Oleh: Dr. Hario Tilarso, Spko
Dalam melakukan kegiatan olahraga, harus dilakukan secara benar dan terukur. Bila olahraga dilakukan secara berlebihan, maka ada kemungkinan terjadi hal-hal yang tak diinginkan, bahkan menjadi berbahaya bagi tubuh.
Pada olahraga kesehatan/rekreasi hal-hal yang demikian jarang terjadi. Tetapi pada olahraga prestasi kemungkinan terjadinya hal-hal tersebut cukup banyak. Salah satu penyakit atau cedera yang dapat terjadi adalah rabdomiolisis (Rhabdomyolysis) yaitu suatu keadaan dimana seorang atlet mengalami terganggunya metabolisme tubuh yang menyebabkan cairan tubuh keluar. Hal ini dapat terjadi pada olahraga yang bersifat lama atau olahraga endurance, seperti lari jarak jauh, lari marathon, balap sepeda jarak jauh, triathlon, dll. Seperti diketahui pada olahraga endurance, atlet menempuh jarak yang jauh sampai beberapa jam, dalam keadaan kecepatan yang tinggi.
Pada olahraga endurance biasanya kecepatan tidak terlalu tinggi, karena para atlet harus dalam kecepatan yang cukup cepat, tetapi tidak boleh habis-habisan karena harus bertahan lama. Disinilah pentingnya atlet tersebut menerapkan kecepatan (pace) yang paling nyaman ia rasakan. Pace ini tentunya tergantung dari kondisi fitnessnya. Bila ia sangat fit, ia akan mampu memacu kecepatan tinggi untuk waktu lama. Bila ia terlalu tinggi pace-nya, maka kadar asam laktat darah akan naik dan dapat meracuni tubuhnya, sehingga ia akan kelelahan.
Faktor-faktor ini yang berpengaruh pada tingkat kelelahan ini adalah makanan dan cuaca (suhu dan kelembaban udara), serta pakaian. Sebagai contoh pada lari marathon (42,195 km), catatan waktu akan bagus pada udara sejuk, yaitu 4°C sampai dengan 20°C. Pada cuaca yang agak dingin ini, tubuh tidak akan terlalu banyak keluar keringat, karena produksi keringat sedikit. Fungsi keringat disini adalah untuk mendinginkan suhu tubuh, sehingga atlet harus cukup makan dan minum, sehingga gula darah cukup untuk energi dan cairan tubuh dan tidak akan mengalami dehidrasi. Keseimbangan cairan tubuh akan terjaga, sehingga kecepatan (pace) akan dapat stabil.
Pada cuaca panas, misalnya didaerah tropis dalam suhu 30-35°C dalam kelembaban yang tinggi, yaitu 70-90%, maka tubuh akan cepat mengalami kenaikan suhu. Untuk itu tubuh akan terus memproduksi keringat, agar temperatur tubuh dapat terjaga. Produksi keringat akan terhalang, apabila pelari kurang minum. Cara minum yang benar adalah setiap 20-30 menit sebanyak 250 cc minuman olahraga (Sport drink).
Bila kecepatan ditambah, maka produksi keringat akan lebih banyak lagi sehingga pada suatu saat akan kekurangan cairan, karena asupan cairan kurang, tetapi pengeluaran keringat banyak. Keadaan ini dapat membuat heart stroke atau sengatan panas, yaitu suhu meningkat dan kecepatan menurun. Bila ini berjalan cukup lama, maka terjadilah gangguan keseimbangan cairan tubuh, dan tubuh tidak dapat mempertahankan cairan yang ada. Cairan tubuh akan cenderung keluar terus, karena mekanisme pada tingkat sel banyak yang rusak. Hal inilah yang disebut rabdomiolisis, dan atlet akan tidak sadar (pingsan) dan harus dibawa kerumah sakit untuk diobati, yaitu diberi cairan infus yang banyak untuk mengembalikan hidrasi tubuh. Bila ditangani dengan cepat maka biasanya bisa tertolong.
Atlet biasanya dirawat 4-5 hari dan dapat pulang setelah kimia darahnya dan cairan tubuhnya kembali normal. Cedera ini tidak akan terjadi pada olahraga yang kurang dari 90 menit, karena pada jangka waktu tersebut, tubuh masih mempunyai kesanggupan yang besar untuk menjaga keseimbangan cairan dan metabolisme sel-sel. Yang penting adalah untuk menjaga agar intensitas tidak berlebihan dan harus menjaga makan dan minum dengan benar.