Kedelai adalah salah satu sumber protein nabati yang baik karena mengandung asam amino esensial. Kacang-kacangan ini banyak diolah menjadi makanan, seperti tempe, tahu, serta susu yang dapat dikonsumsi sebagai alternatif bagi mereka yang alergi susu sapi. Selain ini kedelai juga menjadi sumber protein andalan bagi mereka yang menganut pola makan vegan dan vegetarian.
Namun ternyata ada senyawa tertentu dalam kacang-kacangan ini yang dapat meningkatkan hormon estrogen, yakni fitoestrogen, sehingga kerap dihindari oleh kaum pria. Benarkah konsumsi kedelai dapat mempengaruhi tingkat testosteron pada pria? Berikut Reps ulas selengkapnya untuk Anda.
Mengenal Fitoestrogen
Fitoestrogen adalah sekelompok senyawa alami yang ditemukan di banyak makanan nabati, terutama kedelai. Senyawa ini berfungsi sebagai antioksidan yang mungkin berperan dalam pertahanan tanaman terhadap infeksi.
Karena mirip seperti estrogen yang merupakan hormon yang bertanggung jawab atas kesuburan wanita, fitoestrogen dapat berinteraksi dengan reseptor estrogen di dalam sel. Namun efeknya jauh lebih lemah dan cara kerjanya tidak selalu sama.
FItoestrogen ditemukan di sebagian besar makanan nabati yang termasuk dalam kelompok besar polifenol. Beberapa fitoestrogen yang banyak dipelajari meliputi:
Lignan: Ditemukan dalam banyak makanan nabati kaya serat, seperti biji-bijian, biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan, dan beri.
Isoflavon: Ini adalah fitoestrogen yang paling banyak dipelajari. Mereka kaya akan kedelai dan kacang-kacangan lainnya, dan juga terdapat dalam buah beri, biji-bijian, kacang-kacangan, dan anggur.
Resveratrol: Ditemukan dalam buah-buahan, beri, anggur merah, coklat dan kacang tanah.
Quercetin: Ini adalah salah satu antioksidan flavonoid yang paling umum dan melimpah, ditemukan dalam banyak buah, sayuran, dan biji-bijian.
Meski beberapa peneliti khawatir bahwa fitoestrogen dosis tinggi dapat mengganggu keseimbangan hormonal tubuh, sebagian besar penelitian mengaitkannya dengan manfaat kesehatan.
Apakah fitoestrogen mempengaruhi kadar testosteron?
Salah satu meta-analisis tahun 2010 yang diterbitkan di Fertility and Sterility meninjau 15 pengobat pengontrol plasebo dan 32 laporan. Hasilnya menunjukkan bahwa protein kedelai dan isoflavon tidak mempengaruhi kadar testosteron pria, berapa pun usianya.
Meski begitu, fitoestrogen yang terkandung dalam kedelai tergolong pengganggu endokrin. Ini adalah bahan kimia yang dapat mengganggu sistem hormonal tubuh bila dikonsumsi dalam dosis yang cukup tinggi.
Namun faktanya, tidak ada bukti kuat yang mengaitkan asupan fitoestrogen yang tinggi dengan masalah kesuburan pada manusia.
Fitoestrogen yang paling banyak dipelajari adalah isoflavon kedelai. Analisis terhadap 15 penelitian terkontrol menyimpulkan bahwa isoflavon kedelai, baik dalam makanan atau suplemen, tidak mengubah kadar testosteron pada pria.
Selain itu, sebuah penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi 40 miligram suplemen isoflavon per hari selama dua bulan tidak mengganggu kualitas atau volume air mani pria.
Namun, tidak semua studi observasional setuju. Studi lain menunjukkan bahwa asupan tinggi kedelai, yang kaya akan isoflavon, dikaitkan dengan jumlah sperma yang lebih rendah, namun para peneliti tidak mengetahui apakah isoflavon bertanggung jawab.
Sederhananya, sebagian besar bukti menunjukkan bahwa isoflavon tidak berdampak buruk pada kesuburan pria. Meskipun penelitian pada cheetah menunjukkan bahwa asupan fitoestrogen yang tinggi dapat mengganggu kesuburan, hal yang sama tidak berlaku pada manusia.
Namun tidak banyak bukti bahwa fitoestrogen memiliki efek berbahaya pada manusia, termasuk pada produksi testosteron bila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup.