Diet dan olahraga sudah menjadi resep manjur menurunkan berat badan, tapi para pakar masih saling beda pendapat soal cara mengukur kemajuan usaha Anda dalam menurunkan berat badan. Ada yang memakai alat bodyfat caliper dengan alasan, penurunan berat badan ideal adalah turunnya kadar lemak tubuh yang musti diimbangi dengan kenaikan massa otot murni. Pihak lain lebih suka memakai ukuran BMI (Body Mass Index) alias perbandingan tinggi badan dengan berat badan. Yang mana yang sebaiknya kita ikuti?
BMI sudah dipakai para dokter dan ilmuwan selama bertahun-tahun. Tujuan BMI adalah menentukan apakah berat badan seseorang itu sehat atau tidak. Jika nilainya 18,5 sampai 24,9 maka dianggap sehat. 25 sampai 29,9 dianggap kelebihan berat badan. BMI diatas 30, dianggap obesitas. Sayangnya BMI tidak bisa membedakan lemak murni dengan massa otot murni.
“Binaragawan dengan berat badan luar biasa itu disebabkan karena memiliki banyak massa otot murni, jadi jika seseorang kelebihan berat badan, belum tentu karena kegemukan. Michael Jordan punya BMI 30 dan menurut tabel BMI, itu dianggap obesitas, tapi kita semua tahu Michael tidak gemuk sama sekali, melainkan punya banyak otot disekujur tubuhnya,” kata Richard Cotton, ahli fitness yang mendapat sertifikat dari American Council on Exercise dan American College of Sport Medicine.
BMI hanya cocok diterapkan bagi mereka yang jarang/tidak pernah olahraga, yang cita-citanya tidak terlalu muluk, seperti ingin sekedar mendapatkan berat badan normal saja.
Belum ada standard pengukuran lemak tubuh yang pas. Tapi diperkirakan untuk pria sekitar 15-20%, dan wanita sekitar 20-30%, agar bisa dibilang sehat. Saat ini yang dianggap paling sempurna untuk pengukuran lemak tubuh adalah timbangan air dan DEXA (Dual Energy X-Ray Absorptiometry). Pada timbangan yang memakai air, berat badan Anda di luar bak air di catat, lalu dibandingkan dengan berat Anda saat ada didalam bak air. Karena otot lebih berat ketimbang lemak, maka jika semakin banyak air yang tumpah keluar dari bak, maka semakin banyak lemak yang Anda miliki, dan semakin ringan berat badan Anda didalam bak air.
DEXA memakai sinar X dosis rendah guna mengukur massa tulang dan jaringan daging Anda. Butuh 20 menit untuk pemindaian seluruh tubuh sebelum Anda mengetahui kadar lemak tubuh Anda, dengan tingkat kesalahan 2%. Tingkat akurasinya sebanding dengan timbangan air. Banyak dokter yang tidak terlalu suka dengan metode DEXA karena kebanyakan dari mereka bukan ahli tulang. Sebaliknya DEXA lebih banyak diresepkan oleh beberapa pusat radiologi.
Sebenarnya masih ada beberapa metode ukur lemak lainnya yang lebih murah dan lebih banyak tersedia di pasaran, tapi tentu saja akurasinya berkurang. Caliper adalah alat ukur lemak yang dicubitkan di area tertentu tubuh Anda, bisa saja efektif hasilnya, asalkan dilakukan oleh sang ahli profesional. Cara lainnya adalah memakai Bioelectrical Impedance yang biasa disediakan gym atau di rumah, dimana Anda naik ke atas pelat metal yang disediakan, lalu sinyal listrik kecil dikirimkan ke sekujur tubuh Anda.
Berdasarkan reaksi kimianya, maka otot tidak akan bereaksi apapun karenanya, sedangkan lemak akan bereaksi pada aliran listrik itu. Lalu alat itu akan mengukur total perlawanan elektrik lemak, dan Anda akan mendapatkan prosentase lemak tubuh Anda. Walau mudah digunakan, akurasinya banyak tergantung pada kadar air tubuh Anda, karena air sangat tinggi sifat konduksinya.
Bagi banyak orang, penurunan berat badan itu identik dengan kesehatan lebih prima. Walau penurunan lemak tubuh juga setara dengan penurunan faktor resiko penyakit, bukti yang terkumpul sejauh ini menempatkan BMI sebagai indikator kesehatan terbaik dibandingkan metode lainnya. Alasannya korelasi BMI dengan penyakit kronis lainnya dalam penelitian medis yang ada, lebih tinggi. Kata Ralph LaForge, direktur manajer Duke Lipid Disorder Preceptorship Program di Duke University.
Prosentasi lemak tubuh, jika dipakai sendirian, tidak terbukti bisa dijadikan indikator/faktor resiko penyakit lainnya. Lemak tubuh kaitannya lebih erat dengan faktor genetik dan etnis, ketimbang diet/olahraga. Jadi akan ada saja orang yang punya lemak lebih banyak dibanding orang lain, dan mereka yang lebih susah membuang kelebihan lemaknya.
Satu-satunya peran lemak tubuh yang bisa diandalkan dalam meneliti resiko kesehatan seseorang adalah berdasarkan lokasinya. Jika lemak tubuh ada dibawah kulit (subcutaneous), maka faktor resiko berikut ini tak akan terpengaruh sama sekali: sakit jantung, diabetes, penyakit kronis lainnya. Tapi jika lemak tubuh ada didalam perut dan melapisi organ internal tubuh Anda (visceral fat), maka itu bisa jadi indikator utama faktor resiko serangan pada pembuluh darah.
Jika kita tetap musti memakai metode tertentu guna mengaitkan pasien dengan harapan hidup, resiko diabetes, dan penyakit koroner, maka lingkar pinggang bisa menjadi sarana pengukuran utama yang musti diterapkan pada pasien tiap bulannya. Caranya, dokter mengukur rasio pinggul terhadap pinggang. Semakin besar angka perbandingannya,maka semakin banyak lemak yang Anda simpan pada perut bawah. Jika bentuknya seperti buah apel, maka lemak perut Anda tinggi, sangat beresiko terkena penyakit kardio. Jika bentuknya seperti buah pear, maka lemaknya tersebar di pinggul dan kaki, disini cellulite lebih mudah terdeteksi. Dan cellulite lebih susah dibakar, karena lokasinya, dan faktor genetik yang kuat. (NK)