Terapi plasma darah atau terapi plasma konvalesen adalah salah satu metode yang digunakan untuk menyembuhkan infeksi virus COVID-19. Meski masih dalam tahap penelitian lebih lanjut, beberapa negara sudah mencoba cara ini untuk menyembuhkan pasien.
Prosedur terapi plasma darah ini telah dilakukan oleh para peneliti dari Washington University School of Medicine. Mereka mengklaim bahwa plasma darah dari pasien yang telah benar-benar sembuh dari virus corona, mengandung antibodi yang dapat melawan virus tersebut.
Terapi ini bahkan telah dilakukan di Cina pada pasien COVID-19 dengan kondisi kritis. Hasilnya setelah melakukan terapi, tiga pasien dinyatakan sembuh total, dan dua lainnya dalam kondisi stabil.
Melihat hasil yang lebih menjanjikan, Badan Litbangkes Kementrian Kesehatan secara resmi memulai penelitian Uji Klinik Terapi Plasma Konvalesen kepada pasien COVID-19 pada Selasa, 8 September 2020. Sebanyak 24 rumah sakit akan berpartisipasi dalam uji klinik ini melibatkan 364 pasien yang positif terinfeksi COVID-19.
Targetnya 3 bulan ke depan, uji ini akan memberikan hasil atau bukti keamanan dan keefektifan metode ini untuk penyembuhan virus yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya.
Terapi plasma darah dilakukan dengan cara menyuntikkan plasma darah dari orang yang telah sembuh dari virus COVID-19 ke pada pasien yang masih terinfeksi. Namun dengan catatan orang tersebut telah benar-benar sembuh dan telah melalui beberapa pemeriksaan sebelum mendonorkan plasma darah.
Di dalam penelitian ini, pasien yang berpartisipasi memiliki usia minimal 18 tahun dengan derajat infeksi sedang mengarah ke berat. Terapi ini juga lebih diprioritaskan bagi pasien yang berada di tingkat gawat dengan gejala pneumonia dan hipoksia.
Baca juga: Silent hypoxia gejala COVID-19 yang tidak terdeteksi.
Pemberian plasma dilakukan sebanyak dua kali sebanyak 200 ml dengan rentang waktu 3 hari dari penyuntikan pertama dan kedua. Selanjutnya kondisi pasien akan terus dipantau melalui pemeriksaan laboratorium dan radiologi untuk mengamati hasil dari terapi plasma darah tersebut.
Sebelumnya terapi plasma darah telah berhasil untuk menyembuhkan wabah flu babi tahun 2009, Ebola, SARS, dan MERS. Cara ini juga diharapkan dapat menjadi jalan keluar untuk pandemi yang belum juga berakhir.
(Ayu/sumber: Terapi plasma konvalesen)