Belakangan ini, pemberitaan fitness di Indonesia sedang marak dengan kejadian yang cukup tragis di tempat kebugaran. Beberapa waktu lalu, keadaan tersebut menimpa rekan fitness kita yang berakhir cukup menyedihkan dan menjadi viral di kalangan pecinta olahraga beban.
Menurut kasus-kasus yang Reps dapati seperti diantaranya kelelahan setelah menjalani kelas RPM, kecelakaan latihan beban pada smith machine, dan baru-baru ini kecelakaan latihan pada mesin leg press.
Meskipun terjadi di tempat kebugaran, kewaspadaan pada penggunaan alat serta kemampuan individu terhadap beban yang berat, perlu dipertimbangkan dengan matang. Jangan sampai tujuan kita untuk menjadi bugar, justru malah nyawa yang menjadi taruhannya.
Oleh sebab itu, melalui artikel berikut ini, Reps ingin mengingatkan mengenai batasan-batasan serta solusi apa sajakah untuk menanggulangi kecelakaan selama latihan di gym.
Latihan Kardio
RPM merupakan kelas bersepeda indoor yang dipandu seorang instruktur secara berkelompok, yang diiringi dengan irama musik yang energik. Kelas tersebut diklaim oleh Lessmill sebagai kelas yang menyenangkan, berdampak rendah, dan mampu membakar kalori hingga 675 kalori/ sesi.
Kelas kardio yang amat popular ini, setiap sesinya selalu dibanjiri para member yang ingin membakar kalori berlebih. Meskipun mampu membakar kalori banyak dan menyenangkan. Melihat akan kejadian kemarin, sepatutnya kita wajib mawas diri.
Tak hanya RPM, dikala Reps Mania melakukan kardio baik itu pada sepeda, crosstrainer, eliptical trainer, atau treadmill sekalipun. Anda harus menyatakan diri Anda benar-benar dalam keadaan “FIT”.
Menurut studi yang dirilis Drs. Sebastianus Pranatahadi,M.Kes. Universitas Yogyakarta menjelaskan, “Pada latihan intermittent (interval) yang intensitasnya maksimal seperti sprint 100 meter berulang-ulang dapat terjadi penurunan kadar glukosa darah. Hal demikian karena sel-sel otot banyak menggunakan glukosa, tetapi memobilisirnya dari glikogen hati terlambat. Kalau terjadi hal yang demikian pasti yang bersangkutan akan mengalami gejala kunang-kunang, gemetar, dan keringat dingin”.
Ia pun menambahkan, “Jika sudah mengalami gejala tersebut sebaiknya istirahat, tiduran agar darah banyak mengalir ke otak, dan glukosa darah kadarnya naik kembali dari pemecahan glikogen hati. Jika semangatnya tinggi, gejala-gejala tersebut tidak dihiraukan dapat menyebabkan pingsan. Hal demikian terjadi karena sistem saraf pusat yang energinya tergantung gula tidak tercukupi. Peristiwa demikian dapat terjadi pada orang yang tidak pernah melakukan latihan intermittent dengan intensitas tinggi. Akan tetapi setelah latihan dua tiga kali latihan tidak akan terjadi gejala menurunnya kadar gula darah”.
Solusi
Mengecek kondisi tubuh sebelum latihan atau sebelum memutuskan untuk menjalani suatu program adalah solusi yang tepat. Berkonsultasilah pada dokter Ahli ataupun personal trainer yang akan membimbing program Anda. Seperti pengecekan standart kolesterol, gula darah.
Tak hanya itu, jika kondisi tubuh Anda dalam keadaan tidak fit. Tidak dianjurkan bagi Anda untuk latihan dengan intensitas tinggi. Alangkah baiknya, jika Anda beristirahat dahulu hingga tubuh kembali fit.
Latihan Beban, Ego dan Batasan Kemampuan
Sebagaimana kasus yang kini menjadi viral. Latihan beban adalah latihan yang tidak melibatkan sistem aerobik yang tinggi. Namun dari beban yang diangkat setiap repetisi hingga setnya, membutuhkan sistem ketahanan otot serta persendian yang kuat. Hindarilah ego Anda untuk mengangkat beban yang berlebih.
