Sejak dulu, daging dan makanan hewani lainnya dipercaya dapat membuat seseorang menjadi kuat. Sehingga muncul diet-diet rendah karbohidrat, rendah lemak, dan tinggi protein yang menyugestikan kita untuk konsumsi makanan hewani dalam jumlah besar khususnya daging, seperti Paleo Diet, Keto Diet, dan banyak lagi.
Namun sebuah film dokumenter berjudul The Game Changers berhasil membuka mata banyak orang, bahwa konsumsi makanan berbasis tumbuhan itu tidak kalah penting bagi kesehatan. Bahkan dengan banyaknya percobaan yang dilakukan oleh para ahli dalam bidang kesehatan, konsumsi daging dan makanan hewani memiliki efek jangka panjang yang justru negatif bagi tubuh. Benarkah demikian?
Film yang berdurasi 1 jam 25 menit ini menampilkan perjalanan seorang James Wliks yang berprofesi sebagai pelatih bela diri marinir. Kecintaannya pada olahraga bela diri sejak kecil bahkan membuatnya pernah mencicipi panggung kejuaraan UFC dan menjadi juara. Namun suatu ketika James mengalami cedera kaki dan membuatnya harus beristirahat selama 6 bulan. Masa istirahat tersebut ia gunakan untuk menggali informasi seputar recovery dan nutrisi. Hingga akhirnya ia tertarik pada tema Plant Based Diet.
Pola Makan Vegetarian
Menurut film dokumenter yang dirilis tahun 2018 ini, Plant Based Diet atau yang biasa kita sebut cara makan vegetarian memang sudah ada sejak lama. Bahkan menurut dokter Fabian Kanz, seorang patologi forensik dari Universitas Medical Vienna, para gladiator romawi juga menggunakan cara ini agar ketahanan tubuhnya terjaga. Mereka menyebut diet ini Hordearii yang berarti kacang dan jelai (sejenis sereal).
Pengaturan makan vegetarian juga banyak dianut oleh para atlet dunia dari tahun ke tahun, terutama atlet cabang olahraga atletik, seperti lari dan sepeda. Dalam penelusuran James di internet, ia menemukan banyak atlet dari cabang olahraga yang berbeda mengakui, bahwa mengonsumsi makanan berbasis nabati membuat tubuh lebih kuat dibandingkan dengan konsumsi makanan hewani. Mereka yakni, Scoot Jurex seorang ultramarathoner yang berhasil memecahkan rekor sejauh 2.200 mil, Morgan Mitchell seorang pelari sprint, Dotsie Bauch seorang atlet sepeda, Kendrick James Parris atlet angkat beban, hingga atlet strongman Patrick Baboumian.
Awalnya mereka tidak yakin bahwa hanya konsumsi makanan nabati dapat membuat kekuatan tubuh mereka menyamai saat mengonsumsi makanan hewani seperti daging. Namun nyatanya hasilnya di luar dugaan. Tubuh mereka bekerja lebih baik dari sebelumnya.
Mengapa Harus Konsumsi Protein Nabati?
Selama ini mitos konsumsi daging membuat Anda jauh lebih kuat memang sangat berkembang di masyarakat, khususnya para atlet. Hal tersebut karena asam amino esensial dalam daging lebih lengkap di banding yang ada pada tumbuhan. Padahal menurut dokter James Loomis, mantan dokter tim dari St. Louis Ram/Cardinal, protein yang ada pada steik dan hamburger yang kita konsumsi berasal dari tumbuhan yang dikonsumsi oleh hewan, seperti sapi, babi, dan ayam.
Sehingga ketika kita makan langsung makanan nabati, kita akan mendapat protein lebih maksimal dibanding ketika konsumsi dari hewan.
Namun kita masih bingung bukan mengapa konsumsi protein nabati justru membuat ketahanan tubuh lebih kuat?
Sebuah percobaan yang dilakukan oleh seorang dokter, yakni dokter Robert Voggel dari NFS Sub Commite. Ia melibatkan 3 atlet football yang sehari-harinya aktif berlatih dan bertanding. Hari pertama masing-masing atlet mengonsumsi borito. Atlet A borito daging, atlet B borito kacang, dan atlet C borito ayam. Lalu dokter Robert mengambil sampel darah mereka. Kemudian hari berikutnya ketiga atlet mengonsumsi borito kacang dan kembali diambil sampel darahnya. Setelahnya seluruh sampel darah tersebut dimasukkan ke dalam alat penelitian selama beberapa saat sehingga plasma dan sel darah terpisah.
