Oleh: Dr. Imelda Nainggolan
Alat kontrasepsi (Contraception/Birth Control) memungkinkan Anda memilih waktu kehadiran seorang anak yang tepat, dan berfungsi pula sebagai alat perlindungan tubuh terhadap suatu penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual ‘Sexual Transmitted Disease’ (STD). Dari sekian banyak ragam alat kontrasepsi yang tersedia dan dijual bebas, metode yang manakah yang tepat dan sesuai untuk Anda ?
Ada beberapa tipe alat kontrasepsi, masing-masing tipe mempunyai cara kerja yang berbeda dimana setiap kontrasepsi angka keberhasilannya tidak pernah 100% & mempunyai efek samping yang bervariasi, yang sangat tergantung dari kondisi tubuh seseorang. Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk memilih salah satu metode, lebih baik knsultasi dahulu dengan dokter, alat kontrasepsi mana yang cocok bagi Anda. Sebelum merekomendasikan suatu alat kontrasepsi, dokter akan menanyakan umur, riwayat kesehatan dan aktifitas seksual Anda.
Ada kemungkinan Anda harus mengganti alat kontrasepsi seiring dengan bertambahnya umur, setelah melahirkan atau ada perubahan dalam aktifitas sekual. Suatu hal penting yang harus diingat, bahwa alat kontrasepsi yang dapat digunakan sebagai alat proteksi terhadap Sexual Transmitted Disease (STD), hanyalah kondom yang digunakan oleh pria. Berikut ini beberapa cara kerja dari alat kontrasepsi yang populer di masyarakat kita:
Metode penghalang
Yang termasuk dalam tipe ini ada diaphragmas, condoms dan cervical caps. Cara kerjanya adalah mencegah sperma sampai ke sel telur dengan menciptakan penghalang diantaranya. Kondom untuk laki-laki membungkus penis, kondom untuk wanita terentang di vagina, dan caps dan diaphragmas membungkus cerviks (leher rahim).
Metode Hormonal
Metode ini mempengaruhi kseimbangan hormoal tubuh wanita, sehingga menghambat proses terjadinya kehamilan. Bisa digunakan secara oral (obat telan) dalam bentuk pil hormon kombinasi, dan juga digunakan secara injeksi (obat suntik) setiap dua atau tiga bulan sekali.
Pil kombinasi terdiri atas hormon estrogen dan progesterone. Pil ini dapat menghambat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium setiap bulannya). Mucus (cairan) di sekitar leher rahim menjadi lebih kental, membuat sperma kesulitan untuk mencapai sel telur dan mempersulit telur untuk mencapai dinding rahim. Efek samping yang mungkin timbul pada bulan-bulan pertama, adalah perubahan berat badan dan moody, serta dapat juga menyebabkan sedikit peningkatan tekanan darah dan sedikit sekali yang menyebabkan peningkatan resiko serangan jantung atau stroke. Dokter akan menilai secara seksama status kesehatan sebelum Anda disarankan menggunakan pil kombinasi.
Pil progesterone mempunyai lebih sedikit efek samping, namun daya kerjanya sedikit kurang efektif dari pil kombinasi. Cara kerjanya adalah mengentalkan cairan/mucus serviks sehingga mempersulit jalannya sperma mencapai sel telur. Cara ini tidak mencegah ovulasi namun dapat memperingan keluhan selama masa menstruasi serta membuat siklusnya menjadi tidak teratur.
Injeksi progesterone lebih dapat diandalkan dan memberikan perlindungan jangka panjang, secara intramuscular (di otot), dengan efektifitas sampai 12 minggu. Selama penggunaan alat kontrasepsi ini, tidak terjadi menstruasi meskipun untuk awal pemakaian dapat terjadi menstruasi dengan pendarahan yang cukup berat. Injeksi ini dapat menyebabkan peningkatan berat badan.
Contraceptive implants merupakan salah satu metode kontrasepsi dengan cara menanamkan tube kecil di bawah kulit lengan atas, yang dilakukan tentunya oleh seorang dokter atau perawat. Untuk melakukan metode ini diperlukan local anaesthetic, dan pemasangan pun dapat diselesaikan dalam kurang dari 10 menit. Cara kerjanya sama dengan injeksi progesterone, dimana melepaskan sejumlah hormon progesterone ke tubuh, yang mengentalkan cairan serviks dan memungkinkan terjadi penebalan pada rahim, sehingga sel telur tidak dapat menempel dengan baik.
Metode mekanik
Intrauterine devices (IUDs) kadang dikenal sebagai spiral, adalah alat kontrasepsi yang rigit (solid) yang dimasukan ke uterus oleh dokter. Cara kerja IUD adalah menghentikan sperma mencapai sel telur dengan mengeluarkan tembaga ke tubuh, sehingga meningkatkan produksi sel darah putih di serviks yang dapat membunuh sperma. IUD juga menyebabkan ruang gerak sel telur sangat terbatas sehingga sulit mencapai uterus.
Perlindungan IUD langsung berfungsi sesaat setelah pemasangan, dan kemampuannya bisa sampai bertahun-tahun. Hal ini sangat bermanfaat bagi wanita yang telah mempunyai anak dan ingin mengatur atau menghindari kehamilan yang selanjutnya. Alat kontrasepsi ini dapat meningkatkan resiko terhadap infeksi, seperti infeksi di sekitar organ panggul (Pelvic Inflammatory Disease/PID), serta ada kecenderungan yang kecil terjadinya penolakan oleh uterus terhadap alat ini, atau adanya kemungkinan alat ini menembus atau menusuk dinding uterus.
Intraterine system (IUS) adalah alat kecil berbentuk “T” yang terbuat dari plastik dan mengandung hormon progesterone. Alat ini menghentikan proses fertilisasi sperma dengan sel telur, dan menciptakan dinding uterus yang tidak cocok untuk implantasi sel telur. IUS dimasukan ke dalam uterus dan efek proteksinya langsung bekerja sesaat setelah dipasang sampai 5 tahun mendatang, namun dapat dilepaskan kapan saja diinginkan.
Metode pembedahan
Surgical contraception, atau sterilisasi dapat dilakukan pada pria maupun wanita. Metode ini hanya untuk seseorang yang tidak menginginkan anak lagi selamanya. Sterilisasi pada pria (vasectomy) tidak langsung efektif pasca pembedahan, sehingga masih harus menggunakan kondom saat melakukan aktifitas seksual sampai hasil akhir analisa sudah tidak ditemukan lagi sperma dalam semen.
Metode natural
Perencanaan alami suatu keluarga tidak memiliki efek samping apapun terhadap tubuh, namun metode ini yang paling kecil angka keberhasilannya dalam mengontrol kehamilan. Metode ini efektif bila tidak melakukan hubungan seksual selama masa subur, sehingga untuk menggunakan metode ini perlu adanya keteraturan siklus menstruasi sehingga dapat menentukan waktu masa subur seseorang.