Konsistensi dan konsekuen adalah kesehariannya. Dengan perangai yang sederhana Syaharani tumbuh sebagai pribadi yang tangguh. Perjalanannya sebagai penyanyi tidaklah menjadi impian kecilnya. Namun garis hidup menyeret Syaharani kedalam industri musik Indonesia.
Dimassa kecilnya Syaharani adalah gadis kecil yang gemar dan hobi sekali akan menyanyi. Bahkan Syahrani kecil tergabung dalam kelompok paduan suara di sekolahnya. Namun anehnya, “ra” (biasa ia dipanggil) bukanlah anak kecil yang berani dan suka untuk tampil didepan umum ataupun menunjukkan kebolehan tarik suaranya didepan orang banyak. “Ra” kecil lebih banyak menghabiskan waktunya sebagai petualang, seperti banyak menghabiskan waktu di atas bukit belakang rumah, memanjat pepohanan, ataupun bermain di sungai. Sehingga jangan heran ketika di usia sekarang Syaharani masih hobi berpetualang.
“Ra” sedari kecil juga memiliki hobi berolah raga. Seperti pernah mewakili sekolahnya dalam perlombaan sprint 100 meter, bola voli, dan kasti. ”Pada dasarnya saya suka sesuatu yang sifatnya permainan”, ungkap Syaharani. Karena hobinya lari pagi mengeliling sekitar rumahnya, ”Ra” di”taksir” oleh pelatih bulu tangkis yang kebetulan dekat dengan rumahnya. Pada waktu itu ”ra” baru kelas 3 SD, adapun alasan pelatih tersebut mengajak ”ra’ agar mau berlatih bulu tangkis lantaran tingginya melebihi anak normal seusianya.
Untung tak dapat diraih malang pun tak dapat ditolak, begitulah kalimat yang menggambarkan perjalanan Syaharani di bulutangkis. Tepatnya ketika ”ra” duduk dikelas 1 SMP ankle-nya lepas, sehingga memaksakan Syaharani untuk beristirahat totaldari kegiatan bulutangkis atau kegiatan lainnya yang membutuhkan banyak gerakan enerjik. Padahal jika musibah itu tak datang, mungkin sekarang kita akan mengenal ”ra” sebagai atlet bulutangkis bukan sebagai seorang penyanyi.
Musibah yang merenggut prestasi ”ra” dalam dunia bulutangkis terjadi ketika ”ra” sedang mengikuti penyaringan atlet untuk dibina dalam pemusatan latihan daerah (PELATDA). Untuk pemain se-usianya ”ra” sangat diperhitungkan bagi lawan-lawannya yang patut diwaspadai. Kesempatan untuk menjadi juara dan jawara sangatlah terbuka lebar. Bahkan tidak sedikit para pelatih banyak menjagokan ”ra” keluar sebagai pemenang.
Namun ”ra” bukanlah termasuk anak yang mudah ”besar kepala” ketika banyak pujian dan dukungan datang, Ia lebih memilih menanggapi dengan biasa-biasa saja. Itulah alasan banyak dari para pelatih yang mengharapkan ”ra” bisa menjadi yang terbaik. Karena tidak cukup pemain hanya mampu bermain hebat, tetapi harus memiliki pembawaan yang santun.
Klimaks dari perjalanan Syahrani dengan bulutangkis sangatlah tidak diharapkan banyak orang yang terlibat pada saat itu. Cedera ankle yang menyerangnya terjadi bukan karena kecerobohan ”ra”, melainkan semangatnya yang menggebu-gebulah yang membawa ”ra” istirahat total. ”Pada pertandingan saat itu saya menang. Smah-an yang terakhir masuk dan memberikan poin kemenangan bagi saya, namun harus dibayar mahal dengan lepasnya ankle ku”, ujar Syaharani yang kami temui di Taman Sari Royal Heritage Spa Bintaro.
Pasca tragedi tersebut ”ra” dipaksa beristirahat selama 6 bulan dengan sama sekali tidak boleh banyak melakukan gerakan yang membutuhkan banyak tenaga. Sehingga dikala teman dan lawannya berlatih ”ra” hanya bisa melihat dari bangku penonton saja. Keinginan untuk segara pulih semakin berkobar setiap harinya. Bahkan kesembuhan ”ra” banyak direspon positif baik dari tim kepelatihan maupun rekan-rekan pemain yang lain.
