Omicron adalah varian terbaru dari novel coronavirus yang telah bermutasi dan sedang diwaspadai penyebarannya di berbagai belahan dunia. Banyak negara dengan cepat memberlakukan pembatasan dan larangan penerbangan untuk mengulur waktu saat para ilmuwan mencoba meneliti virus ini lebih lanjut.
Karena telah bermutasi, varian ini memiliki konstelasi yang sangat tidak biasa dari mutasi sebelumnya, sehingga menimbulkan kekhawatiran luas terutama berkaitan dengan perlindungan yang diberikan oleh vaksin. Meski banyak sumber yang mengatakan varian ini lebih mematikan, nyatanya belum ada data penelitian yang menyebutkan bahwa hal tersebut benar.
Untuk mencegah Anda termakan pemberitaan yang salah, berikut Reps bagikan rincian dari apa yang telah ditemukan dari penelitian yang dilakukan oleh para ahli di seluruh dunia.
Kasus pertama Omicron
Kasus COVID-19 pertama yang dikonfirmasi dengan varian Omicron (B.1.1.529) terjadi pada 11 November di Botswana. Sementara para ilmuwan di Afrika Selatan mendeteksi sejumlah kecil varian dalam sampel yang dikumpulkan antara 14-16 November.
Kemudian mereka melaporkan temuan ini ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 24 November. Hingga pada 26 November WHO menyatakan Omicron sebagai varian SARS-CoV-2.
Efek mutasi virus
Varian terbaru ini memiliki 32 mutasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lonjakan protein terjadi lebih besar, yakni dua kali lipat dari jumlah varian Delta. Ia juga memiliki 10 mutasi pada receptor-binding domain (RBD).
Semua virus yang mengalami mutasi, beberapa di antaranya dapat mengubah kemampuan virus untuk menyebar, tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkan, dan mempengaruhi kinerja vaksin.
Mutasi yang terdeteksi pada Omicron akan mengubah bentuk protein lonjakan, yang merupakan target utama vaksin. Ini bisa membuat virus kurang dikenali oleh antibodi, sehingga membantu menghindari pertahanan kekebalan yang menyebabkan infeksi.
Lebih mudah menular
Dr. Angelique Coetzee, ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, pertama kali melihat varian Omicron di negara tersebut. Dia mengatakan gejalanya tampak ringan sejauh ini.
Namun, penelitian awal menunjukkan bahwa varian Omicron memiliki tingkat reproduksi (R) 2, yang berarti setiap orang yang mendapatkannya kemungkinan akan menyebarkannya ke dua orang lain, sehingga mungkin membuatnya lebih menular daripada Delta.
Meski begitu, Dr. Monica Gandhi, MPH, seorang profesor kedokteran di University of California San Francisco, menggarisbawahi bahwa kekhawatiran dengan Lambda, Mu, Delta plus, dan varian lainnya dianggap lebih menular daripada Delta saat pertama kali diidentifikasi, tetapi tidak ada yang mampu mengungguli delta.
Karena kemunculannya bersamaan dengan meningkatnya kasus COVID-19 di Afrika Selatan, banyak yang beranggapan bahwa Omicron ini sangat menular. Meski belum dipastikan apakah itu varian Omicron atau varian lain.
Efek vaksin sebelumnya terhadap Omicron
Jumlah mutasi yang sangat besar dapat menumpulkan respon vaksin terhadap varian Omicron, tetapi para peneliti percaya bahwa vaksin tetap memberikan perlindungan yang cukup terhadap tingkat keparahan penyakit dan kematian. Kasus yang banyak terjadi, orang yang belum mendapatkan vaksin memiliki gejala lebih parah, meski yang sudah vaksin belum tentu memiliki jaminan tidak tertular.
Tindakan pencegahan
Ada beberapa hal yang direkomendasikan oleh para ahli sebagai tindakan pencegahan, di antaranya:
- Dapatkan vaksinasi lengkap dan dapatkan booster.
- Kenakan masker wajah yang pas.
- Praktekkan kebersihan tangan yang baik.
- Berlatih menjaga jarak fisik dan sosial.
- Hindari tempat yang ramai.
Kesimpulan
Varian Omicron menjadi perhatian internasional, tetapi untuk saat ini, tidak lebih dari itu. Karena tindakan dan vaksin yang meluas, dunia tidak mungkin kembali ke titik awal seperti pada Maret 2020. Tetapi seperti halnya semua penyakit menular, perlu berhati-hati karena para ilmuwan terus mengawasi varian baru.
Varian awalnya tampaknya lebih menular, dan kemungkinan tidak menyebabkan penyakit parah, tetapi tidak ada data yang baik untuk mengkonfirmasi hal ini. Para ilmuwan membutuhkan lebih banyak waktu untuk menilai semua area risiko dengan varian baru.