang tidak teratur, kerusakan pada ginjal, dan terhentinya menstruasi. Mereka berani menanggung resiko tersebut untuk tujuan yang sama, yaitu membentuk tubuh ideal dan sexy.
Obesitas bukan hanya memperburuk penampilan, lemak yang menempel disana-sini selain membuat kita harus merogoh kantong untuk membeli celana baru karena celana yang dulu sudah tidak muat lagi, tentunya tidak bagus untuk kesehatan. Daftar resiko terkena penyakit-penyakit beratpun semakin panjang, yang paling ditakuti adalah penyakit jantung. Penyakit jantung sendiri saat ini masih menjadi pembunuh nomor satu di dunia. Salah satu penyebab penyakit jantung adalah tersumbatnya arteri karena lemak yang semakin menumpuk disekitar jantung. Tapi bukan berarti dengan Anda kurus Anda tidak bisa terkena serangan penyakit jantung. Pola makan yang buruk seperti makan makanan fast food, kurang olahraga, serta merokok juga menjadi faktor yang menyebabkan kita lebih beresiko terserang penyakit jantung.
Amerika dengan ilmu kedokterannya yang sudah sangat majupun lebih dari lima puluh persen penduduknya memiliki berat badan diatas normal. Publik Amerika yang terbiasa makan jenis makanan cepat saji dan berlemak tinggi, membuat mereka lebih mudah mengalami kegemukan dan tentunya penyakit jantung. Seperti yang telah disebutkan di awal artikel, obesitas menjadi masalah yang serius ketika dia mulai mengganggu fungsi kerja organ tubuh yang lain seperti jantung dan paru-paru.
Jika para wanita mati-matian dengan berbagai cara menurunkan berat badan agar penampilannya lebih menarik, lain lagi dengan pria. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa kegemukan pasti terjadi dikalangan pria. Dalam penelitian yang melibatkan ribuan orang yang bersedia dijadikan sample tersebut, disimpulkan bahwa kegemukan pada pria mulai terjadi ketika mereka menginjak usia 30 tahun, dan mengalami puncaknya pada usia 45-49 tahun. Akan tetapi ketika mereka menginjak usia 50 tahun keatas, terjadi penurunan berat badan dikarenakan adanya pengerutan otot. Dan yang paling menakutkan adalah dalam semua kasus kegemukan tersebut, lingkar pingganglah yang menjadi target utama kegemukan. Bagi pria setengah baya hal tersebut sangatlah alami dan sulit sitangkal, bahkan bagi mereka yang rutin berolahraga.
Dari jaman dahulu kala sampai sekarang, olahraga merupakan satu-satunya cara terbaik untuk menghindari menempelnya lemak pada tubuh kita. Karena dengan melakukan olahraga secara teratur, lemak yang masuk ketubuh melalui makanan yang kita konsumsi mengalami pembakaran yang optimal. Namun sekarang ini sudah banyak sekali cara untuk menurunkan berat badan diantaranya adalah diet, dan diet pun ada bermacam-macam cara mulai dari cara tradisional sampai cara modern. Mungkin Anda sering mendapatkan saran dari orang tua atau orang disekitar kita, “Kalau mau nggak gemuk, kalo malam jangan makan kudapan” atau “Jangan terlalu banyak makan daging nanti gemuk”. Itu metode tradisional, bahkan cara tersebut kadang bertentangan dengan diet-diet modern.
Kalau kita bercermin kepada para binaragawan, mereka setiap harinya makan daging dan dalam sehari mereka bisa makan empat sampai lima kali, tapi kenapa mereka nggak gemuk? Ya porsi olahraga yang mereka lakukan seimbang dengan makanan yang masuk ketubuh mereka, dan jenis pemilihan bahan makanan serta pengolahannya juga menjadi hal yang wajib di perhatikan. Jadi ya lagi-lagi olahraga menjadi cara terbaik untuk mengontrol lemak ditubuh kita.
Namun apa jadinya kita sudah berolahraga secara maksimal, namun masih saja ada lemak yang membandel menempel di tubuh kita? Ada beberapa solusi yang bisa kita jalani untuk menghilangkan lemak tersebut. Tentunya menjalani diet ketat dan olahraga secara maksimal menjadi option pertama untuk menghilangkan lemak tersebut. Ada juga cara lain seperti Acupuncture, atau megkonsumsi fat burner agar pembakaran lemak lebih optimal lagi. Namun sekarang ini ada cara yang lebih instant dan relatif lebih aman lagi, Liposuction atau yang biasa kita kenal dengan sedot lemak.
