Masih ingat The Six Million Dollar Man dan The Bionic Woman? Film tersebut sangat populer di tahun 1970an, impian semua orang dimana kelak ada semacam chip bionik membantu Anda lari lebih cepat, melompat lebih tinggi, menyempurnakan ayunan golf, mengoptimalkan sistem kardio, atau bahkan membentuk fisik Anda sempurna. Teknik bionik memang masih jauh dari kenyataan, tapi keterlibatan teknologi dalam fitness sudah menjadi kenyataan.
Sebelum fitnessmania mengenal peralatan modern fitness seperti treadmill, static bike, dan banyak lagi peralatan canggih berkomputer lainnya, dunia fitness dan binaragawan awalnya hanya mengenal barbell dan dumbell. Tidak sembarang orang bisa memakai kedua peralatan tradisional ini, karena ditangan fitnessmania pemula yang tidak berpengalaman, resiko cedera sangat tinggi.
Ide pembuatan peralatan modern fitness berawal dari kebutuhan pengadaan alat latihan yang lebih aman ditangan pemula sekalipun, serba guna untuk latihan berbagai jenis otot, dan praktis. Terciptanya berbagai peralatan itu memicu revolusi industri fitness. Ditandai dengan kian maraknya pertumbuhan gym dan semakin banyaknya merk peralatan sejenis yang bermunculan. Munculnya ikon binaraga seperti Arnold Schwarzenegger dan Lou Ferigno juga turut mempopulerkan pemakaian peralatan fitness hingga tingkat masyarakat umum seperti sekarang ini.
Peralatan tersebut mengadopsi berbagai teknologi fitness seperti Dynamic Variable Resistance (DVR) dan Aerobic Super Circuit (ASC). DVR menerapkan beragam tingkat resistance pada kelompok otot tertentu dengan lintasan gerakan yang full (full range motion). ASC adalah pengkondisian tubuh keseluruhan yang menggabungkan latihan kardio dan strength dalam satu kali latihan.
Olahraga kini sudah menjadi science. Jadi jika Anda tidak mau belajar dan memaksimalkan teknologi yang ada, maka Anda tidak memaksimalkan latihan secara efisien. Salah satunya adalah alat monitor fitness. Jantung jadi indikator level fitness Anda. Alat wajib bagi mereka yang bergelut di olahraga endurance seperti lari misalnya. Ia bisa memberitahu jika detak jantung Anda anjlok dibawah level ideal.
Lalu juga ada indikator EPOC (Excess Post-exercise Oxygen Consumption) yang jadi patokan apakah latihan Anda berhasil atau tidak (mengukur asupan oksigen seusai latihan). Lalu ada respiratory rate (jumlah tarikan nafas per menit) yang berkaitan langsung dengan detak jantung. Ventilation volume adalah jumlah udara yang bisa dipindahkan oleh paru-paru. Semakin mendekati level atlet, semakin besar jumlahnya, dan semakin kuat paru-paru Anda. Energy Consumption adalah jumlah energi yang dikeluarkan (kalori).
Semua itu adalah teknologi faktor biologis yang sudah diterapkan dalam fitness. Lalu juga ada teknologi yang mengukur kecepatan dan jarak tempuh. Kekuatan dan daya vertikal juga bisa diatur. Tergantung merknya, alat itu bisa disambung ke PC atau Macintosh dan menampilkan grafik penuh warna berisikan informasi latihan sekaligus menganalisanya.
Alat monitor fitness macam apa yang tepat bagi Anda? Model paling mutakhir salah satunya adalah Suunto T16 , yaitu jam tangan fitness yang bisa mengukur semua faktor yang diulas diatas, plus ia bisa memantau suhu badan, ketinggian, dan tekanan udara. Pemakai juga bisa menambah POD (Peripheral Observation Devices), dimana POD bisa ditempelkan pada sepeda olahraga atau sepatu Anda, tergantung jenis olahraganya. POD akan mentransfer data secara realtime ke jam tangan fitness untuk analisa menyeluruh. Suunto menawarkan beberapa model jam tangan fitness yang tidak secanggih T16, tapi lebih spesifik disesuaikan kebutuhan Anda.
