Oleh: Dr. Bambang Sukamto, DMSH
Seks anal secara umum diartikan sebagai aktifitas hubungan seksual dengan cara memasukan penis kedalam anus. Tetapi, pelaku seks anal ternyata tidak selalu melakukannya dengan cara tersebut. Jari-jari tangan merupakan salah satu anggota badan yang sering digunakan pengganti penis. Bahkan tidak jarang ada yang mempergunakan mulut dan lidah (anilingus), atau ada pula yang mempergunakan alat bantu seksual yang khusus dibuat untuk itu.
Ini adalah salah satu bentuk tingkah laku seksual yang beresiko besar, karena jaringan kulit ditempat tersebut rawan perlukaan dan daerah tersebut kondisinya selalu kotor. Karena permukaan dinding anus hanya sedikit mengeluarkan zat lumbirkan, karena jika suatu pasangan akan melakukan penetrasi ke anus, biasanya diperlukan penambahan lumbrikan.
Dekade terakhir ini, terutama di dunia barat, seks anal populer di lingkungan pria homoseksual. Pada pria yang melakukan hubungan seksual anal dengan sejenisnya disebut pasangan aktif, kalau dia yang memasukan penisnya ke dalam anus pasangan dan sebaliknya disebut pasangan pasif kalau anusnya yang dimasuki penis pasangannya. Pelaku seks anal umumnya sangat menyenangi aktfitas ini, karena mereka bisa bergantian sebagai pasangan aktif kemudian menjadi pasangan pasif. Pasangan pasif biasanya merasakan kenikmatan karena adanya gesekan pada kelenjar prostat melalui dinding anus. Kelenjar ini ada yang disebut sebagai “G spot pria”, yang mudah dirangsang saat dilakukannya anal seksual.
Tidak semua pelaku homoseks melakukan seks anal, dan sekelompok dari mereka secara aktif melakukan advokasi dengan menyatakan bahwa aktifitas ini merendahkan martabat pasangan pasif dan adanya resiko gangguan kesehatan. Ini menunjukan berkembang pemahaman tentang kemungkinan penularan penyakit dan perbedaan fisiologis antara anus dan vagina.
Seks anal juga dilakukan pada kelompok heteroseksual. Mereka beralasan untuk mencegah kehamilan maupun menjaga keperawanan. Selain itu mereka berpendapat bahwa rangsangan lebih bisa dirasakan karena anus lebih mencengkram dibanding vagina. Seks anal dilingkungan heteroseksual pada survei tahun 1992 dan tahun 2005 yang dilakukan oleh Centers for Disease Control di Amerika Serikat, menunjukan peningkatan 25% menjadi 40% pada pria, dan wanita dari 20% menjadi 35%.
Di daerah anus secara fisiologis dan anatomis merupakan bagian tubuh yang bukan diperuntukan sebagai tempat untuk hubungan seksual. Anus sangat berbeda dengan vagina yang memang dipersiapkan untuk penetrasi penis. Secara alami vagina akan menghasilkan lumbrikan, yang didukung dengan kerja otot. Permukaan vagina terdiri dari lapisan mucus dengan lapis epithel squamosa yang dapat menahan gesekan tanpa menimbulkan kerusakan dan mampu melawan proses immunologis yang ditimbulkan oleh sperma berikut cairannya.
Adanya trauma yang berulang berupa gesekan dan regangan yang menyebabkan sphincter (otot melingkar dianus) kehilangan tonusnya dan menurunkan kemampuan untuk menahan keluarnya isi usus. Terlebih lagi yang perlu diingat bahwa pria yang mengadakan hubungan seksual dengan sesamanya akan mengalami gangguan kesehatan lebih besar dibanding jika ia berhubungan dengan wanita.
Selain itu trauma berpotensi merusak dinding usus yang hanya memiliki satu lapisan sel-sel dan dibawahnya ada jaringan pembuluh darah. Jaringan sel yang tipis ini tidak akan mampu menghadapi gesekan pada saat penetrasi penis yang menimbulkan trauma, ditambah lagi adanya pendarahan, organisme didalam feses dan campuran cairan sperma. Akibatnya semua organisme yang ada di dalam ans mudah menimbulkan infeksi.
Cairan ejakulasi mengandung komponen “immunosupperssive”. Kelemahan pada anus tadi dan adanya efek “immunosuppersive” maka seks anal menimbulkan kondisi mudahnya penyebab HIV dan infeksi-infeksi lain.
Berikut ini beberapa penyakit yang dapat timbul pada pelaku seks anal:
- Kanker anal
- Chlamydia trachomatis
- Cryptosporidium
- Giardia lamblia
- Herpes simplex virus
- Human immunodeficiency virus
- Human papilloma virus
- Isospora belli
- Microsporidia
- Gonorrhea
- Virus hepatitis type B&C
- Syphilis
Kerusakan lain dapat berupa:
- Hemorrhoids
- Anal fissures
- Anal prolaps
- Incontinence
- Adanya benda-benda asing
Beberapa penelitian menunjukan kondisi sebagai berikut:
1. Kanker anus meningkat sangat tajam pada pria yang mengadakan seks anal pada sesamanya. Kasus ini akan meningkat dua kali lipat bila disertai HIV positif. Komunitas homoseksual di Michigan – USA pun menyatakan bahwa tidak ada cara apapun untuk mencegah resiko kanker ini termasuk penggunaan kondom.
2. Wanita yang hanya bisa sebagai pasangan pasif pada seks anal juga menunjukan resiko tinggi terhadap kanker anus. Di Amerika Serikat kanker anus wanita 1,5 – 2 kali dari pria.
3. Pria pelaku seks anal kemungkinan mengalami Penyakit Menular Seksual akan meningkat lebih dari 8,6 kali dan 5 kali untuk HIV.
4. Umumnya disekitar anus dari pelaku anal seks, dijumpai konsentrasi tinggi darah putih dan fungsional saluran usus (untuk menyerap cairan) yang disertai adanya perlukaan. Dan hal tersebut akan menyebabkan resiko HIV meningkat tajam.