Penyakit depresi bisa menimpa berbagai usia, tidak hanya untuk orangtua, anak-anak pun bisa mengalami depresi. Salah satu faktor pemicu anak-anak terkena depresi adalah kurangnya perhatian dari orangtua.
“Anak itu biasanya depresi karena kurang perhatian dari orangtua,” ujar psikolog Dyah Indrieswari Triartati, pada Seminar Awam tentang ‘Keluarga Sehat, Bebas Depresi’ di Gedung Kemenkes, Senin (10/4).
Dilansir dalam situs resmi Kemenkes, Dijelaskan oleh Tati, anak-anak yang mengalami depresi bisa dikenali dengan mengetahui ciri-cirinya. Pertama, kalau anak-anak makin agresif dibanding kesehariannya seperti melakukan aktifitas melempar barang, menendang, marah dan sebagainya. Ciri yang kedua bertolak belakang dengan yang ciri pertama yakni anak justru menarik diri dari orangtua.
“Menarik diri juga merupakan salah satu bentuk depresi. Ada hal yang lain yang tidak disadari, justru dia melakukan hal yang sangat polite tetapi intinya dia ingin diperhatikan,” jelasnya.
Menurut Tati, orangtua harus peka terhadap perubahan sikap anak. Jika anak melakukan tindakan nakal jangan langsung buru-buru dilabeli nakal, tetapi justru perlu memuji apa yang bisa dipuji dari diri anak. Selain pujian, hal lain yang dapat dilakukan orangtua agar dapat menghindari buah hatinya mengalami depresi adalah dengan memberikan sentuhan fisik dengan kasih sayang.
“Bisa dengan cara melakukan attachment dengan mengusap kepala, pipinya disentuh atau digandeng,” sebut Tati.
Lebih lanjut Tati menyampaikan, meski kedua orangtua sibuk bekerja namun juga harus memperhatikan kualitas waktu saat bersama anak agar anak merasa dihargai keberadaannya. Perhatian dan fokus yang diberikan orangtua ketika bersama anak dapat membangun nilai postif di tengah keluarga.
“Tunjukkan perhatian yang kuat pada Anak, bacakan mereka cerita atau ceritakan pengalaman anda saat di jalan kepada anak-anak itu sangat menjaga kualitas bagi anak dan membangun kebersamaan,” imbau Tati.
Seminar Awam tentang ‘Keluarga Sehat, Bebas Depresi’ dilaksanakan dalam rangkaian peringatan Hari Kesehatan Sedunia yang tahun ini mengangkat tema Depresi, Lets talk.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI dr. Mohamad Subuh, MPPM, dalam sambutannya menyatakan adanya kekurangan pada pemahaman masyarakat tentang kesehatan jiwa, kepedulian masyarakat, stakeholder, dan petugas kesehatan masih kurang, serta stigma pengucilan bagi penderita gangguan jiwa berat.
Untuk itu, pada kesempatan tersebut dr. Subuh mengimbau kita semua untuk memberi dukungan bagi orang-orang yang mengalami depresi dengan menemani dan menyemangati, dan mendengarkan tanpa menghakimi.