Kini alat fitness yang canggih bisa disambungkan dengan komputer PDA dan internet yang bisa dibawa kemana-mana. Sangat cocok bagi instruktur fitness. Misal; Pocket Trainer dan Diet & Exercise Assistant bisa memantau kemajuan latihan-latihan kardio, membantu membuatkan program latihan, bahkan memonitor seberapa banyak kalori yang berhasil Anda bakar.
Walau kini banyak alat fitness canggih seperti treadmill, mesin rowing, dan cross trainer yang menampilkan durasi latihan dan kalori yang terbakar, tapi banyak dari alat-alat itu yang tidak menyimpan datanya di akhir sesi latihan. Alat yang lebih bagus, biasanya menyediakan interface Koko Smartrainers. Interface semacam ini sangat populer saat ini, karena sama saja seperti memiliki personal trainer pribadi (berupa software terpisah yang harus dibeli dan diinstall).
Kebanyakan mesin fitness berteknologi canggih yang ada saat ini, hanya memberikan pilihan intensitas latihan yang dikehendaki (format sirkuit), bukan intensitas latihan yang seharusnya dilakukan si pemakai. Banyak fitnessmania yang merasa sudah melakukan yang seharusnya dengan mesin format sirkuit seperti itu, dan belakangan menuduh tidak mendapatkan fisik idaman. Untuk itu saat ini sudah ada teknologi MYTRAK yang akan memberi lampu hijau pada panel jika intensitas yang ideal tercapai, dan lampu merah jika Anda berada dibawah intensitas ideal. Dengan begitu Anda akan dipaksa bekerja lebih keras, walau pada intensitas pilihan Anda sekalipun. Tentu saja disesuaikan dengan kekuatan maing-masing individu.
Selain detak jantung, sistem komputer MYTRAK juga menampilkan level intensitas dan range motion gerakan Anda. Rahasia MYTRAK ada pada PI (Perfomance Index), yaitu faktor tertentu dikaitkan dengan hasil analisa mendalam tiap member gym soal kondisi level fitness saat itu dan tujuannya. MYTRAK akan mengkalibrasi tiap mesin begitu fitnessmania menjejakkan kakinya, mesin tahu level fitness di pemakai yang hendak memakainya, dan menyesuailkan tingkat kesulitannya.
Kini iPOD tidak hanya untuk mendengarkan musik saja, tapi Anda juga bisa menaruh hasil download program fitness kedalamnya. Sebut saja program kerjasama iPOD dan Nike berupa alat monitor fitness Triax Elite HRM/SDM 0 yang menawarkan transfer informasi secara wireless ke komputer untuk analisa. Model lain dari Nike adalah Nike Triax V10, CV 10 dan C10. Anda tinggal memilihnya.
Pemakai provider handphone Sprint di luar negeri, kini bisa menikmati program Bones In Motion yang memakai GPS guna melacak lama, kecepatan dan jarak tempuh bersepeda, lari, dan jalan kaki; dimana selama berolahraga cukup membawa handphone tersebut ersama Anda dan satelit akan memantau keberadaan dan laju kecepatan Anda. Hasil akhir latihan bisa Anda lihat pada sebuah situs internet yang bisa diakses secara publikmaupun berlangganan (sekitar Rp 90.000/bulan).
Teknologi “My Food Phone” bisa membantu diet Anda, dimana Anda ambil foto semua makanan yang Anda makan hari itu dengan handphone berkamera (provder Sprint), lalu meng-upload semua gambar itu ke ahli nutrisi yang nanti akan menganalisa dan mengkritik kebiasaan makan Anda via web video. Sementara teknologi lainnya, yaitu DemandFitness bisa menghadirkan kelas pelajaran fitness via internet. Anda bisa memilih keinginan Anda dan durasi latihan (5-40 menit). Biasanya sekitar Rp 9.000/hari s/d 140.000/bulan. Ada preview gratis juga.
Bagi yang malas pakai alat monitor berupa jam tangan, kini ada yang berbentuk sarung tangan. Power Glove Personal Fitness Assistant 0 adalah contohnya. Sangat nyaman, karena tak perlu diikat ke dada atau tangan Anda. Beratnya hanya 1 ons. Ia memakai sensor seperti yang dipakai alat jantung pada rumah sakit. Dilengkapi layar LCD yang bisa dilihat sekalipun pada malam hari. Untuk aktifitas berat seperti lari marathon, alat ini sangat cocok karena lebih nyaman/praktis, sehingga atlet bisa konsentrasi penuh pada disiplin dan keinginan menang. Model yang lebih baru bahkan bisa mengukur kadar oksigen darah.