Sedot lemak, sangat tidak asing rasanya istilah tersebut dan pastinya Anda pernah mendengar teman, sanak saudara atau artis melakukan metode tersebut. Jika Anda membayangkan sedot lemak adalah seperti orang yang menghisap minuman jelly yang banyak beredar dipasaran, hal tersebut tidaklah terlalu keliru. Secara umum memag seperti itulah metode tersebut, dan diedisi kali ini Reps akan membahasnya secara lengkap.
Sejarah sedot lemak
Seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran dan teknologi yang begitu pesat pada awal abad 20 sejumlah dokter mulai mengembangkan tindakan bedah untuk membuang lemak yang berlebih dari tubuh.
Tahun 1921, dr. Charles Dujarrier yang berasal dari Perancis mencoba mengeluarkan lemak dari betis seseorang balerina hanya dengan menggunakan teknik curette saja. Akibatnya sang ballerina terinfeksi hingga kakinya harus diamputasi dan akhirnya meninggal dunia. Meskipun hasilnya sangat buruk, namun akibat kejadian tersebut mata dunia kedokteran mulai terbuka untuk mempelajari cara sedot lemak yang aman.
Tahun 1958, dr. Ivo Pittanguy di Rio de Janeiro mencoba mengikuti dr. Charles Dujarrier, namum belum memberikan hasil yang maksimal. Karena dari operasi tersebut meninggalkan bekas irisan yang cukup menonjol.
Barulah pada tahun 1974, di Roma, Italia seorang dokter THT bersama anaknya, dr. Arpad Fischer dan dr. Giorgio Fischer memperkenalkan bedah Liposuction dengan hasil yang cukup memuaskan. Teknik baru yang diperkenalkan adalah teknik penyedotan lemak dari bawah kulit dengan irisan kecil. Hal ini dapat dilakukan setelah mereka berhasil memodifikasi kanula yang biasa digunakan untuk orang yang ingin mengugurkan kandungan menjadi tumpul agar mengurangi pendarahan yang terjadi. Namun sampai saat itu mereka masih menggunakan bius umum dalam melakukan Liposuction.
Di tahun 1978, dr. Yves Gerard Illous dan dr. Pierre Fournier berhasil mempopulerkan teknik Liposuction di Prancis, setelah mereka berhasil melakukan simplifikasi peralatan dan teknik yang di pergunakan. Meskipun masih menggunakan bius umum, namun saat itu mereka sudah mulai memasukkan sejumlah cairan Wetting agar memudahkan dalam penyedotan lemak.
Di Amerika bedah sedot lemak mulai diperkenalkan pada tahun 1982, dan dalam waktu singkat menjadi sangat populer dan menjadi tindakan bedah kosmetik yang paling sering dilakukan. Hal tersebut dikarenakan hampir lima puluh persen penduduk di Amerika saat itu mengalami kelebihan berat badan.
Perkembangan bedah lemak mengalami kemajuan yang sangat berarti ketika dr. Jeffrey Klein dan dr. Pattrick Lilis mengembangkan teknik Liposuction agar bisa dilakukan dengan bius lokal. Pada tahun 1987 mereka berdua berhasil menemukan cairan Klein dan Lilis yang digunakan untuk melakukan teknik Tumescent yang mereka kembangkan, dan mulai saat itu Liposuction menjadi tindakan bedah yang sangat aman.
Di Indonesia tindakan bedah sedot lemak sebenarnya sudah mulai dikenal sejak tahun 1980-an, namun saat itu Liposuction masih sering menimbulkan komplikasi. Seiring berkembangnya teknik yang digunakan, bedah sedot lemak di Indonesia pun turut manjadi tindakan bedah kosmetik yang paling aman. Untuk wilayah Indonesia ada nama dr. Edwin Djuanda yang tercatat sebagai dokter pertama dari Indonesia yang belajar ilmu sedot lemak secara benar. Kini di Indonesia selain dr. Edwin Djuanda terdapat sekitar duapuluh dokter yang masih aktif melakukan bedah sedot lemak. Untuk lebih mengetahui lebih dalam mengenai seluk beluk sedot lemak Reps menemui dr. Lis Surachmiati yang tak lain “murid” dari dr. Edwin Djuanda.
Apa itu sedot lemak?