Namun ”ra” terpaksa harus mengubur kesempatannya menjadi atlet bulutangkis Indonesia, yang selama ini sering dibayangkannya dengan menjadi juara dunia agar bisa mendendangkan lagu Indonesia Raya di kancah Internasional. Setelah 6 bulan beristirahat ”ra” kembali berlatih. Diawal latihannya rasa nyeri pada ankle terkadang timbul, namun ”ra” bukanlah anak manja yang gampang menyerah. ”ra” selalu berfikir positif, baginya nyeri pada ankle yang masih terkadang terasa adalah lantaran ia belum terbiasa berlatih kembali, sehingga rasa nyeri tersebut kadang muncul.
Ternyata nyeri tersebut tidak hilang, semakin keras ”ra” berlatih semakin terasa pula nyeri pada ankle. ”Olah raga Bulutangkis sangat membutuhkan kaki yang kuat dan gesit. Karena dalam bulutangkis kita dituntut untuk selalu cepat dan akurat”, lengkap Syaharani. Sedangkan rasa nyeri pada ankle sangat mengganggu, sehingga dengan berat hati ia putuskan untuk berhenti bermain bulutangkis. Tapi bukan berarti berhenti bermain bulutangkis ”ra” berhenti berolahraga. Perempuan yang memiliki hobi membaca ini tetap menekuni rutinitas olah raganya sehari-hari.
Singkat cerita akhirnya ”ra” pindah SMA ke Jakarta, dan disinilah mulai terjangkitnya Syaharani akan dunia tarik suara. Selesai SMA, Syaharani kembali pulang ke Malang untuk kuliah. Kebetulan Syaharani memiliki saudara yang kebetulan berprofesi sebagai promotor musik. Dari sinilah Syaharani kenal denga para musikus jenius tanah air, seperti Indra Lesmana dan Gilang Ramadhan. Namun keinginan untuk menjadi seorang penyanyi profesional belum tertanam dalam diri ”ra”. Konsentrasinya dicurahkan sepenuhnya untuk kelancaran sekolah.
Ternyata kepulangannya ke Malang untuk melanjutkan kuliah, justru membawa ”ra” dekat dengan dunia tarik suara. Bersama kakak kelasnya ”ra” mulai nge-Band, baik dalam kampus maupun keluar kampus. Bahkan ”ra” mampu menjadikan nyanyi sebagai pendapatan pribadinya. Talenta ”ra” dalam dunia tarik suara mulai terlihat dari terlibatnya ”ra” sebagai vokalis di dua band yang berbeda aliran, pertama bersama RAM (RANDOM ACCESS MEMORY) yang sudah menggunakan music digital dengan mengusung aliran HardRock. Sedangkan bersama Brawijaya, ”ra” lebih sering membawakan nuansa musik beraliran Jazz. Sehingga ”ra” terbentuk menjadi penyanyi yang besar dalam dua haluan aliran yang jauh berbeda. ”Makanya aku selalu membawakan musik jazz yang ter-contaminated dengan progresif, dan akhirnya aku timbul sebagai anak yang RocksOver.
Ketertarikan ”ra” akan dunia musik tidak lepas dari perkembangan teknologi peralatan musik itu sendiri. Pemilik hobi membaca ini sangat gemar mencoba gadget baru dalam perkembangan peralatan industri musik. Sehingga ”ra” mampu meng-explore kualitas dan selera musiknya menjadi lebih baik. ”Berkarya dalam dunia musik adalah pekerjaanku. Jika ternyata musik yang aku buat banyak disukai dan diterima masyarakat Alhamdulillah, namun jika ternyata musik yang aku buat kurang disukai maka aku jadikan hal tersebut sebagai sekolah. Artinya aku akan mempelajari sebab dari tidak bisa diterimanya musik ku, dan hal tersebut akan selalu aku lakukan everending”, tambah Syaharani yang optimis dalam berkarya.
”ra” dalam membuat suatu karya tanpa pretensi apapun. Dalam arti tidak terlalu banyak berharap hal yang baik selalu datang. ”Bagi aku rekaman tidak harus membuat diri kita menjadi ngetop. Tetapi sebagai suatu pengalaman yang dapat dijadikan pengetahuan yang tiada harganya”, ujar penyanyi kelahiran Batu, Malang. Hal tersebut sudah menjadi budaya dalam keseharian ”ra”. Berusaha dan terus belajar merupakan kendali yang selalu digunakannya dalam rutinitasnya baik sebagai penyanyi atau sebagai manusia biasa.
