Kebanyakan orang diseluruh belahan dunia pasti menginginkan kondisi fisik dengan berat badan yang wajar, tidak lebih dan tidak kurang. Sayangnya banyak hal dan faktor yang menyebabkan keinginan itu sulit untuk terwujud. Entah karena faktor diri sendiri ataupun hal lainnya di luar kondisi diri pribadi. Kali ini REPS mengajak teman-teman sekalian untuk mulai menyadari, apakah berat badan kita sudah ideal?
Berat badan adalah sebuah masalah dunia di era yang semakin modern. Jika dulu, berat badan adalah cermin kemakmuran, kewibawaan, dan kesehatan, kini semuanya berubah tidaklah lagi sedemikian. Sekarang ini berat badan, adalah cerminan dari pola hidup tidak sehat atau tidak teratur. Kenapa? Karena akan mendekatkan diri pada risiko besar yang mungkin akan mudah menderita berbagai penyakit, atau akan pula berpengaruh pada penampilan dan gaya seseorang. Seseorang yang mempunyai berat badan yang berlebih, maka akan merasa dirinya tidak seksi, tidak sehat, dan tidak menarik secara fisik.
Kelebihan berat badan amatlah mempengaruhi dari sudut psikologis. Artinya seseorang yang kegemukan sudah pasti akan merasa tidak percaya diri, entah saat harus masuk ke dunia kerja, mengkondisikan penampilannya, dan masih banyak lainnya. Kemudian kegemukan juga dekat akan potensi terjadinya hipertensi, yang mana jumlahnya 2,9 – 5,6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang memiliki berat badan normal. Tidak hanya itu, mereka yang kegemukan berisiko 2,1 kali lebih besar terserang hiperkolesterolemia dan 2,9 kali lebih besar terserang diabetes mellitus. Belum lagi serangan bahaya seperti kanker, jantung koroner dan stroke.
Terkadang beragam cara sudah dilakukan demi mensiasati kegemukan, mulai dari hanya jogging setiap pagi, bersepeda, hingga harus fitness dan diet seimbang, tapi sayang hasilnya terkadang masih jauh dari harapan. Tubuh dikatakan ideal apabila tercapai keseimbangan antara ketebalan lapisan lemak, berat dan tinggi badan. Perlu diketahui bahwa segala sesuatunya tidaklah melulu harus cepat, cepat, dan cepat. Ketika segala upaya sudah dilakukan namun belum ada sesuatu yang terjadi sesuai seperti yang diharapkan, maka untuk tidak pula mengambil jalan pintas atau berputus asa.
Hidup di zaman sekarang ini memang tidaklah mudah. Sampai-sampai untuk urusan pribadi seperti menjaga penampilan kini ada tuntutannya. Jika perempuan haruslah langsing tidak boleh gembrot, sedangkan pria tidaklah boleh berperut buncit serta harus berdada bidang. Akhirnya agar penampilannya maksimal, khususnya wanita mereka melakukan apapun hingga selangsing mungkin padahal sudah langsing yang akhirnya terkena anoreksi nervosa. Yakni sebuah gangguan pola makan karena memiliki keinginan yang keras untuk tetap menjaga berat badan. Mereka yang mengalami anoreksia nervosa, jika dilihat dari segi medis, kondisinya sudah sangat membahayakan buat dirinya sendiri.
Memang benar mereka selamat dari cibiran masyarakat karena kegemukan, namun bukan berarti malah memangkas berat badannya dengan tidak sama sekali mengkonsumsi karbohidrat karena takut berat badannya bertambah.
Berat badan ideal ataupun kondisi fisik normal adalah kondisi dimana tubuh tidak kegemukan tetapi juga tidak terlalu kurus. Bukan berarti bebas dari kegemukan, kemudian memilih sikap untuk memiliki badan yang kurus, dapat dikategorikan sebagai badan yang ideal. Sebenarnya seperti apakah berat badan ideal? Sebenarnya berat badan ideal, tergantung dari tinggi badan masing-masing. Artinya berat badan 70 kg bisa dikatakan berat yang ideal, kegemukan, atau bahkan kurus tergantung dari tinggi badan kita masing-masing.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengukur berat badan ideal seseorang, salah satunya bisa menggunakan Body Mass Index (BMI). Dengan menggunakan metode ini, kita baru menyadari apakah kondisi fisik kita tergolong ideal, kegemukan (over weight) atau terlalu kurus.
