Kesibukannya sebagai chef sekaligus owner sebuah restoran bertajuk “Henri’s Kitchen” tidak membuat chef Henri melupakan hobinya berolahraga dan membentuk otot. Bahkan hingga kini pria yang merupakan jebolan ajang Master Chef session 4 ini tetap rutin berlatih dengan konsisten untuk menjaga definisi tubuhnya. Bagaimana chef berotot ini memulai fitnessnya?
Chef Henri ternyata sudah sangat lama sekali menekuni fitness sebagai olahraga favoritnya, yakni sejak saat ia masih duduk di bangku SMA tahun 1999 hingga kini. Bahkan ia sempat mengikuti beberapa ajang tingkat daerah hingga nasional dan turut membawa pulang medali, diantaranya medali perunggu Porda Banten 2010 dan beberapa Kejurnas lainnya.
Selain fitness, memasak juga merupakan bidang yang ia seriusi. Tidak main-main, ia bahkan berhasil masuk 8 besar ajang Master Chef session 4 dengan saingan yang kompeten, sementara ia sendiri memiliki basic seorang atlet fitness. Usut punya usut, chef Henri ini tertarik memasak untuk memenuhi kebutuhan dietnya.
“Kalau hobi masak sama fitness kan ada korelasinya juga ya. Setelah fitness beberapa lama saya mulai tertarik untuk kompetisi, dimana dalam kompetisi itu kan mau nggak mau saya harus mengatur pola makan dan jenis makanan yang masuk. Kadang-kadang tuh dulu almarhum ibu suka agak senewen kalau saya diet. Jadi dari situ saya mikir, ya udah deh saya masak sendiri aja, karena dengan begitu saya bisa menyesuaikan dengan kebutuhan saya sebagai atlet pada saat itu,” tuturnya pada Reps.
Meskipun sibuk mengelola usaha restorannya, chef Henri tidak pernah absen latihan setiap harinya. Ia berlatih 6 kali dalam seminggu, dan jika tidak terlalu sibuk ia bisa berlatih 2 kali dalam 1 hari. Bagi chef Henri berolahraga sama pentingnya dengan memasak. Maka ia memberikan waktu khusus untuk datang ke gym berlatih beban.
“Saya rasa kita jangan cari waktu untuk latihan, tapi memberi waktu untuk latihan. Bukan nunggu sempat tapi menyempatkan. Jadi setiap jam setengah 9 saya udah harus izin dan setengah 11 harus beres gimanapun caranya”.
Perihal latihan, chef Henri lebih suka menggunakan teknik-teknik terdahulu seperti high volume, body split dengan menggunakan beban 65-80% repetisi maksimum. Ia juga kerap kali menggunakan dropset dan superset dalam latihannya untuk mengejar hipertrofi dan mem-pumping ototnya. Pria yang kerap tampil sporty ini sangat menyukai latihan squat, bahkan ia pernah cedera karena terlalu terambisi dengan otot kakinya.
“Saya paling suka squat karena menurut saya kaki itu paling penting, makanya waktu itu saya cedera. Karena merasa otot kaki saya cukup menonjol maka saya egonya tinggi. Jadi misal saya baru dateng, lihat temen udah latihan, padahal saya belum pemanasan, lalu hajar aja. Nah jadinya cedera. Kaki saya yang kanan sempat gede sebelah”.
Selain cedera ada pengalaman pengalaman tidak mengenakan saat pertama kali ia bergabung di dunia fitness. Sebagai pemula yang minim akan informasi, sangat wajar bila bertanya pada mereka yang sudah senior, lantaran pada tahun 1999 media informasi belum secanggih sekarang ini. Namun sangat disayangkan karena pada saat itu para senior sangat pelit informasi.
Sebelum menutup perbincangan, chef Henri mengemukakan harapannya untuk dunia fitness Indonesia, “Pesan dan harapan saya agar lebih maju kedepannya di Indonesia jangan lupa ingat saat kita mulai dulu, kita bukan siapa-siapa. Saat kita sudah menjadi seseorang atau sudah mendapatkan badan yang bagus jangan pernah pelit, ilmu itu tidak berguna jika di simpan sendiri, tapi akan bermanfaat jika di share kepada sesama”. (ayu)