Treadmill vs Elliptical Trainers. Kedua alat canggih itu saat ini menduduki posisi sebagai alat fitness paling populer di gym seluruh dunia. Pertanyaannya, manakah yang memberi hasil lebih bagus? Menurut Thomas Altena, profesor ilmu nutrisi dan fisiologi latihan University of Missouri i (Columbia), perbedaan antara keduanya sangat minim. Memang ada perbedaan saat mengukur retensi oksigen, pembentukan asam laktat, detak jantung, dan sensasi fisik. Tapi keduanya hampir sama. Dari skala penilaian 6 s/d 20 (6 = istirahat, 20 = maksimal), elliptical trainer mendapat nilai 13,42 dan treadmill 12,32. Kesimpulannya, kedua alat itu efektif meningkatkan pembakaran kalori dan menguntungkan bagi sistem kardio dan pernafasan dan kesehatan keseluruhan.
Teknologi fitness yang lagi hot saat ini adalah alat untuk uji VO2 (Volume oksigen). Alat sejenis lainnya menawarkan uji laju metabolik Anda. Pertanyaannya, yang mana yang cocok bagi Anda? uji VO2 biasanya dilakukan pada tempat latihan fitness profesional, dimana fitnessmania disuruh latihan treadmill atau sepeda memakai topeng yang menyalurkan udara dari hidung langsung ke mesin untuk dianalisa. Hasil akhirnya adalah kesimpulan kemampuan maksimal aerobik, anaerobik dan VO2 Anda.
Ketiga faktor itu jadi penentu level kardio Anda, dan kelak bisa jadi patokan zona detak jantung untuk berbagai zona latihan (bakar lemak, daya tahan, atau kardio). Zona itu berbeda pada tiap orang, karenanya jauh lebih akurat ketimbang grafik dan perkiraan lainnya. Siapapun boleh ikut uji alat ini, mulai dari mereka yang tak pernah olahraga hingga level atlet sekalipun. Mereka yang tidak/jarang olahraga mendapat benefit, karena mereka latihan di zona mereka sendiri, sehingga hasil lebih maksimal, dan meminimalkan rasa sakit, ketidaknyamanan, dan rasa pegal.
Alat ini juga membantu menciptakan program fitness yang lebih akurat. Sedangkan atlet profesional bisa memakai alat ini untuk mendobrak batas prestasi dirinya sendiri untuk menjadi yang terbaik. Dahulu alat ini harganya mahal, sekitar Rp 360 juta. Tapi kini harganya bisa ditekan hingga sekitar Rp 45 jutaan. Pilih yang mudah dipakai, tampilan yang mudah dimengerti. Biasanya mesin itu secara otomatis akan menaikkan tingkat kesulitannya. Yang agak mahal biasanya mampu menghitung zona latihan, menentukan level fitness, melaporkan kalori yang terbakar selama test. Lalu saat hasilnya dicetak, pilih mesin yang menampilkan hasil yang nudah dijelaskan ke klien.
Dengan menambah sekitar Rp 9 jutaan, alat sejenis biasanya menawarkan tambahan fitur uji RMR (Resting Metabolic Rate), yaitu uji yang dilakukan selama klien istirahat. Disitu nanti akan diukur BMR (jumlah kalori terbakar selama istirahat) dan jumlah kalori yang harus dibakar kelak jika mau turun atau pertahankan berat badan. Fitur ini sangat berguna jika dipasang pada gym yang banyak member wanitanya yang suka dengan program penurunan berat badan. Alat VO2 paling mahal mampu mengukur konsumsi oksigen dan CO2 juga, plus bonus software PC untuk melihat grafiknya dan biasa dipakai kalangan profesional, harganya Rp 90 jutaan.