APAKAH ITU BMI?
Semua yang terlihat oleh mata kadang bisa menipu, hal ini biasa dirasakan oleh para keturunan hawa yang menganggap dirinya selalu kegemukan. Jauh sebelum BMI muncul sebagai metode mengukur kondisi berat badan ideal, secara sederhana kita menggunakan hitung-hitungan yaitu cukup mengurangi tinggi badan dengan 110 (wanita) dan 100 untuk pria.
Metode ini pertama kali diperkenalkan ke hadapan masyarakat luas oleh seorang ahli asal Belgia Adolphe Quetelet pada sekitar tahun 1980-an. BMI adalah sistem penghitungan sistematis untuk mengukur bobot ideal seseorang yang dihitung dari berat badan (dalam kilogram) dibagi tinggi badan (dalam satuan meter). Selain berfungsi untuk menjustifikasi kondisi seseorang, metode ini mampu pula mengukur potensi gangguan kesehatan seseorang yang dipacu oleh kondisi berat badan. Rumus BMI adalah sebagai berikut.
BMI = Berat Badan (kg): Tinggi Badan (m)2.
BMI tidak berlaku bagi mereka yang usianya kurang dari 18 tahun atau lebih dari 64 tahun. Serta tidak berlaku bagi mereka yang sedang mengandung atau menyusui. Begitu pula bagi mereka yang aktif membangun otot atau para binaragawan. Dapat dicontohkan penghitungan BMI sebagai berikut, jika REPS Mania memiliki berat badan 65 kg dan tinggi 1.65m, maka kisaran BMI-nya adalah:
BMI = 65 kg: (1,65 m)2 = 23,87 kg/m2
Setelah mengetahui angka BMI/IMT yakni sebesar 26,67 kg/m2, kemudian cocokanlah angka tersebut dengan klasifikasi IMT khusus golongan Asia yang telah disepakati dihapadan WHO. Sebaiknya gunakan klasifikasi IMT sesuai dengan domisili tempat tinggal. Artinya, REPS Mania tidak bisa seenaknya menggunakan klasifikasi BMI orang Barat. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa kadar lemak orang Barat dan bangsa di Asia tidaklah sama.
Silang Pendapat Dalam BMI
Walau banyak pihak menilai BMI dapat diandalkan, bukan berarti BMI selalu akurat dalam menyelesaikan perhitungan berat badan. Nilai yang keluar dari hasil tersebut terkadang terbiaskan oleh faktor : tingkat kebugaran, ukuran dan berat otot, struktur tulang, jenis kelamin, dan etnis. Hal sedemikian menjadikan pengukuran dengan BMI terlihat kurang akurat, karena yang dinilai tidaklah menggambarkan komposisi tubuh secara keseluruhan.
Dalam buku “Fat Loss Not Weigth Loss”, hasil gubahan dr. Phaidon L. Toruan beliau mengatakan, “Untuk mengetahui berat ideal yang optimal terlebih dahulu ukurlah komposisi tubuh”. dr. Phaidon juga menyarankan dalam buku itu untuk tidak hanya terpaku dengan BMI. Tetapi bisa juga dengan menghitungpersentase lemak tubuh dengan menggunakan alat pengukur lemak, bisa menggunakan body fat monitor atau fat caliper.
Salah satu motode terpopuler dalam pengukuran persentase lemak tubuh adalah menggunakan bioelectric impedance. Penggunaanya lumayan mudah yakni cukup dengan menggenggamnya dengan kedua telapak tangan. Sebelum menggenggamnya, kita diharuskan untuk memasukkan data berupa tinggi badan, berat badan, usia, dan jenis kelamin. Kurang dari semenit hasil persentase lemak tubuh beserta jumlah lemak tubuh dalam satuan kilogram.