Seperti yang telah disinggung diawal artikel, sedot lemak bisa dibilang sama seperti orang minum minuman jelly yang banya dijual dipasaran. Secara harfiah Liposuction atau sedot lemak berarti menyedot keluar jaringa lemak dengan menggunakan kanula penyedot (suction tube) yang dimasukkan melalui sayatan kecil pada kulit. Dalam proses pengerjaannya biasanya dokter membuat beberapa lubang kecil yang kemudian dimasukkan cairan untuk melarutkan lemak, barulah kemudian dilakukan proses pengeluaran lemak dengan memasukkan kanula yang telah terhubung ke alat penyedot.
Namun yang perlu di ingat dan mengerti bahwa sedot lemak bukanlah suatu cara untuk mengurangi berat badan, melainkan sedot lemak merupakan body contouring atau pembentukan tubuh. Jadi tujuan pembuangan lemak di beberapa bagian tubuh bertujuan agar membentuk tubuh jadi lebih baik. Gaya hidup sehat dan olahraga teratur tetap menjadi cara paling aman dan ampuh untuk menurunkan berat badan, sedot lemak hanya membantu mengurangi lemak yang bandel meskipun kita sudah berolahraga dan diet ketat.
Tapi apakah bisa orang dengan berat badan berlebih melakukan sedot lemak? “Bisa saja mereka yang memiliki berat badan berlebih melakukan Liposuction, namun kita harus melakukannya secara bertahap. Karena tindakan Liposuction memiliki batasan jumlah lemak yang bisa dikeluarkan dalam satu kali tindakan”. Papar dr. Lis Surachmiati. Seperti yang telah diterangkan di bagian awal artikel, Liposuction mulai menjadi tindakan bedah kosmetik paling aman sejak menggunakan teknik bius lokal.
Dalam prakteknya Liposuction menggunakan cairan lidokain untuk melakukan bius lokal tersebut. Cairan lidokain itu sendiri memiliki batasan 55mg/kg berat badan. Jadi jika seseorang dengan berat badan 50 kg, maka dia hanya mampu menerima 2500 mg dalam satu kali tindakan. Jika lebih maka pasien akan mengalami keracunan. Namun sekarang ini seiring berkembangnya teknologi dan teknik yang digunakan, jumlah kadar lemak yang bisa dikeluarkan semakin banyak. Jika dulu dalam satu kali tindakan hanya bisa mengeluarkan lemaksebanyak 2000 cc, sekarang ini lemak yang bisa dikeluarkan dalam satu kali tindakan bisa mencapai 5000 cc.
Sebelum melakukan sedot lemak, pasien diharuskan berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter an menjalani pemeriksaan keseluruhan. “Dari konsultasi tersebut kita baru bisa menentukan kapan dan bagaimana Liposuction itu akan dilakukan . Dan dari situ pasien juga bisa mengetahui lebih banyak soal Liposuction dan tentunya pasien akan memiliki gambaran lebih jelas seperti apa operasi yang akan dijalaninya tersebut”. Terang dr. Lis Surachmiati.
Dengan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh dokter sebelum operasi maka resiko yang mungkin terjadi menjadi lebih kecil. Ada beberapa pantangan yang harus dijalani sebelum melakukan sedot lemak diantaranya adalah penghentian sementara pemakaian obat-obatan seperti Aspirin, Vitamin E, Gingko, Ginger, Garlic, dan obat penghilang radang, karena obat-obatan tersebut dapat meningkatkan terjadinya resiko pendarahan. Bagi perokok seminggu sebelum dilakukan operasi harus mulai menghentikan kebiasaannya tersebut, selain itu pasien dengan gangguan jantung, paru-paru, anemia, dan gangguan pendarahan dianjurkan untuk tidak melakukan Liposuction.
Resiko sedot lemak
Semua tindakan medis pasti mempunyai resiko, bahkan sedot lemak pernah mempunyai sejarah yang cukup buruk seperti yang telah kita bahas diatas. Resiko seperti bekas luka, hematoma, seroma, fat emboli, intravenous fluid overload, pendarahan, infeksi, serta tromboembolisma. Kini semuanya sangat jarang terjadi berkat teknik tumescent yang menggunakan anesthesia local kita jadi lebih berhati-hati saat melakukan proses sedot lemak. Karena si pasien juga dalam kondisi sadar, jadi kita bisa tahu ketika kanula kita sudah menyentuh daerah yang seharusnya tidak kita sentuh. Sehingga jika pasien kesakitan dia akan langsung respon dan resiko menjadi sangat kecil”. Ujar dr. Lis Surachmiati.
