Menjelang New Normal diberlakukan, sudah banyak tempat gym yang telah dibuka kembali sebagai fasilitas masyarakat untuk berolahraga. Namun ternyata hal ini menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan mengingat virus COVID-19 masih mengancam siapa saja. Lantas bagaimana kita menyikapinya?
Kebijakan pemerintah menutup gym sementara waktu
Virus COVID-19 yang mewabah ke berbagai penjuru dunia memang melumpuhkan segala sektor, termasuk salah satunya tempat kebugaran. Gym dinilai sebagai tempat yang rentan akan penularan virus lantaran alat yang ada di dalamnya sering dipakai bergantian.
Diketahui virus dan bakteri sangat mudah berpindah dari tangan ke alat gym, begitu juga sebaliknya. Karena hal tersebut selama PSBB, untuk sementara waktu tempat kebugaran ditutup oleh pemerintah.
Namun bagi para pecinta olahraga dan gaya hidup sehat, serta atlet yang berkecimpung di dunia olahraga otot, tentu hal ini menjadi masalah tersendiri, terutama bagi mereka yang tidak punya tempat latihan atau alat-alat fitnessnya sendiri.
Bahkan sebuah berita menyebutkan bahwa para warga di Florida melakukan demonstrasi menuntut dibukanya tempat kebugaran oleh pemerintah. Hal ini dilakukan dengan melakukan push up di depan gedung pengadilan Clearwater.
Penutupan tempat-tempat gym dilakukan bukan hanya semata-mata tanpa perhitungan. Salah satunya kasus gym di Jakarta Selatan yang terpaksa ditutup sementara waktu karena ada salah satu membernya yang positif terjangkit COVID-19. Dikhawatirkan virus telah menyebar di beberapa tempat dan alat gym yang telah dipakai oleh member tersebut.
Apa kata para atlet dan pemilik gym?
Seperti yang terjadi di Florida, para pecinta fitness juga memberikan respon yang sama meski tidak melakukan demonstrasi. Kebanyakan dari mereka berharap gym tetap buka meski pandemi corona.
Salah satunya atlet senior Syafrizaldi. Menurut atlet yang memegang rekor keikutsertaan PON ini membuka gym pada masa pandemi memiliki efek positif dan negatif. Efek positifnya kesehatan, sistem imun, dan postur tubuh tetap terjaga. Sementara efek negatifnya penularan virus bisa saja terjadi.
Namun dengan mengikuti protokol keamanan yang ditetapkan, tidak masalah untuk tetap berlatih di gym. Serta kesadaran diri untuk tidak berlatih ke gym jika tubuh dirasa kurang sehat.
“Gym buka nggak ada masalah, tinggal manusianya aja. Kalau merasa memang badan kita nggak fit, ya jangan latihan. Kan di setiap gym ada protokolnya, seperti cek suhu tubuh, penyediaan handsanitizer, penyemprotan desinfektan, ya saya pikir jalanin aja. Karena bagaimanapun tubuh kita butuh olahraga.” Tuturnya.
Atlet yang juga menyumbangkan banyak prestasi, Heintje Pojoh juga memiliki pendapat yang hampir sama. Bagi atlet yang tergabung dalam tim Scitec Indonesia ini, gym dapat tetap buka selama pandemi, dengan catatan lokasinya berada di zona hijau, atau zona aman.
“(Gym) dibuka atau ditutup itu sah-sah saja. Apalagi ini kan pandemi yang baru pertama kali terjadi di dunia, dan ada banyak efek yang diterima oleh manusia. Saya pribadi senang ya kalau gym dibuka.
Tapi kita juga harus bijaksana melihat kondisi zona gym yang terkena pandemi corona. Misalnya daerahnya red zone, ya kita nggak bisa sembarangan juga dengan keadaan yang nanti akan membahayakan. Jadi harus bijaksana aja lihatnya.” Tutur Heintje.
Tidak hanya para atlet saja, dengan ditutupnya gym bagi para owner gym juga memiliki pengaruh yang besar. Mulai dari sepinya member, hingga omset penjualan suplementasi yang menurun.
“Efek positif buka gym saat pandemi corona itu bisa membantu masyarakat mengoptimalkan imun dalam tubuh menjadi sehat dan lebih stabil. Tapi kalau untuk efek negatif untuk tutupnya gym ya pasti pengeluaran tetap berjalan, tapi pemasukan nol. Dan kita sebagai pecinta fitness tentu sangat dirugikan karena tidak bisa latihan dengan maksimal.” Tutur IFA WP atlet women fitness sekaligus pemilik IFA WP Gym.
Kebutuhan para atlet untuk tetap berlatih meski pandemi memang sangat penting. Namun mencegah penularan juga sama pentingnya. Untuk itu masyarakat dituntut untuk lebih bijak dalam bersikap serta mematuhi segala peraturan yang telah ditetapkan Pemerintah agar tetap aman berlatih.
Solusi agar tetap aman berlatih di gym selama pandemi
Meski penularan virus di gym rentan terjadi, ada beberapa cara agar tetap aman berlatih di tengah wabah virus corona. Salah satu atlet sekaligus owner dari gym Diamond Rembang, Freedy, berinisiatif dengan membagi jadwal latihan member untuk mencegah kerumunan di tempat gym.
“Jadi sebenarnya dibuka nggak apa-apa, asalkan kita tetap ada physical distancing, dengan cara membagi 4 shift setiap harinya. Saya mengambil 10-20 orang di shift pagi, 10-15 orang di shift siang, 20 orang untuk shift sore, dan 20 orang untuk shift malam. Jadi sebelumnya saya bilang ke member saya siapa yang ikut dalam shift pagi, siang, sore, atau malam.” Tutur Freedy
Ia menambahkan, “Selain itu owner gym sendiri harus menyediakan tempat cuci tangan dengan air yang bersih dan sabun. Diusahakan sebelum masuk dan setelah selesai gym harus cuci tangan terlebih dahulu. Kemudian owner gym juga harus menyediakan handsanitizer. Dan yang paling penting owner gym sendiri harus mensterilkan alat gym baik sebelum ataupun setelah tempat gym atau alat fitness digunakan.”
Baca juga: Etika di Gym Selama Corona
Dengan diterapkannya aturan hidup bersih, para pecinta fitness berharap gym dapat tetap dibuka meski pandemi masih berlangsung. Selain karena kebutuhan berolahraga, industri fitness di Indonesia harus tetap hidup. Beberapa tempat kebugaran bahkan mengadakan kelas online melalui media sosial agar masyarakat tetap aktif dan terbantu meski gym tidak dibuka. (Ayu)