Karena alat ukur VO2 dan RMR ini sangat mahal, maka gym yang memasang alat ini akan mengenakan biaya tambahan jika Anda ingin mengikutinya. Harga tiketnya berkisar Rp 540.000 s/d Rp 1 jutaan per test. Untuk hasil ideal, biasanya klien harus mengulang test itu tiap 4-6 minggu sekali guna memantau perkembangan fitness. Alat uji VO2 bisa mendatangkan keuntungan sekitar Rp 2,7 milyar dengan asumsi 10 kali test per hari. Hanya gym skala elit dan besar sajalah yang memasang alat semacam ini. Tapi hasilnya sebanding dengan pengeluaran.
Berikut ini adalah perkembangan peralatan fitness selama 150 tahun terakhir ini.
1856 Di London. YMCA memperkenalkan latihan olahraga bagi anggotanya yang melibatkan peralatan latihan yang mengeksploitasi kejantanan pria. Dari situlah lahir karung tinju, bar paralel, ber horisontal, dumbbell, dan mesin rowing.
1875 Treadmill pertama diperkenalkan. Tapi desainnya sangat buruk dan tidak nyaman, karena tadinya diperuntukkan bagi hewan yang dengan sengaja diletakkan di mesin treadmill sebagai alat penggerak mesin pertanian kala itu. ‘Treadmills’. Versi kecilnya didesain untuk anjing mengaduk susu menjadi mentega. Versi besarnya untuk kuda sebagai penggerak mesin penebah.
1952 Treadmill fitness pertama untuk manusia diperkenalkan untuk tujuan medis. Di ciptakan oleh ahli kardiologi: Robert Bruce dan rekannya Wayne Quinton. Belakangan Quinton menjual hak patennya ke Stairmaster dan terakhir ke Nautilus.
1965 Fitness untuk perumahan. Schwinn Fitness pertama kali memperkenalkan sepeda fitness untuk rumah, diikuti Tunturi (1969) dengan sepeda klasik W1 yang akhirnya menjadi sepeda stationary dengan penjualan terbaik sedunia.
1968 Teknologi untuk motivasi berfitness. Dr Keene Dimmick menciptakan sepeda latihan Life Fitness Lifecycle yang kini menjadi standart peralatan fitness dengan teknologi komputer yang dilengkapi program motivasi dan umpan balik. Kini life cycle menjadi sepeda fitness nomor 1 di dunia.
1970 Terobosan dalam latihan stregth. Tahun 1970, setelah lebih 20 tahun uji coba, Arthur Jones memperkenalkan dan menjual mesin fitness pertama di dunia. Bentuknya berupa alat pullover untuk latihan beban, didesain untuk membentuk otot torso. Inilah mesin fitness pertama yang menawarkan daya resistant yang bisa diubah-ubah levelnya. Semua itu dimungkinkan berkat desain kompone eccentricnya yng dirancang secara hati-hati. Bagian kontrol spiral pada mesin itu menyerupai badan hewan yang tidak bertulang belakangan itu, oleh Arthur dinamakan Nautilus. Setahun kemudian Nautilus Sport/Medical Industries di dirikan. Dan kelak perusahaan ini akan menjadi legenda di dalam merevolusionerkan konsep latihan beban pada tubuh manusia dengan mesin.
1981 Mesin rowing untuk indoor diperkenalkan. Desainnya menyerupai perahu dengan kayuh yang dihubungkan dengan piston, pegasdan bentuk resistance lainnya. Pete dan Dick Dreissigacker menciptakan mesin rowing yang memakai udara sebagai resistance. Inilah kelahiran mesin rowing yang kelak akan jadi patokan desain mesin rowing selanjutnya.
1988 Evolusi berikutnya mesin rowing. John Duke (USA) menciptakan format baru mesin rowing berdasarkan desain 1981. Bukannya memakai udara sebagai resistane, ia mendesain ulang dengan memakai air sebagai resistance. Namanya WaterRower. Mesin ini berhasil memenangkan banyak penghargaan desain.
1995 Mesin fitness non impact meraih sukses besar. Saat itu sudah terdapat banyak mesin fitness di pasaran, sayangnya tidak mampu menguatkan persendian dan otot, kecuali memakai dumbell/barbell (bukan mesin fitness). Kala itu dibutuhkan jenis mesin latihan yang bebas impact. Tahun 1995, Precor menciptakan mesin Elliptical Trainer untuk lower body yang pertama di dunia, dan publik menyukainya.