Rahasia Berat Badan Ideal
Setelah selesai berhitung, selanjutnya kita harus segera mengambil langkah tepat selanjutnya untuk mencapai impian memiliki berat badan ideal. Banyak orang demi mengejar impiannya rela melakukan dan mencoba segalanya, dari yang normal hingga yang tidak masuk akal sekalipun. Setelah mengetahui porsi berat badan, sekarang saatnya untuk beraksi yang secara global kita sering sebut sebagai usaha menjaga kesehatan. Jika hasil perhitungan menyatakan kita tergolong dalam kondisi normal atau ideal, sebaiknya jagalah kondisi tersebut agar tetap selalu stabil. Namun jika hasilnya buruk, yakni overweight atau obesitas makan tidak ada jalan lain, kecuali segera mungkin memulaiprogram penurunan berat badan.
Berikut adalah rahasia agar kita terbebas dari kondisi kelebihan berat badan:
Nutrisi Yang Seimbang
Nutrisi yang seimbang adalah inti dari penurunan berat badan. Memang tidaklah mudah untuk memenuhi ataupun mendapatkan nutrisi yang seimbang. Problem terbesar di era tingginya tingkat mobilitas kerja yang produktif adalah tidak cukup memiliki banyak waktu untuk menanam ataupun menyiapkan menu makan. Sehingga semua makanan yang seharusnya dipenuhi demi kebutuhan tubuh setiap hariny menjadi terabaikan. Untuk itu cobalah berusaha dalam memenuhi segala kebutuhan nutrisi seimbang setiap harinya. Bisa pula berkonsultasi oleh para ahli gizi untuk dibuatkan rancangan menu yang harus dikonsumsi sehari-hari. Ingat, makan bukanlah suatu kepentingan soal rasa, melainkan untuk kepentingan seluruh kerja organ tubuh.
Gaya Hidup Aktif
Sebuah keharusan untuk kita semua dalam rangka menghindari masalah berat badan, adalah dengan bergaya hidup aktif. Alasannya? Badan akan membakar kalori lebih banyak saat kita beraktivitas, sehingga teman-teman yang terbiasa hidup aktif akan mencapai badan ideal jauh lebih cepat ketimbang mereka yang pasif. Gaya hidup aktif tidaklah melulu harus berolah raga, walaupun itu termasuk bagian dari hidup aktf. Beberapa contoh gaya hidup aktif bisa dilakukan denan cara:
- Parkir mobil di tempat yang lebih jauh atau jika naik kendaraan umum berhenti sebelum tujuan, dan berjalan kakilah ke tempat tujuan.
- Daripada naik lift, lebih baik naik tangga.
- Cucilah piring kita sendiri.
- Menyapu, mengepel lantai, atau mencuci mobil juga bisa dikategorikan sebagai gaya hidup aktif.
- Berkebun.
- Dan lain sebagainya yang intinya adalah kita harus bergerak.
Tentunya jika REPS Mania terlanjur suka berolahraga atau pergi ke gym, itu jauh lebih baik. Tapi dengan catatan buatlah olahraga menjadi Lifestyle atau gaya hidup, bukan hanya sebagai rutinitas yang mudah luntur dalam kurun waktu satu sampai dua bulan saja. Ingat semuanya adalah masalah HABIT!
Klasifikasi nilai BMI berdasarkan Departemen Kesehatan RI sebagai berikut:
Nilai BMI | Kategori | Status Gizi |
< 17 | Sangat kurus | Gizi kurang |
17 .0 – 18.5 | Kurus | Gizi kurang |
18.5 – 25.0 | Normal | Gizi baik |
25.0 – 27.0 | Gemuk | Gizi lebih |
> 27.0 | Sangat Gemuk | Gizi lebih |
Klasifikasi BMI menurut WHO (1990) adalah sebagai berikut:
Nilai BMI |
Kategori |
Resiko Co-Morbiditas |
< 18.5 | Underweight | Rendah (tetapi resiko terhadap masalah klinis lain meningkat) |
18.5 – 24.9 | Normal | Rata-rata |
> 25 | Overweight | |
25.0 – 29.9 | Pre-obese | Meningkat |
30.0 – 34.9 | Obese I | Sedang |
35.0 – 39.9 | Obese II | Berbahaya |
> 40.0 | Obese III | Sangat berbahaya |