Mengapa dikatakan demikian? Sebab intensitas latihan beban Anda tidak hanya terpaku pada beban yang berat saja. Banyak metode lainnya yang mungkin bisa Anda pilih untuk memberikan hipertrofi pada otot. Seperti berlatih superset, sirkuit atau memperbanyak jumlah repetisi namun dengan beban cukup. Cukup dengan artian tidak terlalu berat ataupun tidak terlalu ringan.
Begitu juga dengan teknik latihan. Anda pemula tidak disarankan untuk mengangkat beban yang lebih berat, sebelum Anda mengetahui teknik yang benar-benar tepat pada kontraksi otot yang dimaksud. Jangan terpancing dengan partner atau lawan latihan Anda. Kendalikan ego Anda untuk berlatih berdasarkan “Feeling Contraction” bukan pada “Feeling Stronger”.
Solusi
Untuk menghindarinya, cobalah berlatih menggunakan metode mind muscle connection. Konsentrasikan penuh pada 1 rom (range of motion), agar khasiat kontraksi untuk mendapatkan hipertrofi benar-benar dirasakan manfaatnya. Buang jauh-jauh untuk mengangkat lebih berat dan lebih berat lagi jika Anda sendiri belum yakin, ataupun belum pernah melakukan sebelumnya. Atur dan kenalilah batasan kemampuan angkatan, bukan mengangkat melebihi batasan kemampuan. Jangan merasa paling kuat dikala ada perempuan cantik di sekitaran Anda. Karena inilah kebiasaan buruk yang tidak memberikan Anda manfaat apapun.
Latihan Beban dan Spotter
Anda yang menggunakan jasa personal trainer, mungkin Anda sedikit aman dengan kasus ini. Namun Anda tetap selalu waspada. Nah pertanyaannya, bagaimana dengan yang tidak menggunakan jasa PT?
Anda yang tidak menggunakan jasa PT, Anda perlu mengetahui kemampuan diri Anda untuk berlatih beban. Jika mengharuskan untuk mengangkat beban yang lebih berat. Siasatilah dengan meminta bantuan kepada orang atau member disekitar Anda yang sekiranya mampu menjadi Spotter. Hilangkan rasa egois atau sok bisa mengangkat sendiri, jika kemampuan Anda mengangkat belum pernah terlatih sebelumnya.
Solusi
Mintalah bantuan kepada rekan yang ada disekeliling Anda, pilihlah atau tanyakan terlebih dahulu kepada orang yang akan menjadi Spotter Anda. Bisakah bapak membantu saya untuk mengangkat beban ini?
Jangan malu untuk bersosialisasi dengan para member. Hal ini sangat menguntungkan bagi Anda, jika sewaktu-waktu ingin bermain berat. Strategi lain, Anda juga dapat mengajak teman sebagai partner latihan untuk berlatih dengan program latihan yang sama. Hal ini menghindarkan Anda dari kecelakaan yang tidak diinginkan.
Latihan Beban dan Atribut
Hal spele lainnya yang apabila diabaikan akan berakibat fatal adalah atribut atau perlengkapan latihan. Perlengkapan tersebut terdiri sabuk, strap, sarung tangan, sepatu, dsb. Kenakan perlengkapan sesuai dengan program latihan yang dimainkan. Jika ingin berlatih deadlift, squat atau gerakan yang melibatkan tulang belakang, kenakanlah sabuk.
Apabila latihan yang Anda mainkan melibatkan joint (persendian) atau tendon (urat daging) yang rentan seperti lutut atau sikut, maka gunakanlah knee band / straps atau elbow band / straps gear.
Solusi
Untuk terhindar cedera, kenakan fitness gear dengan seksama. Seperti mengencangkan sabuk/straps/band, mengenakan sepatu yang sesuai ukuran, dan berlatihlah dengan gerakan yang benar dengan pengaturan nafas yang teratur.
Semoga dengan kasus-kasus yang kini menjadi kini menjadi viral serta dengan pembahasan artikel singkat tadi, menjadi pelajaran untuk kita semua. Dan tentunya lebih waspada dan lebih memperhatikan keselamatan diri sendiri serta peduli akan keselamatan orang lain juga. Bersikaplah dengan bijak, berpikir cerdas, dan kenali batasan kemampuan diri kita masing-masing. Jauhkan ego utamakan keselamatan. (alf)