Kesenangannya akan petualangan membuat ”ra” semakin banyak inspirasi dalam berkarya. Hampir setiap kesempatan berliburnya dihabiskan dengan outdor activity. Hiking salah satu kegemaran ”ra” yang sampai detik ini masih dijalaninya. Hiking selain mampu menjadi obat penghilang rasa penat dengan rutinitas industial yang semakin marginal, juga mampu me-refresh fungsi kerja organ tubuh. Dalam Hiking dibutuhkan fisik yang lebih dari sekadar prima. Karena track yang ditempuh selain menanjak, kondisi jalannya pun tidak rata dan terkadang masih bebatuan. Oleh sebab itu tidak cukup hanya bermodalkan fisik yang prima.
”ra” memang sudah sangat terbiasa akan hal-hal yang sifatnya banyak mengeluarkan tenaga. Dirumah pun banyak pekerjaan kasar yang dilakukan ”ra”. Berbeda dengan kebanyakan anak perempuan lainnya yang banyak mengerjakan pekerjaan rumah seperti bersih-bersih atau mengerjakan urusan dapur. Tetapi ”ra” lebih sering dan memang lebih cocok dalam mengerjakan pekerjaan rumah seperti membenarkan keran air, membenarkan genteng, dan banyak lagi pekerjaan petukangan yang biasa ”ra” lakukan dirumah. Akhirnya brand images tentang dirinya muncul sebagai perempuan perkasa yang identik dengan pekerjaan petukangan dan mengeluarkan banyak tenaga.
Baginya mendekatkan diri kepada alam mampu meningkatkan spiritual keimanannya sekaligus mendapatkan hiburan yang tak ternilai dengan angka-angka. ”Aku lebih merinding menyaksikan sunrise dibandingkan shopping ke mal”. Back to nature juga mampu ”mencuci” fungsi organ pernafasan kita. Sudah bukan menjadi rahasia bahwa udara diperkotaan sudah banyak teracuni. Dasamping itu kehidupan perkotaan yang menuntut kita untuk selalu produktif demi persaingan industrial menyebabkan kita menjadi makhluk sosial yang kurang memperhatikan kebutuhan kesehatan. Tidak sedikit kepala keluarga yang sulit bercengkrama dengan keluarganya lantaran tuntutan pekerjaan. Bahkan di era emansipasi wanita, banyak wanita karir yang melupakan urusan rumah tangganya demi mengejar produktifitas dan prestasi, sehingga menelantarkan kewajiban menjaga moralitas anak-anaknya. Dengan outdor activity-nya ”ra” sangat nyaman, tak ada sedikit pun kekhawatirannya akan rusaknya kulit atau menjadi hitam. ”Memang ada jaminan jika kulit ku putih album ku laku di jual”, tegas Syaharani.
Ternyata kiat bugar ”ra” selama ini adalah berjalan kaki. Tidak jarang ”ra” menghabiskan waktu luang atau liburnya dengan mengunjungi perkebunan teh untuk berjalan kaki menyusuri luasnya hamparan kebun teh. ”Terkadang aku driving sendirian ke ciater, parkir mobil dirumah temanku, kemudian jalan kaki menuju kebun teh dan mengitarinya. Jika memang waktu senggang ku lama, biasanya aku hiking atau tripping sungai”, tambah Syaharani. Yang lebih unik, ketika ”ra” ke mal ata bertemu klien ia membiasakan diri untuk mencari tempat parkir yang jauh. Dengan alasan agar bisa berolah raga, walupun sekadar dengan berjalan kaki. Bahkan ketika memang tidak bisa keluar rumah untuk berjalan kaki, ”ra” mengakalinya dengan ”mondar-mandir” di dalam rumah atau naik turun tangga. ”Demi kesehatan dan kebugaran, sebenarnya tidak ada kata tidak sempat atau sibuk. Selagi kita bisa bijak pada kebutuhan tubuh, tentunya anda akan mampu menyediakan waktu untuk kebutuhan tersebut”, ungkap ”ra”.
Menurut Syaharani, ”Libur itu dibuat. Aku tak mao pekerjaan menjaring hidupku seperti halnya mesin. Aku dan seluruh teman pekerjaan ku menyadari bahwa kita harus memperlakukan diri kita sebaik mungkin. Salah satunya dengan meluangkan waktu (meliburkan) untuk menikmati alam serta meremajakan tubuh kita dengan olahraga”.
Teks: dillah