1996 Hemat tempat. Tahun itu Proform merevolusionerkan treadmill untuk rumah. Ia mempatenkan mekanisme pelipat yang bisa memperkecil mesin treadmill setengah dari ukuran aslinya jika tidak dipakai. Trend ini menjadi sangat populer. Kurang dari setahun, hampir seluruh pabrik fitness memasukkan treadmill ini ke pasaran.
1997 Elliptical Trainer berevolusi lagi. Suksesnya Precor memancing pabrik fitness lain untuk mendompleng kepopulerannya. Reebok membuat inovasi baru dengan menambahkan tungkai untuk latihan upper body pada Elliptical Trainer. Artinya dengan mesin Reebok ini Anda bisa melatih seluruh tubuh Anda, atas & bawah, dan bebas impact. Mesin ini diberi nama Cross Trainer dan dalam berbagai survey, mesin Cross Trainer diakui lebih unggul ketimbang Treadmill, baik dalam hal pembakaran kalori dan pembentukan otot. Sampai-sampai ada slogan yang mengatakan, jika gym itu tidak menyediakan Cross Trainer, maka gym itu tidak bisa dikatakan lengkap/bagus. Di Jakarta, mesin Cross Trainer bisa ditemui pada gym-gym besar seperti Fitness First, Celebrity Fitness, dll.
2004 Vibrasi seluruh tubuh. Tahun 2004 Power Plate memperkenalkan mesin WBV (Whole Body Vibration) di USA. Mesin ini mengirim gelombang getar ke seluruh tubuh, meningkatkan gaya gravitasi tubuh (G Force). Katanya mesin ini bisa melakukan apa saja, mulai dari membentuk kekuatan, penurunan berat badan, membuang selulit (lemak), meningkatkan daya tahan kardio, dan masih banyak lagi. Banyak orang yang mengakui keberhasilan mesin itu, tapi karena saking banyaknya benefit yang ditawarkan mesin ini, justru mengundang kecurigaan para pakar fitness dan menempatkan mesin ini di area abu-abu (belum terbukti dan belum teruji di lapangan). Para pakar fitness mengingatkan, jika manusia terlalu ditempatkan pada mesin getar seperti itu, akan mengarah ke resiko cedera dan lumpuh. Hanya waktu yang bisa membuktikan.
2005 Evolusi treadmill selanjutnya. Nautilus® memperkenalkan mesin kardio komersil TreadClimber® yang berupa dua mesin treadmill kecil yang digandeng sedemikian sehingga bisa naik dan turun seperti mesin step. Tujuannya menggabungkan latihan jalan low impact dengan lari menanjak bukit untuk fitnessmania yang lebih intense. Mesin sejenis untuk versi perumahan hadir ke pasaran belakangan dengan merk Bowflex.
2006 Evolusi mesin Step, Life Fitness memperkenalkan mesin komersil Summit Trainer. Bentuknya sama seperti Mesin Step, bedanya adalah bukannya kaki naik turun ala naik tangga, tapi kaki digeser kedepan dan belakang seperti stimulasi jalan kaki.
2007 Pengawas detak jantung, mesin fitness berteknologi virtual reality, dan koneksi ke internet dan web kini sudah umum dimana-mana. Semua teknologi baru itu membantu memperbaiki kualitas mesin fitness, terutama versi rumahnya, dengan harga serendah mungkin.
Masa Depan Sulit memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan. Siapa sangka jika ada orang di luaran sana yang menelurkan ide desain revoluisoner seperti Elliptical Trainer? Yang paling terpikirkan saat ini adalah, kelak di masa depan akan lahir mesin fitness virtual reality yang terintegrasi dengan komputer, lengkap dengan lebih banyak lagi jenis alat monitor fitness yang akan menganalisa fungsi utama tubuh manusia (Jantung, tekanan darah, asupan oksigen, cairan yang terbuang dan apapun yang bisa dimonitor selama Anda latihan). Kita semua juga masih menunggu siapa kiranya orang yang akan hadir dengan konsep fitness baru, bukan Cuma sekedar inovasi yang sudah ada sebelumnya, yang seheboh treadmill atau Elliptical. Dan saya jamin, orang seperti itu saat ini tengah melakukan pekerjaannya, dimanapun ia berada. (NK)
One Response
alat – alat Fitness dulu berbeda dengan jaman sekarang