Dalam sebuah penelitian di Amerika disebutkan ketika seseorang melakukan sedot lemak dengan menggunakan bius umum resiko kematiannya adalah 1:4000, sedangkan dengan bius lokal sampai sekarang ini belum pernah dilaporkan kasus kematian pasien selama melakukan proses sedot lemak dengan menggunakan bius lokal murni. Masih di Amerika juga, sebuah penelitian yang melibatkan 55 dokter kulit menyebutkan dari 9.478 kasus sedot lemak yang mereka kerjakan hanya 0.05% pasien yang mengalami pendarahan yang agak berlebih selama dan setelah operasi dan 0.02% terjadi infeksi.
Sedot lemak juga sebenarnya bisa dilakukan disemua rentang usia, mulai dari remaja hingga sudah lanjut usia asalkan mereka dalam keadaan sehat. Meskipun begitu hasil terbaik akan diperoleh mereka yang masih memiliki kulit yang elastis seperti yang dimiliki mereka yang masih muda. Karena jika kulit sudah tidak elastis seperti yang dimiliki lanjut usia, ada kemungkinan kulit tidak akan kencang kembali sehingga perlu dilakukan operasi pengencangan kulit.
Prosedur operasi
Setelah menjalani proses pemeriksaan laboratorium dan berkonsultasi dengan dokter dan apabila dokter sudah bisa menyatakan bisa untuk dilakukan operasi maka proses operasi bisa dilakukan dengan segera.
Proses operasi sedot lemak sebenarnya tidak hanya bisa dilaksanakan di Rumah Sakit atau klinik khusus seperti Jakarta Skin Center saja, dirumah sakit umum sekarang ini juga bisa melakukannya. Asal memiliki peralatan yang memadai dan tenaga ahli yang profesional.
Operasi dimulai dengan membersihkan bagian yang akan dilakukan operasi dan diberikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi, barulah kemudian dilakukan proses pembiusan. Lima belas menit kemudian dokter mulai membuat sekitar lima buah lubang dengan masing-masing lubang berukuran sekitar 0.5 cm. Setelah itu barulah dimasukkan jarum tumpul dilubang tersebut untuk menyuntikkan cairan Klein atau Lilis yang berfungsi melarutkan lemak sekaligus sebagai obat bius lokal.
Setelah beberapa saat proses penyedotan lemak dengan kanula yang sudah terpasang ke alat vacuum atau spluit mulai dilakukan dan setelah selesai lubang bekas operasi akan dijahit dengan dua jahitan. Proses operasinya sendiri hanya membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua jam tergantung luasnya daerah yang dikerjakan, dan setelah itu pasien bisa langsung pulang kerumah tanpa harus merasakan menginap di Rumah Sakit.
Waktu penyembuhan
Setelah pulang ke rumah, pasien dianjurkan untuk meminum banyak cairan seperti sup panas ataupun air mineral. Dan dihari pertama pasien diharuskan untuk istirahat total dan membatasi aktifitasnya. Setelah operasi Anda tetap tidak diperbolehkan minum obat-obatan seperti yang telah disebutkan diatas dan juga Anda tetap tidak diperbolehkan merokok.
Proses penyembuhan biasanya hanya berkisar selama dua minggu, dan selama dua minggu tersebut pasien harus menggunakan korset atau perban elastis supaya rongga-rongga kosong yang tadinya ditempati lemak tidak terisi oleh darah atau cairan. Selama itu pula pasien benar-benar tidak boleh melepaskan korsetnya, pasien hanya boleh melepaskan korsetnya selama 10 menit tiap harinya. “Untuk mencegah masuknya kuman dan terjadinya infeksi, maka selama seminggu pasien tidak boleh terkena air. Kalo misal yang di operasi perutnya, ya punggungnya saja yang mandi”. Papar dr. Lis Surachmiati. Selain itu juga pasien harus kembali lagi untuk mengkontrol hasil operasi.
Setelah dua minggu maka Anda bisa mulai melakukan aktifitas seperti semula, Anda sudah bisa melakukan olahraga, bekerja, dan Anda juga sudah diperbolehkan menjalani aktifitas seksual.
Latihan selama masa penyembuhan
Pada hari kesepuluh mulailah melakukan pijat jari ringan selama sepuluh menit dua kali sehari agar perasaan baal (kurang terasa) cepat menghilang dalam beberapa minggu.
>> Untuk mengencangkan perut lakukanlah sit up dengan lutut ditekuk, dua minggu setelah operasi. Lakukan sit up tersebut sesering mungkin dan tambahkan porsinya setiap hari. Lakukan hal ini minimal selama dua minggu. Selain itu pijat perut selama 15 menit sehari selama paling sedikit tiga bulan, agar dinding perut yang terasa tidak enak cepat menghilang.
