Oleh: Dr. Bambang Sukamto, DMSH
Sejak dahulu kala, demi menggapai puncak kepuasan birahi, ribuan manusia rela breksperimen menggunakan berbagai Alat Bantu Sex (ABS). Seberapa ampuh ‘sex toys’ dapat membantu mewujudkan impian para pemujanya? Karena menurut sejarah, ABS telah dikenal sejak 25.000 tahun SM, berupa patung yang terbuat dari kayu, berbentuk tubuh wanita tanpa wajah dengan buah dada yang besar.
Pada tahun 500 SM, terdapat relief di Yunani yang menggambarkan adanya perdagangan dildo, alat kelamin pria buatan yang disebut olibos, dijual dan ditawarkan kepada wanita-wanita kelas atas yang kesepian. Baru pada tahun 1.200 Masehi, mulai dikenal penggunaan cincin penis. Kala itu, cincin penis dibuat dari kelopak mata kambing lengkap dengan bulu matanya. Bulu mata ini disebut-sebut menambah kenikmatan bercinta.
Pada abad ke-14, istilah dildo mulai diperkenalkan di Italia. Saat itu dildo dibuat dari kayu atau kulit binatang. Cara menggunakannya adalah harus memakai minyak zaitun yang berfungsi sebagai pelicin. Kini ABS sudah banyak diproduksi dengan berbagai macam variasi, mulai dari permukaan lembut, hingga kasar dan bergetar.
Jenis SEX TOYS
Untuk wanita disebut “dildo”, berbentuk penis dan dapat terbuat dari latex atau silicon. Dalam perkembangannya dibuat dengan berbagai bentuk dan ukuran, bahkan berkemampuan bergetar (vibrate) karena dilengkapi dengan baterai atau disambungkan ke saluran listrik. Kemampuan bergetar dapat diatur tingkat kecepatannya sesuai yang diinginan. Beberapa variasi ABS untuk wanita antara lain, bullet vibrator, anurer (untuk anal sex), G spot orgaster, nipple clamps (untuk rangsangan puting payudara), short strap on arauser with vibrator (dapat merangsang klitoris dan vagina), dll.
Di Asia terutama di China, ABS dikenal dengan nama Ba Wa Balls, terdiri atas 2 buah bola yang dihubungan tali, yang pertama solid dan dimasukan ke dalam vagina dekat leher rahim, dan yang kedua berisi mercuri juga dimasukan kedalam vagina. Dengan demikian akan terjadi gerakkan yang dapat menimbulkan rangsangan.
Untuk pria pertama kali dikenal berupa “Cock Ring”, berbentuk cincin biasanya digunakan untuk mempertahankan ereksi yang lama, karena cincin tadi dimaksukan dan untuk menekan pembuluh darah balik sehingga ereksi bertahan lama. Sekarang ABS sudah dibuat dalam banyak bentuk maupun ukuran disertai getaran bahkan ada yang berbentuk boneka. Beberapa variasi sex toys untuk pria; vibrate ring, vagina silicon (untuk mastrubasi).
“Biasanya penggunaan ABS disertai dengan ‘lubricant’, yaitu pelumas untuk menghindari terjadinya lecet ataupun luka.”
Di Indonesia, ABS cukup banyak digunakan oleh pria maupun wanita. Selain untuk variasi seks, alat ini juga dapat berfungsi sebagai pemuas nafsu seksual. Dari banyak hal, pengguna mengaku puas menggunakan ABS dibandingkan dengan berhubungan langsung dengan pasangan seksualnya. Hal ini dapat dikatakan sebagai hal yang tidak wajar. Karena dari fungsi sebenarnya saja, ABS hanyalah sebagai variasi dalam hubungan seks dengan pasangan. Apapun alasannya, pasangan seksual kita tidak akan bisa tergantikan oleh apapun juga. ABS bisa sebagai variasi hubungan suami-istri, tetapi tidak bisa menggantikan kenikmatan berhubungan langsung dengan pasangan, terutama secara psikologis. Keterlibatan emosi seperti saat melakukan hubungan sex suami-istri, tidak dapat dirasakan ketika mastrubasi meski dengan alat bantu. Banyak ahli seksologi menyatakan bahwa hal seperti ini bukanlah hal yang patut dipertahankan. Beberapa fungsi ABS diantaranya; sebagai alat perangsang gairah seksual, alat bantu untuk mengatur variasi posisi.
Keamanan dan masalah kesehatan.
Penggunaan ABS harus sesuai dengan kebutuhan, serta mengikuti prosedur kesehatan seksual (dibawah bimbingan diokter atau konsultan seks), dan sebaiknya hanya digunakan pada pasangan berstatus menikah. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah terjaganya komunikasi dan keintiman dengan pasangan. Jadi, mastrubasi dengan ABS hanyalah semacam tindakan “darurat” yang bersifat sementara untuk mengatasi dorongan seksual yang mengganggu. ABS yang akan digunakan harus berkualitas (rekomendasi ilmiah), dan selalu dijamin kebersihannya terutama bila digunakan bersama orang lain. Perlu diipahami bahwa penggunaan ABS dapat juga menularkan Penyakit Menular Seksual (PMS). Untuk penggunaan intravaginal, dianjurkan menggunakan kondom atau lubricant (pelicin) sesuai yang ditetapkan pembuatnya. Setelah menggunakan ABS, peralatan tersebut harus dibersihkan sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam brosur.