Hasilnya plasma darah atlet saat mengonsumsi borito daging dan ayam menjadi lebih keruh. Sedangkan saat mengonsumsi borito kacang plasma darah menjadi bening. Jika plasma darah keruh, peredaran darah akan terganggu.
Pro dan kontra protein hewani
Konsumsi makanan hewani, khususnya daging diidentikkan dengan resiko penyakit kanker, stroke, hingga jantung yang diakibatkan oleh kolesterol dalam daging. Namun penelitian lebih lanjut menemukan bahwa masalah tersebut bukan disebabkan oleh semua daging merah, melainkan dengan daging merah olahan.
Dalam sebuah observasional besar yang melibatkan 448.568 individu, daging olahan dikaitkan dengan peningkatan resiko kematian, tanpa efek untuk daging merah yang tidak diproses (1). Dalam studi lain yang melibatkan 34.000 wanita dengan melakukan pengamatan serupa. Dalam hal ini, daging olahan dikaitkan dengan terjadinya gagal jantung (2).
Selain itu peningkatan resiko penyakit kemungkinan disebabkan oleh kesalahan dalam pengolahan, misalnya dengan cara dibakar, atau digoreng. Mengolah dengan cara dibakar membuat daging mengandung zat karsinogen (dari sisa pembakaran yang menempel di daging). Zat ini dapat memicu kanker. Sementara dengan cara digoreng dapat meningkatkan kolesterol.
Cukupkah hanya mengkonsumsi Protein Nabati?
Protein terdiri dari asam amino esensial dan non-esensial yang memiliki berbagai korelasi dengan fungsi dan kesehatan tubuh. Asam amino non-esensial dapat dihasilkan sendiri oleh tubuh, sementara asam amino esensial perlu dipasok dari sumber protein lainnya. Namun tidak semua sumber protein memiliki kandungan asam amino yang sama.
Protein hewani memiliki asam amino yang lebih lengkap dibandingkan dengan protein nabati. Sebaliknya sumber protein nabati seperti kacang-kacangan dinilai tidak lengkap karena tidak memiliki satu atau lebih asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh. Meski begitu beberapa penelitian menemukan bahwa kedelai memiliki asam amino yang lengkap. Namun, dua asam amino esensial hanya ditemukan dalam jumlah kecil, sehingga tidak sebanding dengan protein hewani.
Lalu, cukupkah hanya dengan mengonsumsi protein nabati?
Dengan melakukan Plant Based Diet (menjadi vegetarian) banyak keuntungan yang diperoleh tubuh perihal kekuatan, daya tahan, serta minimnya resiko penyakit yang diakibatkan oleh kolesterol hingga lemak. Selain itu tidak hanya kebutuhan protein yang Anda dapatkan dari menu makanan vegetarian. Melainkan juga anti-oksidan yang mampu menurunkan tingkat inflamasi pada tubuh. Hal ini tentunya sangat baik untuk proses recovery.
Namun tubuh juga membutuhkan asam amino esensial berupa heme-iron yang berfungsi membentuk sel darah merah. Heme-iron terdapat pada makanan hewani, terutama daging merah. Sayangnya kelebihan heme-iron juga dapat menyebabkan gagal jantung serta penyakit lainnya yang disebabkan oleh makanan hewani. Cara menyiasatinya adalah dengan mengonsumsi suplemen vitamin B12 yang memiliki fungsi sama dengan heme-iron. Yakni sama-sama membentuk sel darah merah.
Vitamin B12 dulu mudah di dapatkan karena ada di dalam unsur tanah dan air mineral. Namun karena pencemaran air dan tanah, bakteri yang mengandung vitamin B12 pun hilang. Tapi jangan khawatir dewasa ini vitamin B12 telah banyak diproduksi dan mudah didapatkan sehingga tidak perlu bersusah payah mencarinya di dalam makanan.
Kesimpulan
Plant Based Diet atau gaya hidup vegetarian yang banyak diragukan oleh orang-orang beraktivitas tinggi, termasuk atlet, nyata tidak mempengaruhi kondisi daya tahan dan kekuatan seseorang. Justru dengan diet ini Anda dapat memaksimalkan kinerja organ tubuh menjadi lebih baik, khususnya peredaran darah yang berhubungan langsung dengan resiko stroke dan penyakit jantung, serta recovery tubuh yang lebih cepat karena terpenuhinya kebutuhan anti-oksidan. Namun dalam hal ini Anda tetap harus mengonsumsi suplemen untuk memenuhi kebutuhan zat yang tidak terdapat pada makanan. (Ayu)