>> Untuk mengencangkan paha dan bokong, berlututlah dengan punggung tegak dan kedua telapak tangan diatas paha. Perlahan-lahan rebahkan tubuh kebelakang dengan menggunakan otot paha, jangan membengkongkan punggung atau tulang belakang. Kemudian perlahan-lahan kembali ke posisi semula. Lakukan hal ini dua minggu setelah operasi.
>> Untuk mengencangkan paha belakang, lakukan latihan ini dua minggu setelah operasi juga. Tidur terlentang, berat badan ditopang oleh siku. Lutut diangkat kearah dada dan lutut diluruskan. Lakukan lima kali sehari untuk setiap tungkai.
>> Untuk mengencangkan paha dalam. Berbaring pada sisi tubuh, kaki diangkat setinggi mungkin. Lakukan beberapa kali pada masing-masing tungkai. Latihan ini dapat dilakukan dua minggu setelah operasi.
Hidup sehat dan Liposuction
Sedot lemak bisa dibilang memberikan hasil yang permanen, tapi kalau setelah operasi si pasien tidak merubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat, pastilah lemak akan kembali menempel ditubuh dan bisa saja sih dilakukan Liposuction kembali. Tetapi kalau sudah terlalu banyak dilakukan Liposuction, maka pastinya akan jadi tidak sehat. Karena lemak tidak hanya berfungsi secara estetis, lemak juga berfungsi secara fisiologis. Mengutip kata-kata dr. Lis Surachmiati, “Lemak ditaruh Tuhan di tubuh bukan karena iseng”, lemak berfungsi sebagai cadangan energi, lemak berfungsi sebagai termoregulator agar suhu tubuh tetap stabil, selain itu juga lemak berfungsi sebagai bantalan saat kita duduk, tidur dan sebagainya.
Maka dari itu untuk memperoleh hasil yang terbaik, setelah melakukan sedot lemak, pasien seharusnya mulai menjalani gaya hidup sehat, dalam artian makan-makanan yang sehat, olahraga teratur dan tidur juga cukup. Bahkan tanpa melakukan Liposuction-pun jika Anda menjalani gaya hidup sehat dengan baik, lemak pastinya akan menempel ditubuh “secukupnya” dan tidak berlebihan.
Binaraga dan Liposuction
Binaraga dan Liposuction ibarat “Pinang dibelah kapak” sama-sama bertujuan untuk membentuk tubuh, tapi caranya berbeda jauh. Di binaraga orang membentuk tubuh bisa memakan waktu bertahun-tahun, kalau Liposuction orang membentuk perutnya agar tidak buncit hanya butuh 2 jam! Tetapi kalau binaraga digabung dengan sedot lemak bisa nggak? Jawabannya mungkin saja, binaragawan juga punya lemak kan? “Kadang ada juga pasien yang datang padahal mereka sudah memiliki tubuh bagus dan berbentuk” ujar dr. Lis Surachmiati.
Memang sih kalau kita pikir mereka tentunya sudah menjalani latihan beban dengan cukup keras tentunya bahkan mungkin juga mereka sudah mengkonsumsi suplemen tambahan seperti fat burner. Tapi bagi binaragawan Liposuction menjadi option yang tidak terlihat bagi mereka, meskipun Liposuction itu sendiri tidak meninggalkan bekas sehingga sulit untuk diketahui, kenapa begitu? Karena resiko yang mungkin ditanggung pastinya. Pertama, mereka tidak bisa berlatih selama dua minggu lebih, dan tentunya itu sebuah resiko yang sangat mahal. Karena apabila mereka tidak berlatih selama itu sudah pasti serat-serat dan otot yang jadi andalan mereka pun akan sedikit memudar.
Kedua, dari ABBF sebagai organisasi internasional yang menaungi mereka tentunya akan langsung memberikan sanksi skors karena tindakan Liposuction seperti itu telah melanggar peraturan yang ada, seperti yang tertuang dalam pasal 4 (Costumes) ayat (d) “Competitor must not wear footwear, watches, rings, pendants, ear-rings, wigs, distracting oranamentation or artifical aids to the figure. They must not chew gum or candy or smoke.” Ketiga, tentunya mereka akan dikucilkan dari dunia binaraga karena mereka telah melanggar prinsip dasar seorang binaragawan, yaitu Gaya Hidup Sehat. Maka sama saja dengan orang yang memakai Drug untuk membentuk tubuh dengan cara instan.